"Tolong bawa mangganya lagi ya gio," mengambil mangga yang di petik tadi. Gio hanya menganggukan kepala dan menerima mangga itu dengan patuh. Ketika sudah mendekati rumah gevan, Cila takut di marahi oleh gevan dan tidak boleh lagi main dengan gio.
setelah sampai di rumah gevan, Cila melihat gevan sudah menunggu di depan rumah. membuat cila enggan untuk turun dari mobil.
"aduhh, gimana ni. maju kena mundur pun gak bisa," ujar cila dalam hati.
"tuan sudah menunggu di depan neng," ujar Pak Toni.
Melihat tangan gio dan cila penuh dengan mangga Pak toni bergegas membuka pintu mobil agar cila dan gio bisa keluar.
"terima kasih pak," ucap cila pelan.
"papa, atu apat pangga," gio memperlihat kan mangga ke gevan dengan riang. gevan melihat muka gio mengetatkan rahang nya karena gio pulang dengan muka hitam dan baju berantakan.
"masuk," mendengar suara gevan yang terdengar dingin menusuk membuat gio dan cila bergegas masuk ke rumah.
"sayang," mendengar itu gio berlari menghampiri sang nenek dan membuang asal mangga yang di bawa nya.
"nenek," seru gio memeluk kaki sang nenek dengan erat.
"hebat ya kamu bisa buat gio jadi seperti itu," mendengar perkataan gevan, Cila hanya menundukkan kepala.
"kalau orang lagi ngomong di lihat, gak sopan kamu," melihat tidak ada respon dari cila membuat gevan tambah emosi. Siapa yang tidak pusing dan marah kalau anak nya pulang telat dan berantakan pulak.
Cila mendongakan kepala agar bisa menatap ke gevan. Cila secara tidak sengaja melihat ke arah gio berusaha menahan tawa dengan menundukkan kembali kepala nya agar tidak menyinggung gio.
melihat Cila kembali menundukkan kepala membuat gevan bertambah kesal.
"kenapa bisa pulang telat dan kenapa gio bisa berantakan seperti itu," gevan menunjuk ke arah gio.
Mama gevan bingung kenapa gio di tunjuk-tunjuk begitu pun melihat gio dengan teliti.
"astaghfirullah, cucu siapa sih ini?. hahaha," mama gevan tertawa pelan ketika melihat muka gio.
"tenapa?," Gio merasa bingung kenapa oma nya tertawa ketika melihat nya. Gio melihat sang papa dan Cila memastikan apakah mereka juga sedang tertawa. ternyata hanya sang papa yang tidak menertawai nya.
"aduh, hahahaha," terdengar tawa cila yang kencang membuat mata gio berkaca-kaca.
"sustt, diam," Gevan memperingati cila agar menghentikan tawa karena gio sudah mau menangis. Mendengar itu cila berusaha meredakan tawa nya.
" hahahaha," tapi sayang nya tawa itu masih keluar ketika melihat muka gio.
"Huaa," Gio meraung ketika dia tau bahwa mereka sedang menertawai nya.
"susttt" mama gevan memeluk dan berusaha menenangkan gio.
"Pergi," Mendengar itu Cila menunjuk diri nya sendiri sambil menatap gevan bingung.
"Iya, Kamu budek ya," Bentak gevan.
"Huaaa, papa ajat," Gevan panik ketika mendengar tangisan gio yang semakin kencang.
"Gevan," tekan mama gevan.
"Sini," Cila mendekat ke gio dan mama gevan, lalu berlutut melebarkan kedua tangan nya.
Mama gevan bergegas ke belakang mengambil air minum untuk cila dan gio.
"susstt," menggendong gio sambil menepuk pelan punggung gio.
"sudah nangis nya?," Cila berusaha menenangkan gio.
Mama Gevan memberikan air minum ke gio.
"dah, hiks," setelah puas melampiaskan perasaan nya, gio mengusap hidung nya ke bahu cila.
"kakak mau pamit pulang ya sayang," mencium pipi gio tidak peduli dengan muka yang basah dan kotor.
"cini aja," Memeluk erat leher cila.
"Sama papa ya sayang," Gevan meraih gio tapi sayang nya gio menghempas kan tangan gevan.
"ndak au," semakin mengeratkan pelukan nya. Mendengar itu cila tertawa pelan sambil mengelus punggung gio.
"gio mau kakak dongeng kan lagi gak?," Cila berusaha membuat gio melepaskan nya pulang.
"onyeng?," gio mendongakan kepala menatap cila berbinar. Cila pun menganggukan kepala sambil tersenyum lembut.
"cekayang ya ta?," Mendengar itu cila menggeleng kan kepala sambil menatap memelas ke gio.
"tenapa?," tanya gio sambi cemberut.
"Nanti kalau gio udah mandi dan mau bobok," mendengar itu gio meminta turun ke cila
"yun ta" cila menurun kan gio perlahan.
"Kamu mandi, kakak pulang, dan saat kamu selesai mandi dan pasang baju kakak udah sampai di rumah dan siap untuk bacain dongeng untuk gio," cila berlutut agar bisa sejajar dengan gio.
"api anji ya ta,"
"iya, tapi kiss dulu sini," menunjuk pipi nya.
Cup
Setelah mencium pipi cila, gio langsung menarik tangan sang oma ke kamar nya.
"ulu ulu, tenyata ada yang mayuuu ya," ledek cila
"ndak," gio berhenti seketika mendengar ledekan cila se akan dia tidak malu.
"kalau gak malu cium lagi pipi kakak sebelah sini," sahut cila menunjuk pipi lainnya yang belum dicium gio. Gio langsung berlari mengabaikan cila.
"dahhh gio," pekik cila. Merasa tidak ada balasan dari gio, Cila membalikan badan nya agar bisa pamit pulang ke gevan sang tuan rumah.
"pulang gih," gevan memasukan ke dua tangan nya ke dalam saku celana.
“Njir, bapak sama anak podo aye,” batin Cila menjerit pelan, merasa diabaikan habis-habisan. Dia menarik napas panjang, berusaha tetap senyum meski hatinya pengen ngegulung diri kayak guling.
“Eh, itu... mangga-mangganya buat dibagi, ya.”
Cila menyerahkan satu kantong plastik berisi mangga ke Gevan, niatnya sih biar agak cair suasana.
Gevan menatap kantong itu, lalu menatap Cila, lalu... balik menatap kantong.
“Ini hasil dari lari malam-malam sambil ngajak anak orang maling mangga,”
“Eh, gak maling ya, Tadi juga ada ibuk-ibuk juga ngambil mangga di sana,” sahut Cila cepat sambil mengangkat tangan, membela diri.
Gevan sempat menahan senyum, tapi buru-buru membuang muka ke arah lain.
“Udah, pulang sebelum tambah drama.”
Cila mengerucutkan bibirnya, lalu memutar badan. Tapi belum sempat melangkah jauh, terdengar suara langkah kecil berlari.
“ata! Janan yupa onyengnya yaaa!,”
Gio muncul lagi di lantai atas dekat tangga, kali ini sudah pakai piyama motif dinosaurus, lengkap dengan rambut basah dan pipi yang masih merah karena habis digosok terlalu semangat.
Cila langsung putar badan dan membuka tangan.
“Iya, kakak ingat. Kakak udah mau siapin buku dongeng di rumah, judulnya ‘Petualangan Kakak Cila dan Pangeran Gio Memetik Mangga Ajaib’.”
“Waaa!,” Gio jingkrak-jingkrak kecil.
“Udah sana tidur, nanti pas telepon langsung cerita, oke?,”
“Oteee!,”
Gio melambai riang, lalu berbalik masuk ke kamar. Tapi sebelum pintu kamar tertutup, dia sempat teriak lagi,
“Papa janan jalak-jalak tama ata!,”
Cila memekik pelan, “YES!,” sambil angkat tangan seperti baru menang undian.
Gevan menggeleng pelan, nyaris tak percaya anaknya sekarang lebih nurut sama Cila daripada dirinya.
“Kamu pulang naik apa?,” tanya Gevan singkat, sambil masih bersandar di pintu.
“Mau naik... kaki,” jawab Cila dramatis, sambil pura-pura tertatih.
"Saya pesan kan GoKak," Sambil memesan kan mobil lewat aplikasi di hanphone nya.
“ehh, gak usah. Aku bawak motor kok,” memegang tangan gevan.
Gevan menepis pelan tangan cila yang memegang tangan nya, sayang nya pegangan cila lumayan erat.
"lepasin tangan saya," menyentak tangan cila dengan kasar.
"ihhh, Kasar amat jadi laki," Melotot kan mata ke arah gevan.
"dari pada kamu, genit." sarkas Gevan. Gevan langsung bergegas masuk ke rumah sebelum bertambah drama dari cila.
Baru lima langkah, Gevan tiba-tiba berkata,
“Nanti kalo ada apa-apa di jalan jangan salahin saya.”
Cila berhenti sejenak, menoleh setengah tubuh.
“Nggak akan. Tapi kalo kamu kangen, jangan salahin mangga ya.”
“Apaan sih,” gumam Gevan, tapi bibirnya nyaris melengkung.
Cila melambai pelan lalu berbalik melanjutkan langkahnya. Setelah beberapa meter, dia mengeluarkan HP dan mengetik cepat.
"Misi Dongeng untuk Pangeran Kecil: Siap dijalankan. Pasukan buku dan suara merdu segera bergerak."
Dikirim ke chat ke Mama Gevan, yang tentunya nomor Mama Gevan sudah Cila miliki di pertemuan pertamanya . Setelah itu, Cila menarik napas panjang, lalu senyum kecil menghiasi wajahnya.
Meski Gevan masih jutek. Meski malam ini penuh drama. Tapi dia merasa... hangat.
Dan mungkin, hanya mungkin—Gevan gak sekeras yang dia pikir.
-♡-♡-♡-
Salam Othor❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments