Bab 9. Berlaku Adil
POV Author
Damar tidak fokus bekerja karena Laura terus menelponnya beberapa kali. Baru satu hari tinggal seatap dengan Rani, Laura sang isteri tersayangnya itu terus mengadu padanya.
Handphone Damar terus bergetar, banyak notif pesan masuk padahal ia sedang rapat.
Laura : sayang baju-baju ku satu koper yang aku bawa baru ketika baru datang, hilang.
Damar : Hilang bagaimana?
Laura : kan kamu yang suruh anak supir itu mencucinya? Sudah seminggu lebih masa tidak selesai-selesai juga. Aku yakin sudah di jual sama dia! Baju-baju ku kan mahal...
Damar : Nanti aku tanya dia. Aku fokus kerja dulu ya.
Tidak ada balasan setelah itu. Damar pun kembali bekerja dengan tenang.
Jelang makan siang Damar masih memeriksa berkas-berkas sebelum ia membubuhkan tanda tangannya di sana. Namun suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya sesaat.
"Permisi Pak, ada Ibu Kemala." Kata sekretaris Damar.
Tanpa menunggu ijin Damar, Kemala yang merupakan ibunya sendiri masuk ke dalam ruangan anaknya. Damar pun menghentikan kegiatannya.
Kemala langsung duduk di sofa ruangan itu meski tidak dipersilahkan duduk. Matanya menatap tajam pada Damar yang terlihat kikuk merasa bersalah.
"Kamu sudah tidak menganggap Ibu mu ada Damar?! Pulang dari luar negeri kamu tidak datang kerumah. Bahkan selama disana pun kamu tidak pernah memberi kabar. Sama saja dengan isteri mu itu, tidak tahu etika!"
"Bu, Laura itu baik jika ibu mau mengenalnya lebih dekat. Bahkan Damar rasa Ibu akan menyukai Laura di banding Rani."
"Ibu tidak perlu mengenalnya lebih dekat Damar. Harusnya dia tahu cara bersikap untuk memenangkan hati Ibu. Tapi baguslah dia mengeluarkan sifat aslinya. Jadi Ibu tidak perlu repot-repot untuk mengenalnya lebih dekat."
"Ibu pilih kasih terhadap menantu-menantu Ibu!"
"Sedari awal Ibu sudah bilangkan kalau mantu Ibu hanya hanya Rani seorang."
"Kenapa sih Bu? Dia lagi, dia lagi! Dia cuma anak supir Bu! Tidak pantas dan tidak sederajat dengan kita!"
"Jaga ucapan mu Damar! Ibu tidak pernah mendidikmu untuk membeda-bedakan status seseorang! Apa ini pengaruh buruk dari isteri tersayang mu itu?!"
Damar membuang napas berat dan mengusap wajahnya dengan kasar sambil menoleh ke arah lain. Damar kesal sang Ibu selalu berpikiran negatif tentang Laura.
"Kamu harus ingat Damar, apa yang sudah orang tua Rani korbankan untuk keluarga kita, sangat tidak sebanding dengan seberapa pintar dan cantiknya isteri tersayang mu itu karena tidak ada yang ia lakukan untuk keluarga kita selain menghabiskan uangmu selama ini. Bukan Ibu tidak tahu kamu yang membantunya membiayai kuliahnya disana sampai dia bisa mengambil gelarnya! "
Damar bungkam. Cukup terkejut dengan kata-kata terakhir yang ibunya ucapkan. Tidak menyangka sang Ibu mengetahui apa yang ia lakukan di luar negeri sana.
"Ibu harap kamu bisa berlaku adil!"
Kemala berdiri lalu beranjak pergi meninggalkan Damar yang terdiam membisu memikirkan kata-kata ibunya.
Damar kembali duduk di kursi kebesarannya. Merasa dilema dengan apa yang harus ia lakukan. Di satu sisi, Laura mendesaknya untuk menjauh dari Rani, dan di sisi lain sang Ibu memintanya memperlakukan Rani seperti ia memperlakukan Laura.
Triiing....! Triiing...!
Handphone Damar berdering. Ia mengambil handphonenya dan melihat siapa yang menelpon dirinya.
"Ya sayang..." Sapa Damar lemah mengangkat telepon dari isterinya.
Saat ini sebenarnya pikirannya sedang kacau. Pekerjaannya belum selesai, di tambah ucapan sang ibu yang membuatnya dilema. Tetapi ia harus mengangkat panggilan telepon Laura. Karena jika tidak, isteri tercintanya itu akan terus menghubunginya dan merajuk jika terlalu lama di angkat.
"Sayang...aku sedang ada di restoran langgang kita. Kamu belum makan siang kan? Aku tunggu kamu di sini ya. Jangan lama-lama..."
Tidak menunggu ucapan Damar, Laura langsung memutuskan sendiri keinginannya.
"Ya sayang..."
"Oke, Bye sayang..."
Panggilan singkat berakhir. Damar kembali membuang napas berat dan meletakkan kembali handphone di atas meja. Damar melihat pekerjaan yang menumpuk itu belum selesai. Tadinya Damar ingin memesan makanan saja dan makan di dalam ruangannya sambil bekerja untuk menghemat waktu.
Mau tidak mau Damar merapikan berkas kerjanya, menutup laptopnya dan mengambil kunci mobil serta handphone untuk untuk menyusul Laura di restoran langganan mereka.
***
Sementara itu di rumah.
Mobil tesla milik Rani tampak mentereng di depan garasi rumahnya. Mobil yang di pesan seminggu yang lalu baru saja tiba di dealer dan langsung di antarkan ke rumah.
Rani ingin mencoba mobil barunya itu, ia pun berganti pakaian dan sedikit berdandan karena akan jalan-jalan pikirnya.
Tidak terlalu sulit baginya membawa mobil keluaran terbaru itu. Ia sudah terbiasa dulunya membawa mobil menggantikan sang ayah yang sering sakit.
"Apa aku makan siang saja sekalian ya?" Kata Rani berbicara pada angin yang melambai.
Ia pun singgah di sebuah restoran yang di promosikan para endorse karena tertarik melihat tempat dan beberapa menu yang di unggah.
Kaca mata hitam tidak lepas dari sandaran tulang hidungnya yang mancung. Rambut tergerai indah menambah pesona Rani yang baru saja merekah seperti bunganya.
Dengan santai Rani memesan makanan yang dia inginkan. Tidak tahu kalau ada sepasang mata yang memperhatikannya dari pertama masuk tadi dari kejauhan.
Rani begitu ceria menikmati es krim yang di promosi kan lewat media sosial. Dirinya yang terkesan santai dan ceria mengundang decak kagum salah seorang pria yang tidak jauh berada darinya.
Padahal pria tadi sedang sibuk mengecek handphonenya. Namun melihat ekspresi Rani yang lucu saat makan es krim, ia pun menjadi tertarik dan terus memperhatikan meski Rani tidak menyadari.
"Sayang kok belum habis juga?" Tanya Laura pada Damar yang makanan masih tersisa separuh.
"Aku merasa masih sedikit kenyang sayang."
Bukan kenyang, melainkan Damar sibuk mengawasi Rani dari jauh. Apalagi ia juga melihat di sekitar Rani ada seorang pria yang menatap Rani terus menerus.
"Ya sudah. Jangan di paksakan sayang, nanti perut mu bisa sakit. Apa kita kembali saja ke kantor?"
"Kamu ingin ke kantor ku?" Tanya Damar.
"Iya sayang. Aku bosan di rumah. Apalagi melihat anak supir itu!"
Mood Laura kembali buruk ketika menyebut soal Rani.
"Sebentar lagi ya, aku habiskan dulu makanan ku pelan-pelan."
Begitulah Damar beralasan yang nyatanya ia sebenarnya hanya ingin mengulur waktu untuk mengawasi Rani.
"Hmm, baiklah. Sayang, apa tidak ada pekerjaan di kantormu untukku? Aku jadi membayangkan kita bekerja bersama di ruangan yang sama, berangkat bersama dan pulang bersama, pasti seru!"
"Nanti aku pikirkan sayang." Jawab Damar sekenanya.
"Jangan lama-lama ya sayang, aku bosan."
"Hmm..."
Respon Damar sambil menyantap makanannya. Padahal Damar tidak terlalu mendengar apa yang di bicarakan Laura. Ia sedang mencoba menguping pembicaraan pria yang masuk dalam pengawasannya itu, sedang mencoba berkenalan dengan Rani.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
𝐓𝐚𝐲𝐨𝐧𝐠 • ᴼᶠᶠ •
tanpa di sadari damar mulai ada rasa ga suka kalau Rani ada yang mendekati nya artinya apa tuh wkwk 😂
2024-04-27
1
Hanipah Fitri
cemburu nih ye Damar 😆
2024-04-26
1
🍂⃝🐱³
sokor damar....semoga ada pria yg godain Rani depan matanya biar kapok😏...enak aja dia yg selingkuh nikah tanpa restu ortu malah nyiksa batin Rani 😏....mkn tu kurg fokus mu ....senang nya q Lihat damar gak fokus mkn gak kenyang ...istri nomer 2 bicara aja gk nengok .....dua hari gak baca berasa di tggl drama kesayangan 🐰...
2024-04-24
3