Penolakkan pertama.
Jika kalian mencari cerita-cerita cinta. Yang kalian baca sekarang memang cerita cinta. Liburan kelulusan kan lumayan lamaa, saat itu setelah statusku berubah menjadi lajang. Banyak sekali cowok-cowok berdatangan. Yang unik salah satunya adalah, Kemal.
Kemal ini kakak kelasku dulu waktu SMA, betul dia satu angkatan dengan Tama. Betul, dia tau kisah cintaku dengan Tama. Betul, dia juga satu geng motor dengan Tama. Cowok dengan tampang ke-arab-arab-an ini, tiba-tiba saja hari itu menanyakan tentang statusku. Padahal dulu ketika disekolah, aku tidak dekat juga dengannya. Sekedar cheap talk aja gak pernah
Kemal : lo putus sama Tama al?
Begitu katanya di DM instagram, aku mengabaikannya karena kupikir dia tidak penting. Aneh aja gitu, in real life tegur—sapa aja gak pernah, tiba-tiba datang dengan pertanyaan yang cukup privacy menurutku. Kenapa Kami bisa saling follow di instagram juga karena aku tau dia kemal, dan kemal tau aku alma. Kami satu sekolah. Sebatas itu.
Aku terus menjalani hari-hariku seperti biasa. Olahraga, menghabiskan waktu bareng teman-teman. Bareng Rissa, Lingga yang mau keluar negri. Tentu, saat itu dimanapun kami berada. Kami memang selalu update di Path dan instagram. Semua circle satu sekolah pun mungkin tau malam itu aku sedang hangout dimana. Hal yang tak terduga pun terjadi lagi. Kemal, tetap berusaha untuk mendekatiku, ternyata.
Kemal : lu lagi di Halaman belakang? Pantesan tadi gue kayak ngeliat lo. Tapi ragu takut salah orang, lu sekarang lebih cakep, apa karena abis putus dari Tama? Haha.
Rupanya, lagi-lagi DM itu dari Kemal Apaan sih ni orang sok asik banget. Gumamku dari hati, selaras menaruh handphone ku diatas meja. Braakk, lumayan kasar. “Al, lo kenapa?” Tanya Rissa sambil memegang kartu Uno yang lagi kita mainkan berempat “lo tau kak kemal kan? Dia disini juga. Dia nge DM gue kayak gini” aku mengambil lagi handphone ku dan menunjukkan isi DM nya ke mereka. Respon mereka hanya tertawa, karena mereka tau kak Kemal si lelaki yang tampangnya juga gak kalah sangar dari Tama “bisa juga dia sok asik sama cewek, ngilmu dimana coba” ujar lingga masih dengan tawanya yang kencang. Sama seperti Remi dan Rissa yang juga tertawa. Seketika, tawa kita semua berhenti saat lelaki dengan kaos hitamnya berdiri didepan meja yang kami duduki. Pandangan kita berempat menatap kearah tubuhnya yang tegap. Kemal, tidak puas jika hanya menyapa ku lewat instagram rupanya.
“Hey al..” senyuman yang dia berikan nampak aneh lalu menatapku. Aku hanya tersenyum, berusaha Ramah saja. “Gue cuma mau minjem korek kok, ke Remi” ujarnya, Kemal memberikan gesture nya yang sedang membakar rokok. “Thanks Rem, join lah. Banyak anak-anak disana” ujar Kemal yang sok asik dengan Remi, kemal tau Remi suka Balap. “Next time bro” jawab Remi, gesture nya masih menyisakan tawa. setelah itu, dia langsung pergi kembali ke mejanya. Kami berempat saling tatap, merasa aneh dan akhirnya bernafas lega setelah kemal pergi. Pertemuanku dan kemal, hanya sebatas itu saja.
Sampai suatu ketika, dipagi hari yang cerah. Tumben sekali Ayahku membangunkanku jam 5 subuh. “Nak.. bangun sayang” ujarnya, mengusap kepalaku. “Kenapa yah?” Akupun langsung terbangun, bingung “ada bunga mawar sama amplop putih. Kayaknya didalemnya ada surat deh. Ayah nemuin ini tadi pas lagi manasin mobil didepan” jujur, aku kaget ketika mendengarnya “hah? Dari siapa?” Bangun tidur, langsung bingung. Begitu reaksiku. Aku merasa sedang tidak dekat dengan siapapun, kecuali Kemal yang akhir-akhir ini sering mengirimiku DM di instagram. Tapi kalopun dia, tau darimana rumahku? “Gak tau, ayah juga gak baca suratnya” lalu terdiam “Pesan ayah, kamu berhak untuk menolak seseorang yang gak kamu sukai. Tapi, dengan cara yang sopan jangan sampai melukai hati” Ayah menepuk bahuku, lalu pergi meninggalkanku bersama bunga mawar merah serta sepucuk surat dari seseorang yang belum aku ketahui.
Perlahan, aku membuka isi suratnya. Tulisannya lumayan bagus, tapi aku belum bisa mengenali siapa orang dibalik tulisan tersebut. Isi suratnya begini
Al, sorry kalau gue gak punya nyali yang besar untuk ngomong secara langsung. Tapi, dari dulu. Gue suka sama lo. Setelah gue denger kabar kalo lo putus, gue mencoba untuk memberanikan diri buat nge-DM lo. Sorry kalau agak ganggu, tapi gue cuma pengen lo tau. Salam kenal, K.
Sepertinya, setelah membaca isi surat tersebut rasa penasaranku terbayar sudah. Keraguanku tidak pernah salah. Tapi pertanyaannya adalah, tau dari mana rumahku? Aku malah semakin khawatir. Lalu, aku memberanikan diri untuk membalas DM instagram dari Kemal
Alma : kak.. sorry, lo yang ngasih surat sama bunga mawar kerumah gue ya?
lumayan lama untuk bisa dapat jawaban dari kemal. Tepatnya jam 8 pagi, ketika aku sedang mengoleskan selai pada selembar rotiku. Kemal membalasnya
Kemal : iya.. sorry, suka gak al?
Memang pesan dari kemal yang aku tunggu, akupun langsung intens membalasnya. Bukan berarti aku menanggapinya. Melainkan ingin tau, maksud dan tujuan dia kayak gitu, ngapain?!.
Alma : sorry kak, tapi gue gak suka dikasih bunga. Rumah gue bukan kuburan. By the way, lo tau rumah gue dari mana?
Kemal : sorry al, gak maksud gitu. Gue cuma pengen kenal lebih deket sama lo. Sorry kalo ganggu. Satu sekolah juga tau kali rumah lo dimana, kalo temen sekelas lo ngadain bukber juga pasti bikin acaranya dirumah lo kan?
Duh.. bener lagi, dulu kalau aku minta izin untuk pergi bukber pasti gak dibolehin sama orang tua. Akhirnya mau gak mau bukbernya dirumahku. Siapa yang gak tau rumahku, benar kata kemal.
Personality Kemal gak buruk-buruk banget kok, physically juga gak jelek-jelek amat Kemal blasteran indo—Arab, kekurangannya mungkin dia gak tau bagaimana cara deketin cewek. Mungkin menurut kemal, hal yang dia lakukan akan membuat cewek-cewek merasa dicintai seperti difilm-film, padahal yang aku rasakan bukan romantis, sebaliknya membuatku merasa, garing?! Tidak semua wanita akan merespon pakai cara yang sama seperti di film kan?
Alma : yaa.. kan bisa lu nge chat gue dulu kak? Gak harus tiba-tiba kerumah gue ngasih bunga sama surat. That’s weird
Agak jengkel sebetulnya.
Kemal : yaudah, sorry. Berarti gue boleh ngajak lu jalan nanti malem?
Nah, kan. Aku bingung harus merespon dengan cara apa. Tapi bukankah pertemuan itu bisa aku manfaatkan agar kemal berhenti menggangguku?
