Tetangga atau Orang Asing? bag. 2

Di dalam rumah yang sederhana itu, pria tua itu memberikan secangkir coklat panas untuk ketiga anak yang baru ditemuinya.

“Silakan diminum.” katanya sambil memberikan coklat panas itu untuk ketiganya.

Di meja sederhana, di dalam rumah yang sederhana pula, pria tua itu memperhatikan dua remaja laki-laki dan gadis manis yang menikmati coklatnya.

Pria tua itu menyipitkan sedikit matanya dan sepertinya mengingat sesuatu.

“Gadis kecil itu…sepertinya tidak asing untukku. Aku tidak begitu ingat tapi…”

“Oh, aku ingat sekarang. Aku pernah bertemu dengan gadis itu dan kedua orang tuanya beberapa kali.”

“Aku kenal gadis itu, itu adalah anak dari Keluarga Nova kan? Kalian keluarganya?” tanya pria itu.

Lucas dan Keane saling menatap. Kemudian, Keane menjawab. “Kami sepupunya.Anak ini namanya Mariana. Namaku Keane Nova dan ini kakakku, Lucas Nova.”

“Kami tiba kemarin karena paman dan bibi akan pergi dinas selama seminggu jadi…”

Pria tua itu menyeruput coklat panasnya dan kembali bertanya, “Kenapa kalian berlarian seakan baru mendapatkan masalah? Aku yakin sebelum ini, pemuda yang satu itu berkata kalian baru mengalami teror.” Pria tua itu menunjuk ke arah Lucas.

Lucas hendak menjawab, namun Keane membuka mulutnya lebih dulu.

“Daripada itu, aku yakin kami baru saja memperkenalkan diri kami. Meskipun kau kenal dengan Mariana, tapi kami tidak kenal denganmu dan mungkin ini sedikit lancang karena kami yang meminta tolong, meski begitu…bukankah tidak sopan jika kau tidak memperkenalkan dirimu pada kami, tuan?”

Pria itu tersenyum dan menjawab, “Maafkan aku. Namaku Edwin, Edwin Hoover. Aku bekerja di ladang dan sesekali mencari bambu untuk membuat kerajinan.”

Setelah itu, pria tua itu melihat ekspresi tegang dari Keane. “Tampaknya kalian tegang sekali ya.”

Dengan mudahnya, Keane menjawab, “Kami krisis kepercayaan. Aku bahkan nyaris membunuh kakakku sendiri beberapa jam lalu.”

“Apa?” Edwin terkejut, “Itu bukanlah kalimat yang bisa dijadikan sebagai bahan candaan, anak muda.”

“Memang aku terlihat seperti sedang bercanda di sini?”

Ekspresi tegang dan rasa takut hingga cemas dari kedua pemuda itu akhirnya memaksa Edwin untuk percaya pada apa yang dikatakan oleh mereka. Hingga akhirnya, Edwin meletakkan gelasnya dan bertanya, “Jadi, kalian benar-benar mengalami teror? Apa yang kalian maksud dengan teror itu? Ceritakan padaku.”

“Eh?”

“Kalian yang meminta tolong padaku, kan? Aku akan berusaha membantu. Jika memang berbahaya, aku akan melakukan apapun untuk membuat kalian keluar dari situasi semacam ini.”

Mendengar hal itu, Lucas menceritakan semua yang dialaminya hanya dalam waktu kurang dari satu hari sejak paman dan bibinya meninggalkan rumah mereka.

Jelas untuk Edwin, pria tua yang tidak mempercayai hal sejenis takhayul akan menepis semua itu. Tapi entah kenapa, apa yang diceritakan oleh kedua pemuda itu layak untuk dipercaya. Terlebih, ekspresi yang ditunjukkan mereka serta bukti lainnya yaitu berupa video ditunjukkan oleh Keane.

Sambil memberikan smartphone miliknya, dia memutar video yang diambilnya di beberapa kesempatan sebelum mereka keluar dari rumah.

Video itu tidak terlihat seperti editan, begitu kasar sehingga sangat jelas bahwa semua video itu diambil dengan terburu-buru dan nyata.

Edwin hanya bisa melihatnya dengan mata terbelalak.

“Ini teror yang kalian maksud?” tanya Edwin dengan mata yang tidak bisa menyembunyikan rasa syok miliknya.

“Aneh, benar kan? Aku sendiri sama sekali tidak tau bahwa rumah pamanku akan mengalami hal seperti itu. Ditambah lagi, semua terjadi dalam waktu kurang dari satu hari.” jelas Keane, “Sudah begitu, rumah mainan yang merupakan mainan kesukaan sepupu kecilku itu juga tidak kalah horornya.”

“Rumah boneka?”

“Benar,” jawab Lucas, “Rumah boneka yang memunculkan boneka sendiri. Itu hadiah dari paman untuk putri kecilnya.”

Edwin sedikit penasaran dengan cerita yang didengarnya dan memutuskan untuk mencoba menenangkan situasi terlebih dahulu.

“Aku mengerti. Kalian bisa menginap di sini malam ini. Besok, coba kita lihat rumah paman dan bibi kalian. Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan hal buruk atau kriminal lain. Kita hanya akan melihat dan mengamati apakah cerita kalian benar atau tidak.”

Pria tua itu meninggalkan ketiga anak itu untuk menyiapkan pakaian ganti dan tempat tidur sederhana dari kasur lantai yang ada di rumahnya.

Malam itu, mereka tidur di rumah Edwin. Tentu saja Lucas dan Keane tidak bisa tidur dengan mudah seperti yang diharapkan.

“Lucas, aku tau kau belum tidur.” panggil Keane dengan suara pelan.

“Aku benar-benar tidak akan tidur malam ini, Keane. Sulit untukku tidur dengan keadaan yang tidak bisa kupercaya ini.”

Lucas dan Keane bangun. Kemudian, hal pertama yang dilakukan oleh kedua nya adalah membuka smartphone mereka.

Tidak ada sinyal sama sekali, internet juga entah kenapa tidak bisa berfungsi meskipun terdapat jaringan wifi yang mereka miliki.

“Kita seperti di dalam hutan belantara.” gerutu Keane.

Lucas hanya bisa diam dan mendekati Mariana untuk memastikan anak itu tidur dengan nyenyak. Tidak ada hal aneh dari gadis kecil itu dan itu membuatnya lega.

Siapa yang menyangka bahwa pria tua pemilik rumah itu juga tidak tidur dan melihat kedua remaja itu bangun.

“Aku tau kalian tidak akan bisa tidur. Mau minum kopi dengan susu?”

Kedua pemuda itu tidak langsung menerimanya. Namun sepertinya, pria tua itu tau bahwa cerita yang mereka katakan itu nyata sehingga wajar jika kedua remaja itu memiliki krisis kepercayaan pada orang lain.

Pria tua itu membawakan kopi dan susunya kepada mereka dan akhirnya ekspresi kedua remaja itu terlihat lega.

Pria itu duduk di lantai dan mengamati Mariana yang tertidur.

“Dia tidur dengan nyenyak. Untuk ukuran gadis kecil yang ditinggal kedua orang tuanya bekerja, aku tidak percaya dia bisa setenang itu. Apalagi dengan cerita yang baru aku dengar dari kalian.”

Lucas menjawab dengan sedikit senyum di bibirnya, “Kami sendiri tidak percaya dengan situasi ini. Terlebih lagi, aku tidak yakin dengan sumber ketakutan ini. Apakah rumah paman itu sendiri ataukah ada hal lain.”

Edwin bertanya, “Kalian sudah mencoba menghubungi paman dan bibi kalian?”

“Tidak bisa. Tidak ada jaringan dan semuanya seperti terblokir sempurna.” jawab Keane.

“Maksudnya tidak ada yang bisa kalian lakukan dengan benda kecil di tangan kalian itu?”

“Begitulah.”

Edwin menghela napasnya dan sedikit bercerita, “Kota ini adalah wilayah yang sangat asing untuk kebanyakan orang dan tidak banyak yang akan mengunjungi tempat ini.”

“Kalian mungkin mengetahuinya saat menghabiskan beberapa perjalanan sebelum ke tempat ini. Semuanya sepi, seperti tidak berpenghuni.”

“Rumah di sini sangat luas, bahkan nyaris ada yang seluas ladang tempat aku bekerja. Tapi mereka semua tertutup dan tidak pernah keluar.”

“Hanya pasangan Nova itu saja yang selalu keluar dan menyambut semua orang yang mereka temui, makanya aku ingat dengan putri kecil mereka. Kami pernah bertemu 4-5 kali dalam beberapa bulan sejak kepindahan mereka.”

“Tapi kejadian aneh itu baru pertama kali aku dengar. Aku sendiri seperti sedang mendengar kebohongan dari kalian berdua atau sedang menonton film horor.”

Lucas menjawab pelan, “Bukan hanya kamu yang merasakannya, tuan. Kami juga merasakannya.”

Edwin tersenyum mendengar gumaman itu dan berdiri untuk tidur. “Tidurlah, taruh saja gelasnya di sana. Besok setelah sarapan, aku akan mengantar kalian pulang dan melihat keadaan rumah kalian.”

“Terima kasih.” ucap Lucas sambil tersenyum.

Malam yang singkat itu mungkin adalah malam pertama yang indah. Tapi saat pagi hari datang, mereka harus siap menghadapi kenyataan.

**

Pagi hari, setelah sarapan, mereka mulai bersiap untuk kembali ke rumah keluarga Nova.

“Rumah bonekaku bagaimana ya?”

Hal pertama yang keluar dari mulut gadis kecil itu adalah soal rumah boneka kesukaannya. Sepertinya dia lupa tentang teror yang terjadi kemarin.

“Kau bisa berhenti membahas rumah bonekamu yang menyebalkan itu?” tanya Keane dengan nada sedikit kesal.

“Aku menyukai rumah bonekaku.”

“Tapi rumah boneka milikmu itu sumber teror.”

Mariana langsung memeluk Lucas, “Lucas, Keane jahat sekali.”

“Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja, Mariana.”

Keane hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Ketika mereka tiba di rumah, semua ketegangan dan kecemasan terlihat dari wajah Lucas dan Keane yang sulit disembunyikan. Edwin bisa melihat itu dengan jelas.

Dengan tenang, pria tua itu maju dan bertanya sebelum membuka pintunya.

“Kalian menguncinya?”

“Kami menguncinya. Ini kunci rumahnya.” jawab Keane sambil memberikan kunci rumahnya.

Edwin mengambilnya dan membuka kunci rumah tersebut.

Saat pintu dibuka, sungguh sebuah kejutan menanti.

...\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=...

Terpopuler

Comments

🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

kejutan apa itu? penisirin

2024-10-26

1

🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️

semoga Tuan Edwin beneran bisa bantu ya

2024-10-26

1

✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌

✍️⃞⃟𝑹𝑨Pemecah Regulasi୧⍤⃝🍌

Pas datang.... enggak jadi deh, aku pantau dulu aja 🤣

2024-08-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!