Memang selalu ada pertengaran dalam sebuah hubungan. But back then again, itu hanyalah sebuah bumbu dalam percintaan kan? Semua tentang bagaimana kita bisa memberi dan menerima. Setelah mengetahui sifat Tama, aku menerima keburukannya yang lumayan posesif untuk kisah cinta seusia kita. Ya.. memang aku anggap ini kisah cinta anak remaja saja awalnya. Tidak mengira kalau Tama akan seberjuang itu.
Kali ini adalah perjuangan Tama yang lain, saat hari ulang tahunku tiba. Pagi-pagi sekali ibuku repot menyuruhku untuk mengantarkannya kerumah Tante Rani. FYI, Tante Rani adalah teman dekatnya ibuku yang sekarang buka usaha catering “bangun yu sayang, anter ibu untuk ngambil pesenan nasi tumpeng kerumah Tante Rani” hari itu memang hari sabtu, aku tidak mengira bahwa ibu ingin diantarkan olehku jam 8 pagi “buuu kan ada pak Rudy, gak sama dia aja?” Jawabku masih mengantuk “ya sama pak Rudy, tapi ibu mau kamu ikut. Biar kamu tau rumah Tante Rani” jawab ibuku dengan santai. Sedikit terpaksa karena itu ibu yang meminta, akhirnya mau tidak mau aku harus ikut pergi dengannya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah Tante Rani, aku tidak melihat pesan dari Tama di layar Handphoneku. Entah kemana dia akupun khawatir, karena tidak terbiasa pagi hari tanpa chat dari Tama. Beberapa telponku tidak diangkat pula olehnya, semua pesan juga belum terbaca. Mungkin dia lupa ini adalah hari ulang tahunku, atau dia sengaja ingin memberikan kejutan? Kala itu aku masih naif.
Hari itu orang-orang disekelilingku mulai bertingkah aneh. Bahkan ibuku sekalipun tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku, entah mereka yang segaja atau pura-pura lupa.
“Kamu kenapa sih mukanya cemberut terus?” Tanya ibu yang duduk didepan samping pak Rudy yang menyetir “gapapa” jawabku jutek, ibuku juga rupanya tidak peduli dengan jawabanku.
Setelah sampai dirumah Tante Rani ibuku baru bersuara lagi “kamu ikut turun?” Tanya ibu “gak ah, males” jawabku masih jutek, sedikit kesal karena orang-orang yang sifatnya aneh hari ini. Lagi-lagi ibukupun tidak peduli dengan jawabanku. Dia meninggalkanku dimobil yang masih menyala, sendirian.
Setelah selesai mengantarkan ibu, akupun langsung kembali kekamar. Mengurung diriku disana dalam diam. Tanpa notif pesan dari Tama yang menyala dari handphone ku. Aku membiarkannya, meskipun sebetulnya khawatir setengah mati. Aku memilih untuk sabar dan menunggunya sambil tidur dikamarku.
Aku tidak tau tepatnya jam berapa, aku terbangun karena suara gaduh yang diciptakan ibuku. Setelah terbangun dengan muka bantal samar-samar kulihat Tama dan ibuku berdiri didepan pintu sambil membawakan kue ulang tahun dengan Lilin angka 17 diatasnya. Aku tersenyum, tapi rasa kesalku belum hilang. “Damn it!” Begitu ungkapan rasa kesalku terhadap Tama, hobby dia memang suka tiba-tiba datang didepan rumahku. Seharusnya aku sudah tidak heran lagi.
“Jangan gitu dong, jauh jauh loh Tama dari Bandung Al” sahut ibuku, aku tersenyum kali ini sudah sedikit hilang kesalku “happy birthday sayang” ibu menghampiriku lebih dekat, dia mencium keningku, pipiku, hidungku dan ubun-ubun kepalaku. Lalu, Tama masih memandangiku dibelakang ibu sambil memegang kue ulang tahun. Setelah ibu selesai, kali ini Tama yang dihadapanku memegang kue, tersenyum lalu bilang “happy birthday sayang” tatapan mata Tama selalu aku suka. Bola matanya yang kecoklatan ketika menatapku seolah berkata kalau dia benar-benar menyayangiku. Matanya selalu berbinar setiap kali dia menatapku. Dan jantungku selalu degdegan setiap kali matanya menatapku. Tama yang pertama kali berhasil membuatku seperti itu. Tama memiliki tatapan mata yang ajaib, yang selalu membuatku jatuh cinta.
Suara mobil ayah terdengar dari luar rumah, rupanya dia baru pulang kerja. Kamipun langsung pindah ke meja makan, karena ibuku yang menyuruh kami untuk makan bersama, tidak kaget jika menu makan kami hari ini adalah Nasi tumpeng tante Rani. “Oh jadi nasi tumpengnya bukan buat arisan? Tapi buat Tama?” Tanyaku kepada ibu, “hahaha buat kita semua lebih tepatnya. Yakali ibu jujur sama kamu kalo nasi tumpengnya buat kamu” jawab ibuku sambil memotong nasi tumpeng yang dibelikannya. “Mana anak ayah yang ulang tahun nih??” Begitu teriak Ayah sambil berjalan kearahku “selamat ulang tahun ya nak, love you” Ayah mencium keningku, pipiku serta ubun-ubun dikepalaku. “Thank you Ayah” jawabku “nih hadiah dari Ayah dan ibu” sahut ayahku sambil memberikan kotak berwarna abu “hmmm apa nichhh” tanyaku kegirangan, lalu membuka hadiahnya dengan hati yang riang. Ketika isinya mulai terlihat, ternyata Ayah membelikanku iphone seri terbaru kala itu yang baru launching adalah iphone 8 plus. Ayahku selalu tau apa yang aku butuhkan. “Aaakkk thank you, I love it” ujarku sambil memeluknya “my pleasure sayang” jawab Ayah mengusap rambutku.
“Dari kapan di Bogor Tam?” Tanya ayahku yang baru sadar jika ada Tama disekitar kita “baru hari ini om, dari rumah langsung kesini” jawab Tama sambil tersenyum “hmm anak ayah satu-satunya. Seneng banget tuh pasti dapet iphone model baru” sahut ibuku sambil menyiapkan minum. Setelah ayah berganti pakaian, kamipun makan bersama lagi dimeja makan dengan menu makanan nasi tumpeng bikinan Tante Rani. Memang tiada tandingannya, ayam serundeng dan gepuknya benar-benar nikmat apalagi dicocol pake sambel. Ibuku bukan wanita yang jago memasak, tapi ibu selalu memberikanku makanan terbaik versinya.
“Om.. Tama boleh ajak Alma keluar sebentar?” Tanya Tama dengan nadanya yang sopan ketika kami selesai makan bersama “kalian mau kemana?” Tanya ayah, sedangkan aku saja tidak tau Tama mau mengajakku kemana “Tama belum kasih hadiah Tama ke Alma, karena hadiahnya gak disini om” jawab Tama masih dengan santai “dimana memang hadiahnya?” Tanya ayahku, kekhawatiran itu mulai terpampang diwajahnya “deket kok om, di cafe daerah sentul” jawab Tama yang mulai segan karena jawaban ayah “Yang penting kamu jangan kasih kado yang macem-macem sama anak saya ya. Jam 11 anak saya harus sudah dirumah” jawab ayahku, dengan wajahnya yang datar “siap om” jawab Tama berusaha tetap santai “hati-hati yaa Tam, ibu nitip Alma sama kamu. Ibu juga percaya kamu bisa menyayangi Alma seperti Ibu dan Ayah yang membesarkan Alma. Alma berlian ibu satu-satunya” sahut ibuku, lebih halus dan tenang. “Iya buu.. Tama pasti jaga Alma” entahlah sore itu, meja makan kami terasa sangat hangat. Perkataan Tama selalu membuatku terpikat.
...****************...