Alma : di tempat kopi kemarin aja. Jam 7.
Saat itu, aku mengiyakan ajakkan kemal hanya untuk memastikan agar kemal tidak usah mengusikku. Pertama, karena kemal temannya Tama, kedua aku sedang tidak ingin lebih dekat dengan siapapun dan ketiga, aku mau fokus kuliah. Masuk akal kan alasanku? Kalopun nanti kemal mengajakku untuk menjadi temannya, aku juga sedang tidak ingin berteman dengan siapapun. Rissa, Lingga dan Remi rasanya sudah cukup.
...****************...
Malam pun tiba, tepat jam 18.30 aku masih dirumah. Penuh bimbang, jadi dateng gak ya? Nanti kemal kepedean gak ya? Begitu terus yang ada dalam pikiranku. Sepertinya, aku butuh seseorang untuk menemaniku bertemu kemal. Yang ada dikepalaku saat itu hanya Remi.
Aku memberikan pesan singkatku ke Remi untuk menemuiku di tempat Kopi. Remi tau, aku akan menemui Kemal malam itu. Benar saja dugaanku, kemal sudah duduk manis dimeja berama segelas kopinya yang mulai dingin, bagaimana tidak aku janji jam 7 dan datang jam 7.30. Baru kali ini aku telat 30 menit.
“Hey al..” begitu ujarnya yang langsung duduk tegap ketika aku duduk didepannya “hai” jawabku kaku. “Maaf ya, pasti lo kaget kenapa tiba-tiba gue DM ig lo” Kemal mulai membuka obrolannya, jelaslah kaget. Pikirku dalam hati, nyatanya aku menunjukkan gesture kalau aku merasa tidak nyaman. “Lo gak suka ya?” Dia mengerutkan alisnya, kepalanya miring sedikit memandangku “bukan gak suka sih kak, tapi.. aneh aja. Kak kemal kan temen deketnya Tama. Aneh” jawabku berusaha tetap santai “kata siapa? Aku sama Tama gak sedeket itu. Sebelum kamu jadian sama Tama juga, aku udah kagum sama kamu. Mungkin kamu yang gak sadar, padahal dari jauh aku diem-diem suka merhatiin kamu. Cuma nyali aku emang gak sebesar Tama, berani ngajak jalan secara direct” dia mulai menjelaskan, padahal yang direct itu kemal. Tama secara smooth mendekatiku, mengenalkan beberapa tahapan-tahapan dalam berhubungan. Bukan tiba-tiba datang lalu bilang suka.
“Oya? Kenapa bisa suka kak? Lo kan belom tau sifat gue gimana. Sebenernya gue itu galak, keras kepala, gak bisa diatur” ujarku, dengan nada yang sedikit lebih tinggi dan tegas “tuh kan, semakin kamu galak semakin lucu diliatnya” dia malah tertawa, seolah menganggap perkataanku bercanda. Aku menghela nafas, memalingkan bola mataku sambil meneguk kopi pesananku. “Kenapa gak coba dulu sih al? Kenal sama aku?” Wajahnya mendekat, kearah wajahku “gue mau fokus kuliah kak, gue juga gak mau nyari cowok buat main-main doang. Sampe sini ngerti kan ya?” Kali ini tatapanku tegas, wajahnya menjauh. “Sorry, mungkin lo gak suka cara pendekatan gue terlalu brutal. Oke, gue gak akan ganggu lo kok al. Thank you ya, udah mau bilang dan jujur soal perasaan lo” untung saja respon kemal sesuai dengan harapanku, “its okay kak, thankyou udah ngertiin posisi gue” jawabku, tanpa memandang lagi wajahnya langsung berdiri seolah aku ingin segera meninggalkan tempat ini.
Namun saat aku membalikkan badanku, rupanya Remi baru saja datang aku segera berjalan kearahnya menuntunnya dan berbisik “ayo buruan pergii” kamipun berjalan bersama keluar dari tempat kopi itu dan langsung masuk kedalam mobilku. Remi masih kebingungan, sambil berkata “ada apaan sih al? Dia ngomong apa?” Tanya Remi penasaran dengan nafas yang masih ngos-ngosan didalam mobil. “Kemal, lo tau? Dia naro bunga sama surat didepan rumah gue. Terus dia ngajak gue ketemu. dia bilang kalo dia suka sama gue. Gila kan? Dia temennya Tama loh rem” ekspresiku saat itu, heboh. “Hahaha, emang kenapa? Emang ada larangan temennya Tama gak boleh suka sama lo?” Remi malah tertawa, iya jugasih. Pikirku. “respon lu begitu, karena lu gak suka sama kemal” benar, kata Remi. “Iyasih” kami terdiam. Lalu tiba-tiba Remi bilang “kalo gue yang suka sama lo? Respon lo bakal kayak gitu juga gak?” Aku menatap kearah Remi yang sedang menatapku. Seketika membeku. Remi terus menatapku sedangkan aku diam seperti patung. Lalu; “hahahaha, gausah serius gitu muka lo, gue becanda” shit! Wajahku menunjukkan rasa kesal. sedangkan Remi masih menertawaiku. Makin kesini becandanya mulai bawa-bawa perasaan.
“Emang kemal kenapa sih? Diakan ganteng al, lo suka yang arab-arab gitu katanya?” Masih dengan sisa tertawanya yang belum hilang. “Nggak dulu deh” sedangkan aku masih kesal dengan becandanya Remi. Kami sempat diam beberapa detik “Belum bisa move on?” Tanya Remi, kali ini ketawanya sudah hilang “gue lagi setuju aja sama apa yang diomongin nyokap gue” berhenti sejenak “dia bilang, pandangan gue soal cinta pasti akan berbeda setelah gue ngerasain patah hati pertama gue. Dan bener, meskipun menurut lo kemal ganteng, dia effort buat ngutarain perasaannya ke gue, tapi pandangan gue soal cinta udah gak sama. Hambar rasanya” Remipun berdeham, “berarti, lo bakal susah jatuh cinta al” mungkin benar menurut Remi “iya, sama kaya lo kan. Susah jatuh cinta” kami berdua masih didalam mobil, dengan lagu yang menyala. Masih didepan parkiran tempat kopi.
“Kata siapa? Jatuh cinta mah gue juga pernah. Cuma, gue pengen bikin cewek yang gue cintai merasa sangat exclusive ajaa.. karena gue cuma berani mengutarakan itu ke satu orang doang. Liat aja nanti” aku tertawa, menyepelekan perkataan Remi malam itu. “Hahaha gak mungkin. Cowok jaman sekarang ada yang kayak gitu” Remi berusaha mengalihkan obrolanku, “tuh.. liat.. Kemal baru keluar hahaha, kasian banget mukanya abis dapet penolakkan” dia malah mengolok Kemal yang terlihat baru keluar dari Tempat kopi dengan wajahnya yang lusuh dan tidak bergairah. Herannya, kala itu aku setuju dengan Remi lalu tertawa bersama.
...****************...
Begitulah hari-hariku. Diisi dengan kegiatan olahraga dan bertemu teman-teman sampai akhirnya tidak terasa senin sudah mulai aktif kuliah. Hari minggu ini aku diantar orangtuaku kekostan baru yang nantinya akan menjadi tempat tinggalku selama kuliah. Sebenarnya pulang-pergi naik KRL juga bisa, tapi Ayah selalu mengkhawatirkanku jika aku naik angkutan umum.
Setelah rapi-rapi kamar kostan dan memasuki beberapa pakaianku ke lemari. Ibuku berkata, “inget al, kamu harus fokus kejar cita-cita kamu. Sekolah yang bener. Jangan lupa ibadahnya, jangan terpengaruh pergaulan yang gak bener. Jangan telat makan, harus jaga kesehatan. Telpon ibu minimal pagi pas kamu bangun tidur, siang pas kamu lagi makan, sore ketika kamu sudah pulang dan malam pas kamu mau tidur” begitu ujarnya, khawatir mungkin. Anak satu-satunya sekarang sudah harus hidup sendiri. “Hmm minum obat aja kalah ya buu.. 4 x 1 looh” ujarku becanda, “kalo ada apa-apa kamu pokoknya langsung hubungi ayah. Asal jangan tengah malem, ayah sudah tidur hehe” lanjut Ayahku “semangat ya nak, carilah ilmu dikampus maupun diluar kampus. Kamu harus Bergaul, tapi jangan sampe salah gaul” itu nasihat ayahku sambil mengusap kepalaku. Ini memang pertama kalinya aku meninggalkan Rumah, wajar mereka khawatir. Meskipun jarak dari Bogor ke Depok dekat. Tapi tetap saja, biasanya setiap hari bertemu. Kali ini semua hal harus aku lakukan sendiri.
Sebelum orang tuaku pulang dan meninggalkanku dikosan sendiri, rasanya kesepian itu belum terasa. Sampai akhirnya malam pun tiba, membuatku susah tidur. Padahal tidak ada yang salah dengan kosan ku, ruangan 4x5 dengan fasilitas kasur, meja belajar, TV, Wifi, Ac, pemandangan gedung dari luar jendela, dan kamar mandi dengan water heater yang menghangatkan. Tetap saja, jika sendirian hampa sekali rasanya. Berkali-kali membuka handphone, menonton Netflix, masak Pop mie, tapi tetap mataku enggan terpejam. Sampai akhirnya lelah sendiri jam 1.45 aku tertidur tanpa sadar. Bahkan lupa untuk memasang alarm.
Pagi itu, aku kurang beruntung karena bangun jam 7 sedangkan MOS dimulai jam 8 pagi. Sulit sekali hidup tanpa alarm dari suara ibuku. Biasanya dia yang membangunkanku. Baru saja sehari, sudah rindu. Akupun bergegas bangun, mandi seadanya, lalu siap-siap untuk berangkat kekampus. Outfitku saat itu memakai kemeja putih dan rok hitam selutut, karena masih MOS jadi belum bisa menggunakan pakaian bebas.
Berjalan kaki menuju kampus yang jaraknya tidak jauh dari kostanku, ternyata sudah banyak sekali anak-anak maba (mahasiswa baru) yang ikut jalan bersamaku. Dikampus ternyata sudah banyak sekali mahasiswa yang menggunakan baju hitam putih sepertiku, mereka berbaris sesuai jurusannya masing-masing. Aku masih belum punya teman saat itu, sampai akhirnya ada seorang wanita yang menyapaku untuk pertama kalinya “hai.. kayaknya kita satu jurusan deh” begitu ujar perempuan tersebut dengan rambutnya yang dikuncir dua, saking buru-burunya bahkan lupa harus menguncir rambutku “oyaa.. syukur deh. Akhirnya punya temen.' Gue alma” ujarku menyodorkan tangan ingin berkenalan “Nagita” jawabnya tersenyum dan menjabat tanganku “lo gak dikuncir Al? Nanti diomelin loh” pas banget Nagita bilang begitu bahkan aku tidak sempat untuk meresponnya, kakak-kakak senior langsung datang menyuruh kami untuk berbaris sesuai dengan jurusan masing-masing. Kakak senior itu memutari setiap barisan, memeriksa siapa yang tidak mengikuti aturan. Salah satu dari Kakak senior itu ada yang berhenti didepanku. Aku sudah menduga dia akan memarahiku karena aku kelupaan untuk menguncir rambutku. “Nih, diiket dulu rambutnya. Daripada kena hukuman” dugaanku salah, lelaki itu menyodorkan dua buah karet padaku lalu aku menatap kearahnya lelaki dengan almamater Ui dia menggunakan kemeja putih didalamnya potongan rambutnya rapih, kesan pertama aku menatap wajahnya adalah, fresh banget ni orang. Seger aja gitu kalo ngeliat dia, mungkin pengaruh parfumnya. “Thank youu kak” tanpa ragu, aku langsung mengambil karetnya dan segera mengikat rambutku sambil mataku mencari dimana name tag kakak itu, berusaha mencari tau siapa namanya. Ketika aku melihat lanyard yang menggantung di lehernya, lelaki itu bernama Calief. dia pergi. Meninggalkan aroma parfum Bvlgari Aqua Atlantiqve yang membuatku berpikir dia benar-benar segar dan charismatic.
Acara MOS saat itu hanya pemaparan materi terkait kampus dan jurusan, serta sharing season seputar jurusan yang kita ambil. Tidak ada game-game seperti jaman dulu, anak baru tidak ditatar dan disiksa pada era-ku, pembelajaran seperti itu sudah tidak dipakai. Menurutku cara seperti ini lebih efektif dan bermanfaat.
Saat istirahat tiba, aku berkeliling diarea kampus bersama teman-teman yang baru aku kenal tadi. Ada Nagita dan Lastri. Nagita asalnya dari Lampung sedangkan Lastri dari Bandung. Kami menikmati angin sepoy-sepoy yang ada dibawah pohon rindang area kampus. Saat itu juga, ponselku berbunyi.
Adam : al.. nengok ke kanan dong. Gue lagi di DPR nih
Rupanya pesan dari Adam, aku sempat lupa kalau Adan satu kampus denganku sekarang.
Alma : DPR??
sebagai anak awam, kala itu aku masih belum tau singkatan-singkatan gaul anak ui
Adam : Dibawah Pohon Rindang.. gue ngeliat lo dari sini
Aku menoleh ke kanan dan kekiri, mencari dimana Adam. Rupanya diapun sama, sedang menikmati angin siang ini dibawah pohon rindang bersama kawanannya, aku tersenyum dari kejauhan dan melambaikan tanganku, Adampun sama, senyumannya lebar dengan pipinya yang merah, aku tau dia kepanasan.
Tidak sempat aku menghampiri Adam, kakak senior rupanya sudah memanggil kami untuk kembalik kekelas masing-masing karena akan diberikan buku dan informasi kelas mana yang akan kami dapatkan untuk memulai kuliah esok hari.
Hari itu aku tidak melihat dimana Remi, padahal dia bilang dia juga masuk Ui. Tanpa ragu, aku bertanya padanya melalui chat yang kukirim
Alma : lo dimana Rem? Kok gue gak liat lo?
Remi : gue gak ikut MOS, males. Langsung masuk aja besok.
Begitu jawabnya, Remi memang seperti itu kelihatannya pemalas, tapi sebenarnya dia cerdas. Tak usah diragukan lagi.
Hari ini lelah sekali rasanya, aku harus segera pulang kekostan, mandi air hangat dan rebahan. Ternyata kalau kelamaan liburan, gak bagus juga untuk kesehatan. Baru ngampus sehari aja lelahnya sudah seperti setahun. Bukan lelah fisik sebenarnya, melainkan lelah mental. Aku cukup introvert untuk bertemu dengan orang baru, makannya butuh energy yang banyak untuk basa-basi dengan orang baru, dan sore itu ketika pulang kuliah, Energy ku habis sudah.
...****************...
Seperti janjiku pada ibu, dia meminta untuk dihubungi sehari 4x. Setelah selesai mandi, dan rebahan aku mengeluhkan kisahku hari ini pada ibu
“Kaloo aja ada Bibi disini, aku pengen minta pijit bu. Capek banget. Rasanya lebih capek dari lari marathon” begitu kurang lebih keluhku
“Haha kamu gak terbiasa bertemu orang baru kali, makannya jadi capek. Yaudah istirahat, jangan lupa makan” ujar ibuku dari jauh “bu.. taugak? Aku satu kampus sama Adam, ibu inget adam gak?” Memang seperti itu, aku memang selalu cerita apapun pada ibu “ohh adam yang mualaf itukan?” Hanya itu rupanya yang dia ingat soal Adam, aku tertawa dan mengiyakan jawabannya “terus kalo satu kampus kenapa al?” Tumbuh pertanyaan lain yang keluar dari ujung telpon “yaa.. gapapa sih, I’m just told you mam” “hmm okay” jawab ibuku, aku membayangan sekali ekspresi wajahnya pasti sambil merem dan senyum seperti emoticon ini 😌
“lagian bener kata ibu, jatuh cinta rasanya udah beda ketika kita mengalami patah hati pertama. Aku mau fokus kuliah aja sekarang” kataku, mencoba lebih bijak saat itu, lalu dari ujung telpon aku bisa merasakan hembusan nafas ibu yang sedang tersenyum “that’s my girl” ujarnya.
Setelah cukup panjang perbincangan kami, ibu menyuruhku untuk makan dan istirahat. Tanpa membantah omongannya aku langsung memesan makan melalui aplikasi food online yang ada di handphone ku, tak butuh waktu lama makanan itu sudah datang. Berbeda ketika aku tinggal dirumah, mau makan tinggal ngambil aja makanan yang sudah disediakan. Saat aku belum tau lokasi laundry disini, aku merasa bangga pada diriku sendiri karena mencucinya secara mannual pake sikat, menjemurnya sendiri, dan setrika sendiri. Sejauh itu, aku bangga dengan diriku yang dulunya manja. Kali ini aku harus belajar hidup sendiri.
Setelah selesai makan, aku santai menonton Netflix sambil rebahan. Disaat-saat santai seperti ini handphoneku memang kadang suka menganggu, notif panggilan telpon dari Remi. Tumben banget dia nelpon.
“Yaaa haloo” masih sambil asik rebahan
“Al, kemal ngajak gue balap” mulutku dibuat menganga oleh kalimat dari Remi yang kudengar lewat telpon and i’m like “what the fuck?!” Kaget. “Serius, menurut lo gimana? Take it or leave it?” Aku terdiam, masih kaget dan bingung “kenapa harus sama lo?? Kenapa lo yang diajak? Dia kenapa sih?” Aku tau Remi pasti tidak tau jawabannya, meskipun pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutku “I dont know, mungkin gara-gara kemaren dia ngeliat gue nyamperin lo kali?” Ungkapan Remi seperti pertanyaan juga bagiku, pernyataanya masih ambigu. Bisa benar, bisa tidak. Aku terdiam “terus gimana menurut lo? Gue udah pasti menangsih kalo lawan dia” boleh juga, Remi cukup percaya diri untuk mengakui dirinya hebat. “Ngapain sih, lo udah janji gak akan balap-balap lagi kan rem?” Remi pernah bilang dihadapanku, Rissa dan Lingga. Kalau dia gak akan balap-balap lagi “yaa.. cuma sekali ini aja sih, mumpung ada yang nantangin” begitu jawabnya, “duh.. yaudah terserah lo deh. Gue gak ikut-ikutan. Dan gak mau nonton juga” jawabku, langsung mematikan telpon dari Remi.
Beriringan dengan matinya telpon Remi, ada pesan terbaru dari Tama malam itu yang tidak sengaja terbuka olehku.
Tama : gimana kuliah hari pertamanya?
Tama : denger-denger, kemal deketin kamu ya?
Tama : kamu baik-baik aja kan al?
Karena sudah terlanjur dibuka, aku memutuskan untuk membalas pertanyaan itu.
Alma : kuliahnya aman kok,
Alma : kemal deketin, tapi gue jauhin.
Alma : baik baik aja kok
Rasanya pesan itu cukup untuk menjawab semua pertanyaan Tama. Aku berusaha lagi untuk tidak membukanya esok hari.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments