Lucas memandang kedua orang di depannya dan mengingat dengan jelas seperti apa sosok adik dan sepupu kecilnya yang pergi ke dapur.
Mariana memang sedikit pendiam saat datang ke dapur, namun tidak dengan Keane yang tetap bersikap normal.
Selain itu, mereka berdua juga mengobrol dengan normal di dapur sehingga aneh sekali jika sosok yang bertemu dengannya bukan sang adik sungguhan.
Keane yang melihat sang kakak berwajah pucat mencoba mengalihkan obrolan tadi.
"Makan siangnya sudah jadi kan? Kita bisa makan sekarang?"
"Oh?!" Lucas terkejut dan pikiranya kembali jernih. "Kita makan dulu. Yang barusan...tolong diabaikan. Kurasa aku melamun."
"Ya sudah," kemudian Keane menghampiri sepupu kecilnya dan berkata, "Mariana, kita makan dulu ya."
Gadis kecil itu meninggalkan rumah bonekanya. Saat itu, boneka-boneka itu tergeletak di lantai. Tidak ada satupun boneka yang ada di dalam rumah.
Namun, jika diperhatikan dengan baik, ada boneka lain yang cukup mengerikan di dalam dapur yang ada di dalam rumah boneka Mariana.
Satu boneka yang awalnya terlihat tersenyum, kemudian mengeluarkan cairan merah kental yang membasahi bagian dapur di dalam rumah boneka tersebut.
Ketika Lucas, Keane dan Mariana pergi ke dapur, ketiganya sedikit dikagetkan oleh sesuatu yang ada di lantai dapur.
Sesuatu yang berwarna merah, mengalir seperti air. Perlahan, semakin banyak dan semakin banyak seperti keran air yang terus menyala. Tapi air yang keluar berwarna merah.
Sontak, ketiganya kaget bahkan Mariana kecil sempat berteriak.
"Kyaaa!!! Kenapa dengan dapurnya, Lucas?!"
Lucas yang syok langsung berlari ke dapur. Tentu saja dia meminta sang adik menjaga sepupu kecil mereka.
Saat tiba di dapur, sungguh aneh karena dari dalam dapur semua tampak bersih, tidak ada air berwarna merah mengalir, tidak ada hal aneh terjadi.
Akan tetapi dia tidak bisa berbohong bahwa jelas ada sesuatu yang mengalir dari dapur. Kali ini bukan hanya dirinya, namun sang adik dan sepupu manisnya juga melihat hal tersebut dengan jelas.
"Apa-apaan ini..."
Lucas memeriksa lantai, keran dan melihat meja makan. Di atas meja, ada dua gelas kosong dengan noda merah di dinding luar gelas.
-Deg
Lucas semakin pucat, cemas dan takut. Ini jelas bukan hal normal.
Dari luar dapur, sang adik berteriak. "Lucas!!!"
Lucas bergegas keluar dan melihat sang adik memeluk sepupu manis mereka. Saat di luar, tidak ada apapun kecuali lantai bersih. Tapi ekspresi Keane tidak kalah kagetnya.
"Lucas, tiba-tiba saja airnya menghilang. Apa yang terjadi? Aku tidak sedang bermimpi kan?" tanya sang adik seakan tidak percaya.
Lucas sendiri bingung dan bercampur dengan rasa khawatir.
"Apa yang barusan itu? Sekilas dari dapur ada air seperti warna...darah. Tapi menghilang kembali dan kali ini bukan hanya aku yang melihatnya."
"Keane...bahkan Mariana juga melihatnya secara langsung. Apa ada hal yang...mengganggu kami?"
Mariana memeluk Keane dam bertanya, "Apa dapurnya sudah baik-baik saja? Mariana tidak mau makan di dapur."
"Mariana mau makan di ruang tamu saja. Tidak apa-apa kan, Lucas? Keane?"
Gadis kecil itu bertanya pada kedua kakak sepupunya dan mau tak mau, kedua pemuda itu harus setuju.
Lucas mengambil makanan mereka satu per satu sedangkan Keane mengantar Mariana kecil kembali ke ruang tamunya.
Di dapur, Lucas melihat gelas di atas meja tiba-tiba menghilang.
"Apa yang terjadi?"
Tentu dia syok. Namun...
"Lucas, mau kubantu?"
Suara itu adalah suara sang adik, Keane yang entah sejak kapan ada di belakangnya. Ekspresi kaget Lucas tidak bisa disembunyikan.
"Keane! Jangan membuatku kaget."
"Maafkan aku. Aku pikir kau akan baik-baik saja. Kenapa pucat sekali wajahmu itu?"
"Aku kaget. Bukankah kamu harus menjaga Mariana."
Keane tersenyum dan berkata, "Akan aku bawakan makanannya. Berikan padaku."
Lucas memberikan dua piring makanan dan Keane membawanya keluar. Tidak lama kemudian, Keane datang lagi dan membantu Lucas membawakan makanan.
Saat Lucas hendak membawa piring dan gelas terakhir, di belakangnya sudah berdiri sosok sang adik yang seakan pergi hanya dalam waktu satu kedipan mata.
"Ce–cepat sekali..." Lucas menjadi heran.
"Ahaha, sini. Aku bawakan saja semuanya. Nanti kau tinggal membawakan jusnya."
Lucas setuju. Tapi sebelum keluar, Lucas bertanya pada sang adik.
"Keane..."
"Ya?"
"Kamu...Keane iya kan?"
"Hmm? Kenapa bertanya? Memang kau punya berapa saudara, Lucas?"
"Tidak. Hanya saja...sebelum ini aku seperti bertemu Keane yang bukan Keane."
"Ahahaha! Apa itu Keane yang bukan Keane. Sudahlah, aku bawakan ini ya. Mariana pasti kelaparan."
Lucas tersenyum dan mengaguk. Dia berjalan keluar dapur dengan membawakan jus. Saat tiba di ruang tamu, Lucas terlihat cukup senang.
"Keane, jusnya sudah kubawakan."
"Oh. Letakan di meja. Dimana makanannya. Perlu kubantu untuk membawanya ke sini?"
"Apa?"
Sekarang, Lucas semakin bingung dan semakin tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi.
"Bukankah makanannya sudah kamu bawa dari dapur tadi?"
Keane terlihat bingung, "Hah? Aku? Kapan aku ke dapur? Kau tau Mariana tidak mau sendirian karena kejadian tadi kan?"
"...!!"
"Lucas, kau itu kenapa? Ini masih siang dan kenapa jadi bingung begitu? Apa yang terjadi?!"
Lucas hanya bisa terdiam dengan perasaan khawatir dan takut.
...\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nora Neko
Kejadian lagi /Cry/
2024-08-09
1
🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
lah makanan ilang ga jd makan dong
2024-07-23
1
🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
wew... boneka apa itu? 😱😱
2024-07-23
1