“Kalo aku udah punya anak nanti, aku juga kayaknya bakal kayak ayah kamu deh” ditengah perjalanan menuju cafe, Tama tiba-tiba berkata seperti itu. Aku tidak tau apa yang ada dipikiran Tama soal Ayahku “haha kenapa memangnya?” Tanyaku, menatapnya dari kursi sebelah “dia tegas banget sama aku, jujur aku kalo natap ayah kamu, takut gitu rasanya” pandangan Tama masih fokus kearah jalan “apalagi kamu anak satu-satunya juga kan. Pasti Ayah sama Ibu kamu sayang banget sama kamu” lanjut Tama “kalo anaknya cowok gimana?” Tanyaku menatap Tama “kalo anakku cowok, ya aku ajarin biar dia gak kurangajar sama perempuan. dia harus menghargai perempuan sebagaimana dia menghargai dan menyayangi ibunya” jawaban Tama bijak sekali, membuat rasa sayangku bertambah berkali-kali lipat. “sama kayak aku yang sayang juga sama kamu. Sebisa mungkin aku gak akan ngecewain orang tua kamu. Apalagi ibu kamu, yang udah kasih kepercayaannya ke aku. Kepercayaan itu mahal Al” Tama mengambil tanganku dan diusapnya tanganku oleh Tama. Lalu dia cium tanganku berkali-kali. Lagi-lagi aku merasa sangat disayang oleh Tama.
Mobil Tama berhenti di cafe tempat kita manggung untuk pertama kalinya. Sebenarnya aku sudah menduga kalau Tama akan membawaku kesana. Yang tidak pernah terpikirkan kala itu olehku adalah, Tama mengundang semua Teman dekatku. Ada Rissa, Remi, Lingga dan beberapa teman dekat Tama yang aku kenal saat tahun baru waktu itu. Ada Galang, dan Edgar bersama pacarnya masing-masing yang baru aku kenal hari itu. Mereka duduk di suatu meja yang sudah didekor dengan sangat rapih. Dekorannya warna merah maroon dan hitam aku tau itu pilihan Tama, karena dia tau warna Favoritku. Dihiasi beberapa bunga mawar merah yang mekar dan cantik sekali. Disana juga ada kue ulang tahun beserta balon helium disetiap kursinya. Teman-temanku dan temannya Tama kompak sekali menyambut kedatangan kami berdua sambil menyanyikan lagu happy birthday.
“Sayang, are you kidding me? Gimana cara kamu kumpulin mereka disini?” Tanyaku yang bingung namun sangat gembira. Kalau bukan dengan Tama, mungkin aku tidak merasakan kebahagiaan dihari ulangtahunku seperti saat itu.
“I love you” nadanya lembut sekali, suara Tama memang agak berat dan itu yang membuatku nyaman sleep call sampai 9jam. Bahkan sepertinya aku tidak pernah bisa tidur jika tidak ada suaranya. Tama memang seperti itu, selalu bilang I love you ketika dia ingin mencoba mengalihkan suatu pembicaraan.
“Thank you guys for coming. Pasti Tama ya yang suru kalian untuk datang?” Tanyaku setelah duduk bersama dengan teman-teman yang lain “of course he did. Siapa lagi” jawab galang, masih satu geng dengan Tama. “Hmm beb, happy 17 Birthday” kali ini Rissa yang bersua, matanya berkaca-kaca “sorry gue jutekin lo hari ini, karena Tama yang suruhh” Rissa memelukku, pantes saja grup kami sepi ternyata memang Tama biang kerok nya “haha its okay, thankyou riss” kami berpelukkan “gue salah nilai Tama, I think he loves you very much. Dia yang ngumpulin temen-temen lo semua ini. Meskipun kalo Tama gak ngajak kita memang ada planning to surprise you sih” bisik Rissa yang duduk disebelahku. Mataku sibuk memandang kearah Tama yang sedangkan Tama sedang asik mengobrol bersama perkumpulan laki-laki yang lain termasuk Remi dan Lingga
“First of all, thank youu buat Tama karena udah bikin surprise nya berhasil. Hari ini aku super kesel banget karena semua orang diemin aku termasuk orangtuaku. Tapi aku sebenernya tau kalo orang-orang yang sayang sama aku pasti gak akan lupa sama hari ulang tahunku. Thank youu Tam” akupun tersenyum dan menatapnya, semua teman-teman bersorak dan bertepuk tangan “kedua, makasih juga buat temen-temen Tama yang udah sempetin waktunya buat dateng kesini. Salam kenal juga, makasih banget udah mau bantu Tama menyelesaikan Misi nya untuk kasih surprise ke gue” kalimat itu aku dedikasikan untuk teman-temannya Tama
“dan buat gengges yang gue sayangi, terimakasih juga udah dateng. Terutama Rissa, makasih udah selalu jadi pendengar yang baik untuk gue” akupun menatap kearah Rissa lalu kembali tersenyum
Setelah pidato dariku yang tidak penting itu, lalu Tama bersuara “sama, gue juga mau bilang makasih sama temen-temennya Alma udah selalu nemenin Alma kalo gue gak ada. Makasih juga gilang sama edgar juga yang udah bantu gue nyari kado buat Alma. Udah dateng dan bawa pasangannya kesini. Thankyou loh boy” begitu kata Tama diiringi tertawa dari temannya yang lain “oiyaa sayang, aku mau kasih sesuatu buat kamu. Bukan sesuatu yang pricey but priceless” begitu ujar Tama sambil memberikan paper bag yang saat itu aku belum tau isinya apa “dibukanya nanti aja kalo udah dirumah” begitu lanjut Tama “aakkk.. thankyou, can’t describe how happy i am” sambil memeluk Tama dan Tama mengusap punggungku, lagi-lagi Tama adalah pacar pertamaku yang memberikan hadiah ulang tahun untukku. “Kalo ini dari gue al, terserah lo mau buka dirumah. Atau disini juga boleh” kedua Risa yang memberikan kotak hadiah berwarna merah, tentu warna kesukaanku “bentar sebelum lo buka punya Rissa, gue juga mau kasih hadiah buat lo” lanjut Lingga akupun tertawa dengan bungkus kado yang Lingga berikan padaku. Dia bungkus kado miliknya pakai koran yang isinya berita prostitusi. “Gak kebaca kok Ling bungkus kado lo” akupun tertawa diakhir kalimat, “nih dari gue” siapa lagi cowok yang tanpa basa-basi, yaps. Remi. Dengan kotak kecil berwarna abu.
“Okee.. ini boleh gue buka disini semua nih?” Tanyaku dilihat oleh semua orang yang ada dimeja kami “punya gue sih gapapa” “bukaaa al isinya bukan durex kok” sahut lingga “yaudah buka aja, biasa juga gengges buka-bukaan kan” lanjut Remi. Aku hanya tertawa sambil memilih kado mana yang akan aku buka “jujurly aku penasaran banget loh sayang sama isi kado kamu, tapi bukanya dirumah aja kan?” Tanyaku, kembali memastikan lagi “boleh deh buka disini, tapi suratnya dibacanya nanti yaa malu kalo dibaca disini nanti si gilang ngikutin” Tama mencoba mencairkan suasana, diiringi tawa dari teman-teman semua. “Yeaay oke, aku buka punya Tama dulu ya guys” tanganku sibuk memisahkan hadiah-hadiah dari teman-teman dan memilih membuka hadiah dari Tama dulu yang cukup besar.
Didalam paperbag besar tersebut rupanya ada kotak yang ukurannya besar berwarna Maroon dengan hiasan pita abu diatasnya perlahan aku buka kotak tersebut ternyata isinya adalah “waaaah inisih spatu yang aku pengenin banget” aku melihat adidas Samba OG warna putih perpaduan Pink spatu incaran ku, awalnya aku kira ayahku akan memberikan ini tapi ternyata Tama tau apa yang aku suka. “Suka gak?” Tanya Tama sambil menatapku “suka banget” jawabku, selain ada Spatu disana rupanya ada satu kotak yang ukurannya sangat kecil akupun penasaran, ada apa didalam kotak tersebut “ini masih ada isinya?” Tanyaku kebingungan “buka aja” jawab Tama, diiringi suara teman-teman Tama yang heboh “bukaa!! Bukaa!!” “Wah apa tuh isinyaa” “wah dilamar inimah” begitu keseruan suara temannya Tama. Benar saja dugaanku, dari bentuk kotaknya memang seperti kotak perhiasan setelah dibuka ternyata isinya cicin rustic berwarna hitam dengan batu berwarna putih ditengahnya. Cincin itu cantik sekali. Ini kali pertama aku diberikan cincin oleh lelaki. Tama benar-benar membuatku terkejut dihari ulang tahunku “Tam?” Aku dibuat tidak bisa berkata-kata oleh Tama. Saking terkejutnya. Kupikir hadiah sepatu sudah biasa, tapi Tama memberikanku cincin kenapa dia bisa kepikiran sejauh itu. “Iyaa, buat kamu. Aku mau kamu jadi orang pertama yang aku kasih cincin. And I hope this gonna be the last” Tama mengambil kotak cincin itu dia berbicara sambil memasukkan cicinnya ke jari manisku, tidak pernah aku bayangkan Tama menjadi orang pertama yang menaruh cincinnya dijemariku. “Aakkk thank youu soo much sayang, aku gatau mau ngomong apa” mataku mulai berkaca-kaca kali ini kebahagiaanku sungguh nyata. ”suratnya nanti aja ya dibacanya, kalau kamu mau tidur” ujar Tama sambil menatap mataku, aku hanya mengangguk sambil tersenyum lalu mengusap tangannya.
Hadiah selanjutnya yang kubuka adalah hadiah dari Rissa, sahabatku. Rissa memang selalu tau aku sangat suka sweater ya karena style ku memang seperti itu. Celana dan sweater “aaakk bagus banget gue sukaa, warnanya senada banget sama spatu yang dikasih Tama. thank you beb” ujarku sambil memeluk Rissa, “my pleasure beb” lanjut Rissa, setelahnya aku buka hadiah berikutnya dari Lingga ketika kubuka lapisan demi lapisan kertas koran tersebut isinya ternyata Tas siling bag lagi-lagi warnanya hologram pink “wah ini theme nya lagi pink semua? Mentang-mentang lagi berbunga-bunga gitu yaa.. thank youu lingga” ujarku yang juga senang dengan hadian dari lingga karena bisa aku pakai untuk kuliah nanti tas nya. Hadiah terakhir, dari Remi “naaah yang terakhir nih, kecil banget kayaknya gue tau deh ini isinya apa” kotak ya sedikit lebih besar dari kotak cincin milih Tama. Tapi aku belum tau isinya apa “apa emang?” Tanya Remi “I guess, it’s bracelet. Maybe” masih sambil berusaha membuka kertas kadonya dulu. Lalu setelah berhasil membukanya benar gelang gemstone lagi lagi perpaduan warna Pink dan maroon “tuh kan bener!” Sahutku, melihat Remi yang tersenyum dari kejauhan “thank youu Rem” Remi hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Beda reaksi dengan Tama, yang biasa saja. Tatapan Tama ke Remi pun berbeda. Padahal Tama den Remi setauku dalam komunitas motor yang sama. Hanya beda angkatan aja.
Setelah acara buka kadonya selesai. Kami semua makan bersama. Yang makan hanya teman-teman saja sebenarnya. Karena aku dan Tama kala itu masih sangat kenyang akibat nasi tumpeng yang sudah kita makan sebelumnya.
“Al lo tau gak sih, Tama tuh H-1 nge chat gue lewat instagram. Minta tolong cariin kue di Bogor yang bisa custom. Udah gitu ribet banget lagi request kuenya harus ada orang lagi duduk ditaman sambil baca buku. Untung Rumah Cup Cake bisa bikinnya H-1 lagi” cerita dari Rissa kala itu membuat aku dan Tama tertawa “haha gue baru kepikiran ris buat beli kue, soalnya nyokapnya dia bilang kalo gue gausah beli kue, tapi tetep gue pengen Alma seneng diulang tahunnya yang ke 17” lanjut Tama, sambil mengusap tanganku. Sementara aku hanya mendengarkan obrolan mereka saja “udah gitu drama selanjutnya, ngambil kue. Emmhh gue udah bilang sama Tama, gue aja yang ambil ke RCC karena searah juga kan. But then against Tama, dia maunya semuanya dia yang ambil. Dia Cuma minta tolong gue buat mesenin doang. Udah gitu udah” Tama tertawa lagi oleh perkataan Rissa, ternyata Tama memang se effort itu untuk membuatku bahagia. Tidak habis rasa syukurku karena sudah mengenal Tama, mungkin kalau bukan dengan Tama 17 tahunku akan berjalan dengan biasa saja.
Sesuai perjanjian Tama dengan Ayahku, kami janji untuk pulang dibawah jam 11 malam. Acara makan-makan bersama temanpun selesai. Aku dan Tama berdiri didepan kasir untuk membayar semua bill yang sudah dihabiskan olehku dan teman-teman semua.
“Aku aja” ujarku sambil memberikan kartu debitku kepada mba-mba kasir
”gausah aku aja” Tama menyingkirkan tangan ku dan menggeser kartuku
“Tama, apaansih. Udah aku ajaa!!”
“Gausah al aku aja, kan itu tementemen aku” kali ini nadanya memaksa “ih apaansi orang temenku semua” jawabku “gausah” lanjut Tama
“Kak jadinya mau pake yang mana? Saya bingung hehe” ujar mba-mba kasirnya yang daritadi menonton perdebatan kami.
“Aku aja mba!!” herannya kalimat itu keluar dari mulutku dan juga Tama secara bersamaan “Tam aku gak suka ya kamu kayak gini. Yang ultah aku looh, kamu juga udah kasih hadiah untuk aku dan sebanyak itu. Aku gak mau ngerepotin” nadaku kali itu lebih berserah “yaudah, bagi dua aja yah? Itukan ada temenku juga” akhirnya kami mengambil jalan tengah untuk split bill. Karena kasihan juga mba mba kasirnya sudah menunggu perdebatan kita yang cukup lama itu.
Setelah selesai acara, Tama mengantarkanku pulang seperti biasa didalam mobil aku sempat berkata “Tam.. makasih banyak ya. Udah bikin aku merasa jadi cewek yang paling spesial diumurku yang ke 17 ini. Aku gak tau, kalo bukan sama kamu apa aku bisa ngerasain kebahagiaan kayak gini” ujarku sambil memegang tangan kiri Tama, sedangkan tangan kanannya fokus menyetir “aku ngelakuin ini karena kamu emang yang spesial buat aku al. Aku pengen kamu cewek pertama dan terakhir buat aku. Nanti kamu baca suratnya ya” Tama mencium tanganku setelahnya. Aku jadi semakin penasaran apa isi surat yang Tama tuliskan untukku.
Akhirnya kami sampai rumah pukul 10.45 tadinya Tama khawatir Ayahku akan marah jika Tama terlambat mengantarkanku. Untungnya tidak. “Langsung pulang ya Tam. Alma, langsung tidur. Masuk kamar sudah malam nak” aku nurut apa kata ayahku dan langsung masuk kekamar. Sedangkan Tama, pamitan dengan orang tuaku lalu langsung pulang kerumahnya.
Setelah sampai kamar, lalu Cucimuka dan bersih-bersih badan. Rasanya tidak ada lagi yang aku lakukan kecuali membaca surat dari Tama.
Dear Alma
Melalui surat ini aku akan mengucapkan selamat ulang tahuuun. Jangan jadi tua dan menyebalkan ya al. Semoga apa yang kamu cita-citakan tercapai. Semoga bisa lulus UN dan masuk ke Universitas yang kamu inginkan dengan lancar.
Kamu harus bahagia terus ya al, semoga aku bisa terus jadi alasan kamu bahagia. Aku mau cerita sedikit perjuanganku gimana bisa beliin hadiah buat kamu. di Bandung, aku kuliah sambil kerja Al. Part time sih tapi lumayan uangnya bisa aku pake buat nabung dan beli hadiah untuk kamu. Maaf ya kalau aku baru bilang, soalnya aku tau kamu pasti larang aku kerja, kaya waktu itu kamu nyuruh aku untuk fokus kuliah aja. Tapi buktinya aku bisa kok Al.
Semoga kamu juga tau seserius apa aku sama kamu, makannya kita harus fokus sekolah dulu. Nanti kalo udah sama-sama lulus, tunggu aku ajak orang tuaku kerumah kamu.
Aku pengen hubungan kita gak sia-sia. Sabar ya Al, tunggu waktunya tiba.
With love, Tama.
Surat dari Tama berhasil membuat mataku berkaca. Aku sadar ini adalah tetesan airmata bahagia. Seharusnya Tama tidak perlu seefort itu, jika saja kita tau akan seperti apa akhirnya. Semua yang terjadi kini hanya kenangan menyakitkan yang tiada ujung. Mengingatnya lagi, seperti menggrogoti luka lama yang aku suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments