Malam itu, setelah debat panas BTS vs EXO dan ancaman “lebah imut cari madu”, Cila langsung ngebut pulang naik motor, rambutnya masih acak-acakan kayak habis syuting iklan sampo gagal. Begitu buka pagar, suara khas Mama langsung menyambut dari dalam rumah.
“CILAAAA! LEBAH KECIL PENCARI MADUUU PULANG JUGAAA~”
“MAAA! STOPP! JANGAN DIULANG!” Cila langsung masuk dan melempar helm ke sofa, mukanya merah padam campur geli.
Mama Nita berdiri di dapur, tangan kanan megang sendok sop, tangan kiri nenteng foto lama Cila pakai kostum lebah.
“Kalo kamu telat 5 menit lagi, Mama udah kirim ini ke grup keluarga besar. Cucu Bu Lek Sari yang di Jerman tuh pasti bangga banget.”
Cila mendekat dengan tampang lelah dan pasrah. “Ma... please, malam ini aku butuh pelukan, bukan ejekan lebah.”
Nita langsung melembut, menurunkan foto dan memeluk anaknya erat.
“Kenapa, sayang? Kelas masaknya gagal? Mas Gevan bikin kamu nangis?”
Cila menggeleng pelan di pelukan ibunya. “Enggak, Ma. Tapi... ada mantannya. Dia ngechat. Ngajak ketemu.”
Nita diam sejenak. Pelukannya makin erat.
“Oh... pantes kamu pulang kayak ayam abis dikejar anjing. Tapi kamu hebat, Cil. Masih bisa senyum, masih bisa masak, masih bisa centil. Itu luar biasa.”
“Biasa aja, Ma. Itu namanya akting level sinetron jam prime time.”
Mereka tertawa sebentar. Lalu makan sop kaki sapi bareng di meja makan sambil nonton telenovela lawas. Di sela-sela suapan, Cila curhat pelan soal isi pesan mantan Gevan.
“Dia nulis... pengen ngobrol. Tentang mereka. Dan Gio.”
“Hmm…” Nita mengangkat alis, lalu menatap anaknya tajam. “Kalau Gevan sampai pilih masa lalunya... dia buta. Kamu itu paket komplit, sayang. Cantik, pintar, bisa masak, dan bisa gila juga. Cewek kayak kamu limited edition.”
Cila nyengir, “Bisa gila itu bagian dari kelebihan?”
“Kalau gak gila, hidup kamu datar kayak tempe bakar,” jawab mamanya cepat.
Besok Paginya – Rumah Gevan
Di sisi lain kota, Gevan duduk di ruang tamu rumahnya sambil memandangi layar ponsel. Pesan dari Dea masih belum dia balas.
Dea: “Aku cuma pengen bicara. Please…”
Dia menghela napas. Di dapur, Arum—sang mama—sedang membuat teh sambil menguping setengah terang-terangan.
“Masih galau?” tanya Arum sambil nyodorin teh ke arah anak lelakinya yang sedari tadi kayak patung diorama.
Gevan menoleh. “Ibu... gimana sih caranya tahu... siapa yang benar-benar ‘tepat’?”
Arum duduk di sebelahnya, tenang. “Yang tepat itu bukan yang gak bikin kamu bingung, Nak. Tapi yang kamu tetap cari, meski kamu lagi bingung.”
“Cila?”
“Ya Cila lah! Masa ibu?” Arum membelalak sambil minum teh. “Gevan... Cila itu mungkin heboh, kadang drama. Tapi dia... hidup. Dia kasih warna. Dea itu bagian dari masa lalu. Tapi Cila? Cila itu... kemungkinan masa depan.”
Gevan terdiam. Lalu matanya jatuh ke arah dapur. Dia teringat aroma sambal teri buatan Cila. Gak mewah. Tapi hangat. Dan jujur.
-♡-♡-♡-
Di Kampus
Hari itu, Cila datang ke kampus pakai hoodie item, kacamata hitam, dan tote bag bergambar lebah. “Gue lebah imut, tapi hatiku luka,” katanya ke Keyla sambil duduk di taman.
“Cil, lo tuh... ngelucu mulu biar gak nangis ya?” tanya Keyla sambil minum es kopi.
Cila senyum lemah. “Daripada nangis mpir, mending jadi lebah. Bisa terbang.”
“...dan nyengat orang yang bikin lo sakit,” lanjut Keyla sambil tos.
Sore Hari – Kejutan Datang
Saat Cila lagi ngerjain tugas di kamar, HP-nya bergetar. Nama pengirimnya bikin dia kaget: Mas Lope 💋🥰
“Boleh ketemu? Saya mau jelasin semuanya. Tapi kali ini... aku yang masak buat kamu.”
Cila menatap layar beberapa detik. Mulutnya terbuka.
“MAAA—!!!”
Nita dari dapur: “KALAU TERIAK MA, JELASIN DULU! KAMU KETINGGALAN BUS, APA DILAMAR?!”
“GAK TAHU NIH... TAPI MAS GEVAN MAU MASAK BUAT CILA!!”
Nita terdiam sejenak, lalu... “INI SAATNYA! RENCANA EMPOK KITA SUKSES!!!”
Tiba-tiba pintu depan diketuk keras.
Tok tok tok!
Saat dibuka, ternyata Arum berdiri di sana sambil bawa map berisi proposal restoran fiktif.
“Kerja sama kita, Bu Nita. Rencana Jodoh 2025 dimulai.”
Mereka tertawa ala tokoh villain drama Korea.
“Operasi Cila-Gevan: Sambal Teri & Cinta Level 2—Dimulai!”
Sore itu – Rumah Gevan
Cila berdiri di depan pagar rumah Gevan. Deg-degan. Tangan kirinya bawa kue bolu kukus warna-warni yang dia beli di toko langganan, karena katanya, “Kalau cowok masak, cewek juga harus bawa cemilan.”
Baru aja dia pencet bel, suara ceria langsung menyambut.
“ATAAA!”
Gio muncul dari balik pintu, pakai apron mini bergambar dinosaurus dan topi koki miring. “Ayo acuk! Papa acak ayam kecap! capi atu bantu ilis kawang! Tangantu pedes!”
Cila otomatis tertawa dan jongkok, menatap Gio sambil garuk-garuk kepala anak itu pelan. “Duh, chef kecil, kamu bikin Cila meleleh.”
“ndak boyeh meyeyeh dong. ata tan manucia, butan es kim!” balas Gio cepat, bikin Cila makin ngakak.
Gevan muncul di belakang Gio, wajahnya canggung tapi ada senyum tipis yang susah disembunyikan. “Masuk, yuk. Ayamnya udah mulai matang. Tapi... mungkin gosong dikit.”
Gio ngakak keras. “ata mayu! ata mayu!”
"mayu-mayu dong" terdengar suara nyanyian dari gio.
Di Dapur – Masak Bareng Lagi
Cila duduk di meja makan sambil melihat Gevan sibuk di dapur. Aroma ayam kecap mulai menyebar, bercampur wangi nasi hangat dan... tawa kecil Gio yang nyolong wortel rebus buat cemilan.
“Kamu belajar masak dari mana?” tanya Cila sambil ngelihatin tangan Gevan yang cekatan.
“Youtube. Sama... pengaruh kamu juga.”
“Pengaruh aku?” Cila melirik, wajahnya gak bisa nyembunyiin senyum.
Gevan menoleh sebentar, matanya tajam tapi hangat. “Iya. Kamu... suka bikin rumah ini hidup.”
Hening sebentar. Cila merasa jantungnya berdetak lebih cepat.
Gio tiba-tiba nyeletuk, “Atu cuta ayau ata di cini. Papa adi cenyum teyus. Biacanya tatu tayak pulkas.”
Gevan menghela napas panjang. “Gio..Kulkas ya sayang.”
“Benel, tan?” kata Gio polos.
Cila nyengir, lalu mendekat ke dapur. “Gio... kamu tahu gak? Kalau papa kamu masak ayam kecap buat cewek... itu artinya papa kamu mulai goyah.”
Gio melongo, “boyah? Kayak pohon ditiup angin?”
“Persis!” kata Cila sambil mengangkat tangan dan bergoyang pelan seperti daun. “Papa kamu daun... dan aku anginnya...”
Gevan geleng-geleng. “Kalian berdua cocok jadi tim stand-up comedy.”
-♡-♡-♡-
Makan Malam
Di meja makan, mereka bertiga duduk bersama. Cila, Gevan, dan Gio. Ayam kecap tersaji di tengah. Rasanya... surprisingly enak. Meskipun sedikit asin, tapi Cila gak komentar.
Gio makan dengan lahap. “Ini mayam telbest! Ata, papa, dan ayam kecap! tita bica matan bayeng tiap hali nda?”
Cila langsung menunduk, sementara Gevan hanya menatap anaknya dengan sorot campur aduk.
“Gio...” ucap Gevan pelan. “Kamu tahu kan... Cila belum tentu selalu bisa di sini?”
Gio mengangguk. “Iya, capi talau papa minta aik- aik, Ata pacti au tan?”
Cila mendongak, menatap Gevan. Wajahnya memerah.
Gevan hanya menatap balik, dalam dan ragu. “Saya... masih belajar, Cil. Tentang banyak hal. Tentang ngasih kesempatan buat orang baru masuk ke hidup aku. Tapi kalau kamu... bersedia nunggu, dan sabar...”
Cila tersenyum kecil. “Aku bukan lebah yang sabar, tapi... mungkin aku bisa belajar juga.”
Akhir Malam – Teras Rumah
Cila berdiri di depan pintu, siap pamit.
Gio melambai sambil ngunyah permen yupi. “Bye Ata! Janyan yupa, minggu depan atu au beyajal ikin tuyul guyung!”
Cila tertawa. “Deal!”
Saat pintu tertutup, Gevan masih berdiri di ambang. Cila menoleh dan bertanya pelan.
“Kalau misalnya... aku tetap datang, bantu masak, bantu ngasih warna ke rumah ini... kamu keberatan gak?”
Gevan menatapnya. Lama. Lalu menggeleng.
“Enggak. Saya cuma takut... suatu saat kamu pergi.”
Cila menahan napas.
“Tapi selama kamu belum nyuruh aku pergi, aku bakal terus datang. Bawa sambal teri. Dan senyum lebah imut,” bisiknya.
Gevan tersenyum tipis.
“Kalau gitu... hati-hati di jalan ya, Lebah.”
-♡-♡-♡-
Waktu akan menjawab semua usaha dan do'a mu
Salam Othor❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Maulana ya_Rohman
termelow nih...
perjuangan nya Cila masih panjang dan banyak jalan yang terjal...
semoga jodoh nya bisa membalut luka yang masih menga²....
di tinggal bpk nya, dan cinta tak terbalas...
tambah nyesek hatiku thor😭😭😭😭
2025-04-10
1
Wanita Aries
Lanjut thorrr
Suka karyamu
2025-04-10
1