The Journey Of Love

The Journey Of Love

28, life crisis!

“happy Birthday, Alma.. semoga diumur lo yang ke 28 tahun ini lo bisa ketemu dengan Jodoh lo!!! nikah, terus punya anak, biar Anak gue nanti ada temennya, syukur-syukur anak lo cewek, kan bisa kita jodohinn!!” sahut Rissa, dengan senyumnya yang lebar dan kue ulangtahun yang sudah dihias dimeja restoran. Rissa adalah sahabatku, sejak kami duduk dibangku SMA lalu melanjutkan kuliah bersama. meskipun Rissa sudah menikah dan mengandung seorang anak, persahabatan kita masih tetap berjalan dan tidak lupa untuk terus saling bertemu setiap minggu. bersahabat itu tidak mudah, kadang kita harus bisa saling mendengarkan bukan hanya ingin didengarkan. dengan Rissa kami selalu saling mengerti, selalu saling mendengarkan isi hati satu sama lain. makannya, persahabatan kita masih terjalin meskipun satu per satu yang lain sudah hilang terbawa massa.

“Thank you ya Riss.. udah repot-repot nungguin gue dua jam.. thank you juga udah bersedia jadi buku diary gue selama ini” yap.. tidak ada kata yang bisa diucapkan kecuali terimakasih. “it’s okey, but don’t forget, 5 may!” itu adalah hari ulangtahun Rissa. kamipun seperti biasa, tertawa, cerita-cerita tentang kehidupan, tertawa lagi, menertawakan apapun “gimana nyokap sama bokap lo? sehat kan Al?” tanya Rissa sambil memakan fettuccine yang dipesan olehnya “baik kok, mereka mau liburan nanti ke Jogja. menikmati masa tua they said” jawabku sambil memakan spagetti kesukaanku. Kamipun kembali diam, aku merasa sepertinya ada yang ingin disampaikan Rissa, namun ntah kenapa Rissa memilih untuk diam.

“al... lo tau gak sih?” pertanyaannya mengantung sampai situ, Rissa meminum minumannya sejenak. Dugaanku benar, Rissa seolah ingin menyampaikan sesuatu “soal apa??” jawabku, “hmm.. gue sebenernya gak mau cerita ini ke lo, karena ini hari ulang tahun lo, tapi lo harus tau!” nadanya agak tinggi dan risih, pada saat itu aku terbawa oleh rasa penasaran yang diberikan Rissa, dia berdiam sejenak. aku tau sekali bibirnya yang tak tahan untuk berbicara “Tama udah nikah...” oke, ini hadiah ulangtahunku yang kesekian. aku anggap ini adalah kabar baik. Meskipun kabar ini rupanya hampir membuat jantungku copot.

Tama adalah mantan kekasihku, sejak SMA. Aku tak pernah berpikir kalau akhirnya kisah cintaku berhenti juga. tidak ada yang harus aku tunggu lagi, karena sejak dulu putus dengan Tama, hari-hariku selalu dipenuhi dengan rasa bersalah yang dalam dan menyakitkan. “that’s a good news, right?” tidak tau harus merespon apa kecuali kalimat itu, mencoba tetap berlagak santai padahal lumayan sedih mendengar berita dadakan itu, tahun lalu Tama masih menghubungiku sekedar untuk memberikan doa dihari ulang tahunku, namun kali ini. bukan doa untukku, melainkan untuknya. untuk Tama.

“iyasih.. tapi, gue tuh ngerasa yah hubungan lo sama dia gak pernah berakhir. gak tau kenapa kalo denger dari kisah cinta lo berdua nih dari jaman SMA. kalian kan pacaran, terus putus. terus nanti Tama pacaran sm cewek lain terus putus, Tama baliknya dan cerita nya pasti sama lo. begitupun lo, ketika lo punya pacar dan putus pasti ceritanya ke Tama kan? gue bingung aja kenapa dia tiba-tiba nikah. dan pas banget hari ultah lo, lo gak diundang?” tanya Rissa diakhir pembicaraannya yang cukup panjang, sedikit membuatku berpikir. “gak diundang dong, yakali dia ngundang gue. sebagai Mantan yang dua minggu sebelum nikah aja dia masih hubungin gue. tapi dia gak pernah tuh cerita ke gue soal pernikahannya. malah gue juga gak tau kalo dia punya cewek. lo tau Riss gue gimana, kalo gue tau dia punya cewek, gue gak akan pernah nanggepin chat dia” jawabku, namun tetap saja rasanya lebih mengagetkan daripada serangan jantung, bedanya dadaku tidak sesak.

“demi apa sih lo? dia masih hubungin lo? terus bahas apaan? anjrit. gue gak habis pikir, dan lo tau? dia bahkan gak upload apapun di insta story nya, gue taunya juga dari orang-orang yang nge tag dia” aku hanya tersenyum, why are you so exclusive as shit?! “yaa bales story gue doang sih, nanyain kabar. gak banyak. Tapi ngapain juga kalo dia dua minggu mau nikah, terus masih balesin story gue yang lagi lari pagi” ujarku sambil minum sedikit, jujur tenggorokanku kering karena banyak berbicara

“Lo juga tau kan Ris bulan-bulan sebelumnya gue sempet dibikin resah, gara-gara dia tiba-tiba ngajak gue nikah. gue sama dia kan sempet deket lagi. Kita juga sempet bahas pernikahan. mungkin gue yang salah respon sampe akhirnya dia memutuskan untuk nikahnya sama cewek pilihan dia” kali ini Rissa yang terlihat resah, lebih tepatnya Rissa kasihan melihatku. “yaahhh.. tapikan gak secepet ini juga dia nikahnya. emang lo udah pulih?” pertanyaan Rissa juga adalah pertanyaan dariku untuk diriku. namun, malam itu jawabku hanya senyuman “lo deket lagi sama Tama bulan Agustus kan Al? Desember dia nikah Al. 4 bulan doang, masa secepat itu” Rissa rupanya masih tidak terima dengan kenyataan yang harus diterima oleh seorang Alma. “udahlah riss.. jangan bahas apapun soal Tama yaa.. bukannya gue gak mau cerita soal perasaan gue, tanpa gue cerita pun kayaknya lo udah paham. gue cuma gak mau banget berlarut-larut kayak sebelum-sebelumnya” Rissa tersenyum kasihan sambil mengusap tanganku yang mulai kedinginan.

“tapi.. gue masih gak habis pikir.. terakhir lo cerita kan bulan Juni, dia nyamperin lo dan dia bilang kalo lo mau nikah, dia akan bawa keluarganya kerumah lo.. emang lo jawab apa sih Al sampe akhirnya Tama nikahnya sama orang lain?” tanya Rissa, kebetulan sekali rissa memang belum tau soal ini, pada saat itu kami sama-sama sibuk.

“lo tau kan riss gue baru naik jabatan? dan gue belum boleh nikah selama satu tahun, gue jawab ke Tama kalo gue belum siap tahun ini” dengan spaghetti yang rasanya sudah tidak enak lagi, “Anjrit!! Cuma karena itu? Tama please deh satu tahun tuh gak lama! ngebet banget kawin kali tuh anak! udah birahi kali dia!” Rissa, dia memang seperti itu gaya bicaranya, julid. tapi Rissa yang bisa membuat kegelisahan malamku menjadi tawa. dia berhasil mengubahnya.

makan malam dengan Rissa berjalan sangat singkat, kami berjanji untuk bertemu lagi diminggu depan. akupun pulang, dengan kembali mengendarai mobil yang dipenuhi playlist lagu-lagu favorit ku pada saat dengan Tama, dulu. Rissa saja tidak habis pikir dengan kenyataan yang kualami. Apalagi aku? Yang harus tegar menjalani. Semakin dewasa sepertinya, harus menyediakan ruang ikhlas dalam diri. Karena terkadang semua yang kita inginkan hampir tidak ada yang sesuai dengan ekspektasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!