Selama perjalanan ke pasar malam Cila dan gio asik mengikuti nyanyian yang di putar. Suasana dalam mobil ramai dengan suara cila dengan gio. Pak toni hanya melihat dan mendengar kan saja.
Sesampai di pasar malam Cila dan gio turun dari mobil. Melihat pasar malam sudah ramai padahal masih sore.
"wahhh," gio takjub dengan suasana pasar malam yang penuh dengan permainan. Melihat gio yang masih asik melihat pasar malam membuat cila tersenyum.
"ayok tak," gio menarik tangan cila.
"bentar ya, kami pergi main dulu ya pak toni," ujar cila sebelum masuk ke pasar meninggal kan pak toni sendiri di parkiran.
"io au aik itu ta," tunjuk gio ke salah satu permainan. Cila mengikuti arah tangan gio.
"gio mau naik kuda?," gio menganggukan kepala seraya menarik tangan cila ke permainannya.
"berapa sekali main bang," tanya cila kepada petugas
"dua puluh ribu neng," mendengar itu cila pun kaget karena harganya yang mahal.
"sepuluh ribu bisa bang?," tawar cila. Gio memperhatikan cila yang sedang nego.
"waduh gak bisa neng, lima belas ribu deh satu orang," mendengar jawaban petugas cila berusaha menego lagi.
"dua orang dua puluh lima ribu bisa?," petugas nya kelabakan mendengar penawaran cila.
" kalau gak mau, gak jadilah bang," cila berusaha main tarik ulur seperti yang diajarkan oleh sang mama. Mata gio berkaca ketika mendengar dia tidak jadi naik kuda. Melihat gio mau nangis cila pun menggendong gio dengan cepat agar trik nya tidak ketahuan sama petugas, Lalu bergegas pergi dari sana.
"eh eh, neng." terdengar panggilan petugas itu membuat cila menoleh ke belakang.
"ya udah bisa neng," mendengar itu membuat cila mendekat ke petugas.
"ya udah ni bang uang nya," memberikan sesuai dengan harga. Cila mengambil tiket yang diberikan petugas.
"Gio mau naik kuda yang mana?," gio menunjuk kuda warna biru. Cila menggendong gio buat duduk di atas kuda. Cila memilih naik di belakang gio, sembari berputar Cila memfoto serta merekam gio untuk mengabdikan momen pertama gio.
Setelah selesai menaiki komedi putar, Cila dan gio mencoba beberapa wahana yang ada.
"Kakak sholat maghrib dulu ya, bentar lagi udah mau habis waktu nya," Cila mengajak gio ke mushola yang ada di pasar malam itu.
"kamu disini aja tunggu kakak ya sambil makan," mereka tadi sempat beli-beli jajan biar gio tidak kelaparan selama main.
"ote ta," gio duduk di paling belakang sambil memakan jajanan yang di belikan cila.
Setelah selesai sholat, Cila mengajak gio buat menaiki wahana terakhir yaitu Bianglala. mereka terpaksa antri karena banyak pengunjung yang mau naik bianglala. Setelah selesai naik bianglala, Cila melihat jam sudah menunjuk pukul setengah delapan membuat cila panik. Karena tadi jam delapan harus dirumah.
"kita pulang lagi ya gio," ajak cila. Karena jarak bianglala ke parkiran cukup jauh cila menggendong gio biar tidak capek berjalan.
Di perjalanan Cila melihat ada ibuk-ibuk sedang memungut sesuatu membuat cila penasaran sehingga berhenti buat bertanya.
"Ibuk lagi ambil apa," tanya cila
"ini lagi ambil mangga," mendengar jawaban ibu, cila mendongakan kepala nya melihat ke atas. Betul saja cila melihat mangga yang rumpun di atas. Membuat cila pengen ambil mangga juga.
Cila menurun kan gio dari gendongan nya agar memudahkan cila mengambil mangga di atas. Gio yang diturun pun hanya diam menatap Cila.
"Gio tunggu bentar disini ya,kakak mau ambil mangga. Gio mau mangga gak?," mendengar itu gio hanya menganggukan kepala.
Cila menaikkan gamis yang di pakai nya ke atas agar memudah kan cila memanjat.
"jangan di panjat neng. Pohon nya banyak semut," ketika melihat cila yang hendak memanjat pohon mangga.
Mendengar itu membuat cila mengurungkan niat memanjat pohon mangga.
"bagaimana ya ngambil mangga nya, mana gak ada kayu lagi," cila membatin.
Cila melihat sekitar nya memastikan ada alat buat ambil mangga. Cila tanpa sengaja menginjak batu yang cukup besar.
"aha," pikir cila ketika nemu alat yang tepat.
Cila mengambil batu lalu mengambil jarak biar mengenai mangga. Cila membawa gio ke belakang nya agar tidak terkena lemparan batu.
Brak
"yes kena," ucap cila ketika lemparan nya membuat mangga jatuh. Cila mengambil batu dan melempar kembali ke arah mangga.
Gio melihat cila berhasil mengambil mangga jadi ingin melempar juga. Gio melihat sekitar dan mendapatkan sebuah kayu kecil yang sudah terbakar.
Gio memegang ujung kayu yang terbakar bersiap-siap melempar kayu ke arah mangga. Tapi sayang nya lemparan gio tidak sampai ke atas malah kena badan cila yang sedang memunguti mangga yang sudah jatuh.
"aduh," Melihat salah sasaran gio mengalihkan pandangan nya ke arah lain. Cila kaget ada ranting kayu yang kena badan nya. Cila pikir itu ranting mangga yang jatuh dan mengabaikan nya.
Ketika asik memungut mangga, Cila tidak sengaja memegang mangga yang sudah setengah lembek hampir mau busuk. Cila mengambil handphone buat pakai senter agar bisa melihat mangga itu masih bisa di bawa pulang atau di buang. saat cila menyenter ke mangga yang di pegang nya, cila melihat banyak ulat di mangga.
"ihhh," cila merasa geli ketika melihat ulat di mangga reflek membuang asal mangga.
"Gio, tolong pegang dua mangga ini, tangan kakak sudah tidak muat," memberikan dua buah mangga ukuran kecil ke gio.
"gug gug gug," mendengar suara gonggongan mendekat ke arah mereka. Cila tidak sadar kalau ada anjing di dekat nya.
"lari gio," berusaha menggendong gio meski tangannya memegang banyak mangga.
"tepat ta, gugug na detat" seru gio. Cila mempercepat lari nya agar tidak di gigit anjing. Kan berabe kalau sampai ke gigit.
"masih ada guguk nya gio?," tanya cila mulai memelankan lari nya karena merasa capek.
"ndak ta," mendengar itu cila merasa lega. Tidak sia-sia dia lari tiap pagi.
Melihat sudah dekat dengan parkiran cila pun menurun kan gio
"hosh hosh," deru nafas cila berbunyi.
Se sampai di samping mobil, cila mengetuk kaca mobil
Tok tok tok
Mendengar ketukan dari luar pak toni melihat cila seperti ikan tanpa air ngap-ngapan. Segera membuka pintu mobil setelah melihat cila. Cila menggendong gio masuk ke mobil.
"tolong kencangin AC nya pak, hosh," nafas cila masih belum beraturan. Cila meletakan asal mangga di dalam mobil. Cila melap kening nya yang basah oleh keringat dengan tangan. Gio melihat Cila sedari tadi mengikuti gerakan cila melap kening pakai tangan.
"Capek kali," mendengar keluhan Cila, pak toni merasa heran dengan tingkah cila.
"kok bisa capek kali keliatan nya neng?," melihat cila yang mengibas-ngibaskan jilbab nya.
"tadi kami di kejar anjing pak," jawab cila.
"kok bisa?," tanya pak toni.
"kayak nya kena lemparan mangga deh pak," cila mengubah posisi duduk nya. Cila tidak sengaja melihat jam yang ada di depan.
"cepat pak, jika perlu ngebut pak," cila panik ketika jam sudah menunjukkan pukul Sembilan. Sembari menepuk pundak pak toni cila mengambil handphone nya.
"cepat pak, mas gevan pasti marah kalau pulang telat," Melihat banyak panggilan dari gevan membuat cila tambah panik.
"baik neng" Pak toni pun melajukan mobil nya.
Selama perjalanan suasana dalam mobil sunyi. Cila masih gelisah memikir kan apa cila akan kena marah sama gevan karena tidak tepat waktu.
Bersambung
-♡-♡-♡-
jreng jreng
Bagaimana reaksi gevan ketika mereka pulang telat. Bagi yang penasaran di tunggu ya cerita selanjut nya.
Salam othor ❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments