Bab 17. Bertemu Tanpa Sengaja
POV Author
"Hai, kamu gadis eskrim kan? Akhirnya bertemu lagi kita."
Rani menoleh pada pemilik suara.
"Loh, Firman!" Rani menoleh kesana dan kemari, dan menoleh pada firman lagi. "Kok ada disini? Kamu tinggal di sini?" Tanya Rani.
"Tidak, aku hanya mengantarkan Ibuku pertemuan arisan. Kamu sendiri?"
"Aku juga mengantarkan Ibu."
Ah, aku lupa. Harusnya aku katakan itu Ibu mertua. Batin Rani.
"Kamu juga ikutan arisan?"
"Tidak."
"Jadi kamu hanya mengantarkan saja?"
"Iya."
"Oh. Kamu anak Ibu yang mana? Aku lumayan kenal Ibu-ibu yang ikut pertemuan ini." Kata Firman.
"Ibu Kemala. Tapi beliau bukan Ibu ku."
"Lalu? Bibi mu?"
"Juga bukan. Tapi Ibu mertuaku."
"Mertua?!" Tanya Firman mengulang dengan ekspresi sedikit terkejut.
Rani mengangguk pelan.
"Haaah."
Terdengar ngelaan napas yang panjang dari Firman. Entah apa artinya itu, yang pasti Firman jadi terdiam sesaat dan menatap lurus ke depan.
Suasana pun menjadi canggung oleh keheningan yang tercipta. Namun tiba-tiba saja Firman seperti tersadar akan sesuatu.
"Jadi Ibu Kemala itu, mertua mu? Tapi setahu ku beliau tidak ada anak yang lain selain Damar yang baru saja menikah belum lama ini. Apa jangan-jangan...."
Kalimat Firman menggantung, membuat Rani bertanya dalam hatinya apakah Firman juga mengetahui masalah rumah tangganya.
"Kenapa?" Tanya Rani penasaran.
"Ah, tidak." Kata Firman tertunduk tidak nyaman dengan pemikiranya barusan.
"Aku Isteri pertama. Dan yang baru saja di nikahi itu isteri keduanya."
"Kalian tinggal satu atap?" Tanya Firman.
Rani mengangguk pelan.
"Oh, astaga!" Ucap Firman, lalu terkekeh seakan-akan tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia ketahui. "Bagaimana bisa?" Tanya Firman menatap Rani, bingung.
"Apanya?"
"Kamu, tinggal bersama madumu. Apa kalian baik-baik saja?"
Rani tersenyum.
"Ya kami baik-baik saja." Jawab Rani berbohong.
Rani tidak mungkin membicarakan masalah rumah tangganya kepada orang asing yang belum lama ini ia kenal.
"Oh, syukurlah."
Keheningan kembali tercipta di antara mereka. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan Ibu Kemala memperhatikan mereka dan memotret mereka diam-diam. Lalu mengirimkan foto itu pada Damar anaknya.
Kemala : Lihat ini, kamu tidak melihat isterimu dengan baik, tetapi orang lain menatap isteri mu dengan penuh minat.
Pesan di baca oleh Damar disana.
Damar : Ibu dimana?
Bu Kemala tersenyum melihat balasan pesan yang di kirim oleh Damar padanya. Namun ia sengaja tidak membalas, agar anaknya itu terbakar oleh api cemburu.
"Aku masuk dulu ya Firman." Ujar Rani merasa suasana sudah tidak nyaman di antara mereka.
"Ya, Rani."
Rani pun beranjak hendak masuk ke dalam bergabung dengan ibu mertuanya.
"Rani!"
Panggil Firman dan menghentikan langkah Rani sesaat.
"Mungkin aku terdengar mendramatisir atau berlebihan atau mungkin aku salah. Tapi entah kenapa aku merasa perlu mengatakan ini." Firman menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan sebelum berkata kembali. "Kamu bisa cerita kapan saja, kalau butuh teman cerita atau bertukar pendapat." Ujar Firman kembali.
Rani tertegun. Semudah itu kah masalah di wajahnya terbaca oleh orang lain. Padahal ia berusaha bersikap biasa saja untuk menutupi ke gundahan hatinya.
Rani hanya bisa meresponnya dengan kembali tersenyum. Dan ia pun melanjutkan melangkahkan kakinya.
"Bu..." Sapa Rani ketika mendekat pada ibu mertuanya dan duduk di sampingnya.
"Kamu mau ikut arisan?"
"Tidak Bu. Ingin lihat saja."
"Tadi itu kamu berbicara dengan Firman ya?"
"Ibu kenal?"
"Iya. Anak Bu Yatmi. Kalian sudah lama kenal?"
"Tidak Bu. Kami tidak sengaja bertemu di sebuah restoran baru-baru ini dan dia mengajak ku kenalan."
"Oh. Dia pemuda yang baik. Tapi Ibu berharap kamu tetap menjadi menantu Ibu."
"Iya Bu."
Rani menyadari kalau kata-kata Ibu Kemala merupakan peringatan baginya untuk tidak terlalu dekat dengan Firman. Rani pun memang tidak ingin dekat karena ia masih fokus untuk meraih hari Damar.
Acara arisan pun di mulai. Keseruan para ibu-ibu itu mengundang perhatian Rani sampai acara selesai. Tawa dan canda mereka terdengar riang. