Pada Fase ini, mungkin akan menjadi fase terpanjang dalam kisah cintaku dengan Tama. Seperti sebuah kebun dengan pohon yang sudah mulai bebunga, dari kuncup hingga mekar.
Diminggu pertama hubungan yang kami jalani sedang gemes-gemes nya. Active untuk video call setiap malam, meskipun aku sedang mengerjakan tugas sekolahku. Kalo siang diwaktu istirahatpun Tama masih punya waktu untuk video call bersamaku untuk sekedar makan bersama meskipun lokasi kami berbeda. Seolah waktu Tama sepenuhnya milikku.
“Makan apa sayang?” Tanya Tama dari layar handphone. Siang itu seperti biasa aku dikantin bersama Gengku ada Rissa, Lingga dan Remi “hmm udah sayang-sayang-an aja ni bang” sahut Lingga yang berada tepat didepanku Rissa dan Remi hanya tertawa saja mendengarnya “kamu sama siapa itu?” Tanya Tama lagi, akupun langsung memutar kameranya kearah teman-temanku yang lain “yaudah aku istirahat dulu yaa, i’ll call you later sayang” sahutku, seraya melambaikan tangan kearah kamera. Mengingat senyum Tama selalu manis dengan lesung pipi yang dimilikinya.
“Kalo diliat-liat, Tama ini cowok yang paling lama ya PDKT nya sama lu. Dari dia baru lulus dan sekarang kita yang dikit lagi mau lulus, lu baru jadian” ujar Remi didepan makanannya “eh iya juga yaaa, tumben al?” Lanjut Rissa, masih sibuk menikmati siomay nya “gue juga gatau kenapa, tapi Tama tuh kayak orang pertama yang ngenalin gue banyak hal” jawabku, kala itu makan siangku adalah nasi nugget dan telor kecap buatan ibu. “Lo dikenalin si komo juga gak sama Tama?” Lingga memang selalu sebercanda itu, akupun mendecik kesal mendengarnya. Bukan kesal sih, tapi capek mendengar becandanya yang tidak lucu. Heran saja, Rissa dan Remi bisa tertawa dibuatnya.
“Dikenalin apa aja emang?” Remi selalu begitu, pembawaannya selalu tenang dan nampak serius “gue pertama kali naik angkot sama dia, naik kereta sama dia, pertama kali keluar dan main malem juga sama dia, pertama kali nyanyi di cafe juga sama dia” berhenti sejenak, “hmm.. Gue kan pacaran udah dua kali. Sama Adam dan sama Pram, but honestly sama mereka gue gak ngerasain kayak berdebar nya waktu sama Tama. Believe it or not, gue sama Adam atau sama Pram gak pernah pegangan tangan sekalipun, butt with Tama I didd” ini adalah hal yang pertama kali aku ceritakan pada Genges disekolahku. Yaa personilnya memang cuman berempat sampai saat itu, kami tidak ada niatan untuk nambah member baru.
“Kok bisa sih lo sama Tama pegangan tangan?” Pertanyaan Rissa, yaa you know high school kid talks. “Long story short, gue pulang theater dianterin dia naik kereta. Terus gue ketinggalan kereta, because that’s the first time I took a fuckin train. Dia udah duluan masuk kedalem kereta sampe keretanya jalan dan gue masih berdiri didepan ngeliat keretanya yang udah jalan, bengong kayak anak ilang, but finally he took me back and hold my hand thightfully” kala itu, menceritakan Tama dikalangan teman-temanku adalah hal yang membanggakan untuk diriku. Ntahlah dulu aku merasa sangat beruntung aja, bisa sedekat itu dengan Tama.
“Lucky Tama” sahut Remi, kalimatnya agak dingin. “Not only for Tama sih, Im lucky tho.” Jawabku seraya meminum infuse water yang dibekalkan Bibi “Tapi.. tapi.. tapiii.. lo percaya gak sih kalo Tama belum pernah pacaran? He’s got a poker face I think” dalam semua persahabatan pasti ada yang pro dan kontra dengan pasangan kita, terutama Rissa “yang itu belum gue selidiki lebih lanjut sih. Tapi ada benernya juga. Tama kan ganteng, anak geng motor, yakali gak punya cewe. Hmm gue tampung dulu deh pertanyaan lo, i’ll check it later” sahutku, masih sambil lanjut dengan bekal makanan “ribet bener yee jadi cewek, orangmah gak mau nyari masalah. Dia malah nyari masalah” begitu sahut Lingga, diiringi Remi yang lagi tertawa, rupanya dia setuju dengan ungkapan Lingga. “Bukan cari masalah tapi lebih tepatnya kita mencari kebenaran!” Lanjut Rissa.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments