Bab 4. Jangan Kalah

Bab 4. Jangan Kalah

POV Rani

Begitu bimbang hati ini di hadapkan pada pilihan yang sulit. Menolak atau menerima Mas Damar menikah lagi bukan lah pilihan yang mudah. Jangan di tanya bagaimana sakitnya perasaan ini mendengar ia meminta restu pada ibunya ingin menikah lagi. Sangat sakit rasanya hingga aku ingin berteriak agar semua orang tahu pilunya hati ini.

"Tok...Tok... Tok...!"

"Ran? Kamu tidak apa-apa?!"

Ketukan pintu oleh ibu mertua membuyarkan lamunan ku. Sepertinya Mas Damar dan kekasihnya sudah pergi meninggalkan kamarku.

"Ran? Apa terjadi sesuatu?!"

Ibu mertua terus mencoba bertanya. Mungkin karena aku terlalu lama di kamar mandi sehingga membuatnya menjadi cemas.

Ku tarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum keluar. Mencoba tetap tersenyum seakan-akan tidak ada yang terjadi meski hati terluka dan sakit setengah mati.

"Ya Bu..." Jawabku setelah membuka pintu dan tersenyum.

Namun senyumku tidak bertahan lama ketika melihat pelupuk mata ibu mertuaku sudah menggenang air mata. Bahkan siap tumpah jika sekali saja mata itu terpejam.

"Bu..." Kataku pelan.

Apa yang membuat ibu mertua bersedih seperti ini masih menjadi pertanyaan bagiku.

"Rani, maafkan Ibu..." Kata ibu mertua lalu memelukku. Air matanya sudah pasti tumpah karena aku sempat merasa ada sesuatu yang hangat di bahuku.

Aku masih bingung kenapa ibu mertua meminta maaf sambil menangis seperti ini.

"Kenapa Ibu harus minta maaf Bu?" Tanyaku bingung.

"Maafkan Ibu yang tidak bisa mendidik Damar dengan baik. Dia pasti sangat melukai hatimu. Tapi hanya kamu wanita yang ibu percaya bisa membimbing Damar suatu hari nanti." Ucap Ibu mertua, lirih.

Pelukan Ibu mertua perlahan mengendur lalu melepas dan menatap ku sendu.

"Kamu pasti mendengar pembicaraan kami. Makanya kamu lama berada di kamar mandi kan?" Kata ibu mertua lagi.

Deg,

Aku tidak bisa berkata apa-apa selain menundukkan kepala karena apa yang dikatakan oleh ibu mertua adalah benar.

Tangan ku kemudian di raih dan di genggam oleh ibu mertua.

"Apapun pilihan mu, Ibu akan selalu mendukung mu dan berada di pihakmu. Jangan kalah pada perempuan itu!"

Aku menengadahkan wajahku menatap ibu mertua. Terharu sekali hati ini mendengar ucapnya membela ku. Tanpa di minta air mata ini pun jatuh. Hati yang tadinya berusaha setegar karang pun tak kuasa menahan deburan ombak yang akhirnya pecah juga.

Aku mengangguk sambil meneteskan air mata. Dan Ibu mertua pun kembali memelukku dengan hangat. Kami saling menangis bersama, bagai ibu dan anak kandung yang sangat dekat.

Beberapa saat kemudian kami pun melepas pelukan. Ibu mertua mengusap jejak air mataku di pipi.

"Dandan yang cantik, jangan kalah sama dia!" Ujar Ibu mertua.

"Aku pun mengangguk. Kemudian melihat ke cermin dan membetulkan riasanku. Merasa sudah fresh dan cantik kembali menurut ku, aku dan Ibu mertua pun beranjak keluar kamar dan hendak pergi ke tempat yang di inginkan ibu mertua.

Kami melintasi Mas Damar dan kekasihnya yang tampak gelisah menunggu sesuatu. Begitu melihat kami, Mas Damar pun berdiri menghampiri.

Berbeda dengan sikap Mas Damar sebelumnya, kali ini Mas Damar mencoba tersenyum ramah sedangkan kekasihnya masih menatap tidak suka padaku.

"Kalian mau kemana?" Tanya Mas Damar.

Sudah pasti ia bertanya karena aku tidak memakai daster seperti biasanya.

"Kenapa, kamu mau ikut? Boleh, kita sekalian makan bersama. Sudah lama kita tidak kumpul bertiga." Kata ibu mertua dan sesekali melirik pada kekasih Mas Damar.

"Bu, kenapa masih seperti ini? Bukankah tadi kita sudah membicarakannya?" Kata Mas Damar.

"Dan ingat Damar, bukan restu Ibu yang perlu kalian mintai, tapi isterimu! Karena apapun keputusan dia, itu juga keputusan Ibu!"

Mas Damar terdiam di tempatnya. Dan wanita itu makin menatap benci padaku. Sedangkan aku, begitu sulit rasanya menelan ludah ini. Belum siap untuk memberikan keputusan, apapun itu.

"Bu..." Panggil ku, pelan.

"Ayo, Rani!"

Untunglah Ibu mertua paham situasi ku. Mendengar aku memanggil dirinya, ia pun paham dan segera mengajak ku pergi.

Kali ini Mas Damar tidak lagi menahan kami. Aku dan Ibu mertua pun masuk ke dalam mobil yang sudah ada Pak Dirman di dalamnya. Pak Dirman adalah supir baru Ibu mertua yang baru bekerja setahun ini. Semasa ayah ku masih hidup dan sering jatuh sakit, beliau sudah mulai bekerja menggantikan Ayahku.

"Kamu lihat wanita itu Rani? Benar-benar Ibu tidak suka padanya. Walau pun memang mereka sudah lama dekat, tapi status Damar bukan lagi single sekarang. Seharusnya dia tahu di mana posisinya, dan bisa mencari pria lain yang belum beristri."

Aku hanya mendengar curahan hati Ibu mertua yang sama persis dengan isi hatiku. Bahkan sedikit terasa lega rasanya karena curhatan itu tidak perlu aku sampaikan tetapi Ibu mertua sendiri pun sudah merasakan.

Sampai akhirnya kami tiba di sebuah Mall besar, yang menjual semua kebutuhan bahkan pameran mobil pun ada.

Aku hanya mengikuti kemana langkah ibu mertua pergi sambil menggandeng tanganku. Mulai dari toko jam bermerek, pakai, sepatu, tas, kosmetik, bahkan tempat tidur serta meja rias pun di beli oleh ibu untuk kenyamanan ku di kamar bila aku tidak mau ke luar kamar.

"Pilih mobil mana yang kamu mau."

"Tapi ini sudah banyak Bu, lagian aku mau kemana kalau punya mobil."

"Pilih saja. Kemana pun kamu mau pergi kamu bisa pakai mobil mu sendiri. Dan sering-seringlah main ke rumah Ibu. Toh kamu sudah tahu bawa mobil kan?"

Aku mengangguk pelan. Sewaktu masih hidup dan masih sehat, ayahku mengajari ku membawa mobil agar di rumah keluarga Mas Damar bisa memakai jasa ku bila mana Ayah tidak sehat dan butuh istirahat.

"Apa mau Ibu yang pilihkan?"

Sungguh tidak enak menerima pemberian yang sangat berlebih ini. Tapi bila di tolak, aku takut melukai hati ibu mertua. Baiklah, biar ibu mertua saja yang memilihnya.

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Ibu mertua. Ia pun tersenyum dan kembali menggandeng tangan ku melihat mobil-mobil yang sedang di pamerkan.

Sales mobil pun mulai mengikuti kami dan memperkenalkan satu persatu keunggulan mobil yang mereka pamerkan.

"Yang ini saja. Ini sangat cocok dengan mu." Ujar Ibu mertua lagi.

Sebuah mobil tesla warna putih menjadi pilihan ibu mertua. Tidak main-main, harganya pun membuat ku membulatkan mata.

"Ingat, mulai hari ini dan pulang dari sini, kamu harus jadi Rani yang berbeda. Jangan kalah dengan wanita itu! Toh kamu tidak kalah cantiknya dengan dia."

Lagi-lagi aku di beri nasehat oleh ibu mertua untuk tidak kalah dari kekasihnya Mas Damar. Tapi apa kah aku bisa dan tidak akan mengecewakan Ibu mertua?

"Ran..." Ibu mertua memanggil ku yang sedang melamun sendu menatap mobil yang sebentar lagi akan menjadi milikku. "Kamu pasti bisa!"

Seolah-olah dapat membaca pikiran ku, ibu mertua kembali memberi semangat yang sungguh membuat hati ini menghangat dan terharu.

Bersambung...

Minta like dong, sebagai dukungannya karena novel ini sedang ikut lomba, terima kasih 🙏😊

Terpopuler

Comments

Jeni Safitri

Jeni Safitri

Ibu mertua mendukung menantu tapi juga tidak melarang keras anaknya yg mau menikahi selingkuhannya

2024-12-17

0

Lina Suwanti

Lina Suwanti

semoga dgn dukungan ibu mertua Rani dpt mengalahkan Laura

2024-08-08

0

G** Bp

G** Bp

semangat Rani,ibu mertua ada dipihakmu.. jgn mau kalah tuh sama wanita siluman..

2024-05-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Menyambut Calon Madu
2 Bab 2. Telepon Dari Ibu Mertua
3 Bab 3. Permohonan Yang Menyesakkan Dada
4 Bab 4. Jangan Kalah
5 Bab 5. Di Paksa Menerima
6 Bab 6. Tampil Beda
7 Bab 7. Nyonya Rumah
8 Bab 8. Perdebatan Dua Isteri
9 Bab 9. Berlaku Adil
10 Bab 10. Di Ajak Kenalan
11 Bab 11. Makan Malam Plus Makan Hati
12 Bab 12. Bukan Cemburu Katanya
13 Bab 13. Makan Bersama
14 Bab 14. Bertengkar Lagi
15 Bab 15. Tabir Terungkap
16 Bab 16. Persaingan Ketat
17 Bab 17. Bertemu Tanpa Sengaja
18 Bab 18. Curang
19 Bab 19. Cucu
20 Bab 20. Damar Bingung
21 Bab 21. Apa Benar Itu Cemburu
22 Bab 22. Membuka Diri Perlahan
23 Bab 23. Cemburu Yang Nyata
24 Bab 24. Damar Mabuk
25 Bab 25. Membuat pilihan
26 Bab 26. Informasi Yang Mengejutkan
27 Bab 27. Rahasia Keluarga
28 Bab 28. Terciduk
29 Bab 29. Laura Pembohong
30 Bab 30. Makan Malam Bertiga
31 Bab 31. Memilih Rani
32 Bab 32. Hamil
33 Bab 33. Rumit
34 Bab 34. Anak Siapa
35 Bab 35. Bertemu Firman
36 Bab 36. Jangan Dekat Pria Lain
37 Bab 37. Ke Dokter Kandungan
38 Bab 38. Party
39 Bab 39. Keguguran
40 Bab 40. Menyembunyikan Kebenaran
41 Bab 41. Berkilah
42 Bab 42. Kepergok Di Rumah Sakit
43 Bab 43. Hasil DNA
44 Bab 44. Pelukan Hangat
45 Bab 45. Sidang
46 Bab 46. Keputusan Big Bos
47 Bab 47. Widya
48 Bab 48. Pembohong Ulung
49 Bab 49. Honey Moon Yang Tertunda
50 Bab 50. Turun Posisi
51 Bab 51. Cibiran
52 Bab 52. Buka Segel
53 Bab 53. Ajukan Cerai
54 Bab 54. Masa Bulan Madu Berakhir
55 Bab 55. Kejutan
56 Bab 56. Di Tahan
57 Bab 57. Kandas
58 Bab 58. Kenyataan Pahit Yang Harus di Telan
59 Bab 59. Kebakaran
60 Bab 60. Pilihan Yang Tepat
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1. Menyambut Calon Madu
2
Bab 2. Telepon Dari Ibu Mertua
3
Bab 3. Permohonan Yang Menyesakkan Dada
4
Bab 4. Jangan Kalah
5
Bab 5. Di Paksa Menerima
6
Bab 6. Tampil Beda
7
Bab 7. Nyonya Rumah
8
Bab 8. Perdebatan Dua Isteri
9
Bab 9. Berlaku Adil
10
Bab 10. Di Ajak Kenalan
11
Bab 11. Makan Malam Plus Makan Hati
12
Bab 12. Bukan Cemburu Katanya
13
Bab 13. Makan Bersama
14
Bab 14. Bertengkar Lagi
15
Bab 15. Tabir Terungkap
16
Bab 16. Persaingan Ketat
17
Bab 17. Bertemu Tanpa Sengaja
18
Bab 18. Curang
19
Bab 19. Cucu
20
Bab 20. Damar Bingung
21
Bab 21. Apa Benar Itu Cemburu
22
Bab 22. Membuka Diri Perlahan
23
Bab 23. Cemburu Yang Nyata
24
Bab 24. Damar Mabuk
25
Bab 25. Membuat pilihan
26
Bab 26. Informasi Yang Mengejutkan
27
Bab 27. Rahasia Keluarga
28
Bab 28. Terciduk
29
Bab 29. Laura Pembohong
30
Bab 30. Makan Malam Bertiga
31
Bab 31. Memilih Rani
32
Bab 32. Hamil
33
Bab 33. Rumit
34
Bab 34. Anak Siapa
35
Bab 35. Bertemu Firman
36
Bab 36. Jangan Dekat Pria Lain
37
Bab 37. Ke Dokter Kandungan
38
Bab 38. Party
39
Bab 39. Keguguran
40
Bab 40. Menyembunyikan Kebenaran
41
Bab 41. Berkilah
42
Bab 42. Kepergok Di Rumah Sakit
43
Bab 43. Hasil DNA
44
Bab 44. Pelukan Hangat
45
Bab 45. Sidang
46
Bab 46. Keputusan Big Bos
47
Bab 47. Widya
48
Bab 48. Pembohong Ulung
49
Bab 49. Honey Moon Yang Tertunda
50
Bab 50. Turun Posisi
51
Bab 51. Cibiran
52
Bab 52. Buka Segel
53
Bab 53. Ajukan Cerai
54
Bab 54. Masa Bulan Madu Berakhir
55
Bab 55. Kejutan
56
Bab 56. Di Tahan
57
Bab 57. Kandas
58
Bab 58. Kenyataan Pahit Yang Harus di Telan
59
Bab 59. Kebakaran
60
Bab 60. Pilihan Yang Tepat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!