Keane tampaknya tidak sepanik yang dipikirkan. Dengan memegang pisau yang ada di tangannya, dia berjalan perlahan dan bertanya dengan nada tinggi.
“Aku tidak akan tertipu. Sosokmu mirip sekali dengan Lucas!”
“Keane! Ini aku, Lucas!”
“Tapi Lucas memintaku untuk mencurigai semua orang yang datang! Kenapa aku harus percaya padamu, di saat dia sendiri saja bisa nyaris tertipu dengan wajah yang mirip dengan adiknya ini!”
Tampaknya Keane cukup logis. Dia menyadari bahwa sang kakak telah beberapa kali merasa bahwa dia sedang melihat adiknya sendiri di dapur.
Mariana yang melihat Keane membawa pisau langsung panik dan menangis.
“Hiks…Keane, aku takut! Turunkan pisaunya! Hiks…”
“...” Keane sedikit terenyuh melihat gadis itu menangis dan melihat sosok di depannya. “Katakan kalau kau bukan Lucas.”
“Aku…aku Lucas. Aku mungkin terdengar gila, tapi aku kemari karena boneka itu…”
“Boneka?”
Keane langsung menurunkan pisaunya dan menghela napas. Dia meletakkan pisaunya kembali ke atas meja dan mendekati Mariana sambil memeluknya.
“Maaf sudah membuatmu takut. Aku hanya melakukan itu untuk melindungi diri. Maafkan aku ya.”
“Hiks…hiks…”
Mariana memeluk Keane dengan tangan gemetar dan itu membuat pemuda itu sedikit bersalah. Dia menggendong Mariana dan mendekati Lucas.
“Jadi, benar ini adalah kakakku?”
“Aku mohon, aku bersalah karena memintamu memegang omonganku barusan. Tapi aku bersumpah aku adalah Lucas.”
Keane hanya bisa mengangguk dan mereka keluar dari dapur. Kali ini, mereka tidak pergi ke ruang tamu melainkan kamar Keane.
Mariana duduk di kasur dan memeluk Lucas.
“Tidak apa-apa, Mariana. Kami di sini.” katanya sambil mengelus rambut gadis itu.
Keane sekarang bingung.
“Lucas, aku tidak ingin menakut-nakuti tapi kita tidak akan makan kalau begini. Mariana juga pasti lapar, tapi tampaknya dapur menjadi tempat yang sangat menakutkan untuk didatangi.”
“...” Lucas terdiam dan menundukkan kepalanya. Dia bertanya pada Mariana kecil, “Mariana, mau pesan makanan saja?”
“Mariana tidak mau makan. Mariana tidak mau melakukan apapun. Hiks…Lucas, aku takut.”
Gadis kecil itu tampaknya sudah memiliki trauma sendiri saat orang tuanya baru saja pergi.
Kedua remaja itu akhirnya tidak punya pilihan. Mereka menggunakan ponsel mereka untuk memesan makanan.
Sambil menunggu, mereka berbicara hal yang serius.
“Aku bingung. Kenapa kita seperti sedang diteror?” celetuk Keane, “Paman dan bibi tidak pernah mengatakan bahwa tempat ini berhantu.”
“Keane…” Lucas memperingatkan sang adik agar berhati-hati dalam bicara. Namun keanehan ini sangat kental seakan tidak memberikan mereka kesempatan untuk berpikir.
Siapa yang akan mengira hari pertama liburan mereka justru merasakan hal aneh.
Mariana kecil juga hanya bisa diam dan berkata, “Biasanya tidak ada yang seperti ini. Mariana biasa ditinggal sendiri dan tidak pernah ada hal yang mencurigakan.”
“Biasa ditinggal sendiri kemana?”
“Um…ke rumah tetangga di belakang rumah dan…pergi berkebun di halaman belakang.”
Jawaban gadis kecil itu polos sehingga kedua remaja itu hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Namun bukan di situ masalahnya.
Keane bertanya pada sang kakak.
“Lucas, tadi kau bilang boneka. Kenapa dengan bonekanya?”
Lucas melihat Mariana yang ikut melihat ke arahnya. Dia tidak bermaksud ingin menakuti gadis itu sehingga menggunakan smartphone miliknya untuk melakukan chatting.
[Keane, jangan bilang pada Mariana]
-Tiing
Keane melihat pesan masuk dan membukanya. Dia melirik sang kakak dan membalas.
^^^[Baiklah aku mengerti. Jadi, sebaiknya kau bicara padaku]^^^
^^^[Apa yang sebenarnya terjadi?]^^^
Lucas membaca balasan dari sang adik dan menceritakan semua yang terjadi.
[Aku merasa ada boneka lain yang tiba-tiba muncul. Aku tidak tau kenapa tapi aku sempat melihatnya]
^^^[Maksudnya?]^^^
[Saat aku melihat boneka yang mirip denganmu di dapur]
[Aku melihat ada sosok boneka lain berdiri di depanmu]
[Tapi boneka itu mengerikan dan aku panik]
[Lalu aku menyusulmu. Rasanya seperti ada yang salah]
Keane membaca bagian boneka lain yang berdiri kemudian membalas pada bagian itu.
^^^[Ini…maksudnya apa?]^^^
^^^[Jangan menakut-nakuti ya. Kau sendiri yang bilang kalau ini tidak ada hubungannya dengan horror]^^^
Lucas terlihat tidak yakin dengan balasan sang adik dan menjawab.
[Aku paham. Tapi masalahnya aku sendiri masih mencari alasan yang kuat]
[Alasan yang mungkin bisa menjelaskan siapa ‘Keane’ yang kutemui di dapur]
[Kamu sendiri mengatakan tidak meninggalkan ruang tamu dan terus bersama Mariana]
[Artinya ada seseorang yang menjadi dirimu dan menemuiku]
[Logika yang paling kuat adalah itu, Keane]
Keane merasa sang kakak mulai aneh. Dia mematikan chat mereka dan melihat ke arah Lucas langsung.
“Intinya kau mulai panik dan takut.” celetuknya.
“Keane?”
“Lucas, begini saja. Anggap semua tidak ada yang aneh. Kalaupun kamu takut atau khawatir, kita makan di luar saja atau buka semua penerangan dan jendela agar bisa–”
-Ting Tong
Sebelum Keane selesai bicara, ada suara bel dan Keane langsung bergegas keluar.
“Aku ambil pesanan kita dulu. Kau tunggu dengan Mariana di sini ya. Kali ini, kita akan makan.”
“...” Lucas melihat sang adik dengan ekspresi khawatir. Namun dia berusaha agar tidak panik.
Saat Keane keluar, melewati ruang tamu. Dia melihat ke arah rumah boneka milik sepupu manisnya.
“Apanya yang menakutkan? Lucas mulai termakan omongannya sendiri.” ucapnya sambil tersenyum.
Keane berjalan ke arah pintu dan membukanya. Dia melihat ada pengantar makanan yang mengantar makanan untuk mereka. Setelah membayar, Keane berjalan melewati ruang tamu kembali.
Namun kali ini, dia melihat seseorang di sana.
“Hmm? Mariana?”
Gadis itu tersenyum dan mengambil boneka di tangannya.
“Keane, aku mengambil bonekaku.” kata Mariana.
“Bukankah aku sudah bilang untuk menunggu. Lihat, kali ini kita benar-benar akan makan.”
Mariana tersenyum dan memberikan boneka di tangannya kepada Keane.
Saat Keane melihatnya, boneka tersebut bukanlah boneka yang dia ingat.
Kali ini, bentuknya sangat tidak jelas.
Boneka tanpa wajah dengan bercak merah dan tubuh tak utuh. Entah apa yang dimainkan gadis kecil itu, Keane langsung membuangnya ke tempat sampah di dalam ruang tamu dan memeriksa rumah boneka milik gadis kecil itu kembali.
Tampak tidak ada yang aneh, namun cukup lucu karena letak boneka tersebut berubah.
Boneka yang mirip Lucas dan Mariana berada di kamar yang sepertinya adalah kamar Keane.
Sedangkan ada boneka Keane di dalam ruangan yang mirip ruang tamu.
Tapi, boneka yang mirip dengan Keane tidak sendiri.
Di belakangnya ada sosok boneka mengerikan dengan darah dan ekspresi menakutkan.
-Deg
Keane tidak bisa menyembunyikan ekspresi syoknya.
“Kenapa bisa ada…boneka aneh di sana?”
Hati Keane seperti mengingat apa yang dikatakan Lucas pada chat mereka.
^^^[Saat aku melihat boneka yang mirip denganmu di dapur]^^^
^^^[Aku melihat ada sosok boneka lain berdiri di depanmu]^^^
^^^[Tapi boneka itu mengerikan dan aku panik]^^^
^^^[Lalu aku menyusulmu. Rasanya seperti ada yang salah]^^^
Keane mulai tersenyum menutupi rasa terkejutnya dan bicara.
“Mariana, kita harus ke tempat Lucas sekarang.”
“Iya.”
Saat itu, Keane belum menengok ke belakang. Namun saat dia hendak ingin menengok, terlihat sosok setinggi dirinya berdiri hanya dibatasi oleh napas.
Keane melirik rumah boneka dan benar saja.
Boneka mengerikan itu sudah ada di belakang boneka yang mirip dengannya. Jaraknya kali ini terlalu dekat dan seperti akan memberikan kejutan tidak menyenangkan.
Saat Keane sudah menunjukkan kepanikan, smartphone nya berbunyi dan itu membuatnya sedikit panik.
“Waaaa!! Kenapa bisa bunyi!” teriaknya.
Dia sengaja berteriak dan melihat bahwa itu adalah alarmnya. Saat dia menyempatkan mematikan ponselnya kembali dan melirik rumah boneka, tidak ada boneka aneh lagi di belakangnya.
“Ini…bohong kan?”
...\=\=\=\=\=\=\=***\=\=\=\=\=\=\=...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🍁Mahes💃🆂🅾🅿🅰🅴⓪③❣️
tipikal cerita horor suka pada misah orangnya 😄
2024-07-23
1
🐉
harusnya kemana-mana bersama
2024-06-30
1
❤️⃟Wᵃf🥑⃟ˢ⍣⃟ₛ ⧗⃟ᷢApri_Zyan🦀🧸
aaaaaa...aku merinding
2024-06-26
1