Hari Jadi Kita.
Mungkin sudah berbulan-bulan lamanya kami melalui masa-masa pendekatan, saling memberi perhatian tanpa adanya hubungan spesial. Aku tidak pernah menuntut Tama untuk menembakku, yang terpenting kami berdua saling nyaman dan saling berkomunikasi dengan baik. Aku tau Tama tidak sedang dekat dengan gadis manapun dan Tama pun tau aku juga sedang tidak dekat dengan pria manapun, kami pikir jika kami saling mengisi hari-hari satu sama lain rasanya tidak butuh orang lain lagi.
Pada 01 January, ketika orang lain sedang merayakan tahun baru. Mempersiapkan terompet mereka, membakar jagung-jagung, berkumpul bersama keluarga, dan seru-seruan bareng saudara. namun berbeda dengan Tama 31 December dia mengajakku untuk pergi bersamanya dan teman-teman geng motor yang lain. Tama menjemputku tepat didepan rumahku, dia pun tidak segan untuk izin pada orang tuaku karena ingin membawaku pergi hari itu. Pesan ibu hanya sampai jam 1 malam. Karena ini tahun baru, jadi diperbolehkan.
“Al.. kamu tauga? Kamu cewek pertama yang naikkin motor aku” yup, lagi-lagi aku ingat bagaimana kalimatnya, bagaimana nada suaranya, bagaimana suasana pada malam itu. Aku sangat ingat cuaca malam itu agak basah akibat hujan terakhir dibulan december.
“Oya??? Kenapa gitu?” Tanyaku penasaran “aku sayang banget sama motor ini, makannya gak pernah aku pake buat bonceng cewek. Kecuali kamu hari ini” akupun tertawa ditengah perjalanan, hal itu terdengar biasa saja ditelingaku karena aku bukan wanita dengan love language words of affirmation. Tapi, Tama sepertinya sedang menunjukkan bahwa dia memiliki semua love language yang wanita butuhkan.
Kamipun akhirnya sampai pada basecamp yang berisi teman-temannya Tama. Kondisinya ramai, hampir tidak terhitung ada berapa banyak orang disana. Ketika aku dan Tama datang, semua temannya menyorakki kita berdua, cukup ramai.
“waaahh gilaa.. tumben bawa cewek lu tam” ujar salah satu teman Tama yang masih Alumni dari SMA ku, aku menatap Tama lalu merona setelah dia tersenyum ke arahku “biasalah anak muda” jawab Tama wajahnya tersenyum lebar.
Ussai aku memperkenalkan diri kepada teman-temannya Tama. Kamipun mulai sibuk bakar-bakaran, ada yang nyiapin arang untuk bakar jagung ada juga yang menyiapkan kompor untuk bakar-bakar daging.
“Duren nih al, kamu suka gak?” Tanya Tama yang tiba-tiba membawa duren padaku, tapi dia sendiri tidak memakannya
”sukaaaa. Bangett” jawabku, langsung mengambil duren yang penuh dengan daging tersebut, Tama tersenyum melihatku yang senikmat itu makan duren “kamu gak makan?” Tanyaku “gak suka” jawabnya membuatku terheran “hah serius? Orang gila mana yang gak suka duren seenak ini. Inituh fruit from heaven taugak” sedangkan kala itu aku masih menikmati “pleasee coba sedikiiiit aja” Tama mulai menatap jengkel ke arahku “bau tau” jawabnya sedikit kesal “gak bau loooh inituh enak banget kamu harus coba dulu dikiiiit, yaa.. coba yaa.. please” aku agak memaksanya karena penasaran, tetapi akhirnya Tama nurut juga dia mau memakan Duren “gimana enak kan?” Tanyaku melihat reaksinya yang sedikit aneh “enak sih, enak kok. Not bad” jawabnya sambil mengunyah “jadi suka gak?” Tanyaku penasaran “hmm yaa.. lumayan lah” jawab Tama “gak semua yang terlihat buruk itu buruk kok Tam. Duren aja meskipun bau, banyak duri nya. But god damn delicious” lanjutku memberikan sedikit quotes of the day sambil menikmati duren yang masih tersisa “pasti abis ini kamu mau bilang, if you never try you’ll never know. Iyakan?” Dia memang bukan cenayang namun rasanya dia bisa membaca pikiranku dengan perasaan.
Malam itu kami beramai-ramai menantikan langit dengan ratusan kembang api, setiap hentakkannya membuat jantung ini berdebar namun percikkan apinya menenangkan bagaikan awan kosong yang ditaburi dengan bunga-bunga.
Yang kita tau Angka satu adalah symbol pertama didunia. Setiap angka satu, maknanya adalah pertama. Dan dengan Tama, aku merasakan banyak hal untuk pertama kalinya. Tama mengajarkanku untuk naik angkutan umum pertama kalinya, Tama membawaku keluar pada malam tahun baru untuk yang pertama kalinya, Tama juga membuatku merasakan jatuh cinta yang sebenarnya untuk pertama kalinya. Dan 1 Januari adalah hari dimana Tama mengungkapkan perasaannya padaku untuk yang pertama kalinya.
“Alma.. aneh gak sih menurut kamu kalo aku suka sama kamu?” Tanya Tama pada malam itu, meskipun suasananya sedang ramai dan banyak orang aku merasa obrolan ini hanya didengar oleh kita berdua. Aku tersenyum, hatiku diibaratkan langit yang tadinya kosong lalu diisi dengan percikkan kembang api, sama berdebarnya ketika petasan itu mulai dihentakkan ke langit.
“Emang menurut kamu apa yang kamu suka dari aku?” Jawabku sambil menatapnya “aku belum pernah pacaran sebelumnya al, aku juga gak tau apa yang bikin aku suka. Yang aku rasain, aku selalu mau tau kamu lagi ngapain, kamu udah makan atau belum, kamu lagi dimana, ngerasa khawatir juga kalo tiba-tiba kamu gak bales chatku, aku ngerasa kalo kamu adalah hal yang aku pikirin sebelum aku tidur dan hal yang aku cari setelah aku bangun” aku padahal bukan tipe cewek yang bisa tergoda dengan kalimat-kalimat rayuan, tapi yang Tama lakukan sungguh membuatku terpana. Mungkin karena Tama yang melakukan, jika orangnya bukan Tama pun mungkin aku tidak akan bereaksi seperti itu, kan?
Aku diam sejenak, namun Tama bersuara lagi “kamu ngerasain hal yang sama juga gak sih?” Begitu bunyinya, aku mengangguk sambil malu. Mungkin Tama melihat pipiku merona seperti kelopak mawar yang baru mekar.
Dengan kalimat dan reaksi yang sederhana itu, ternyata kami akhirnya menetapkan tanggal 01 sebagai hari jadi Tamal (Tama dan Alma 2014).
Yang ada dipikiranku kala itu, aku akan bahagia menjalani kisah cinta ini bersama Tama. Tidak pernah tersirat dalam pikiranku jika banyak rintangan-rintangan yang nantinya menimpa hubungan kami. Karena sejak awal yang Tama kenalkan padaku adalah Kebahagiaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments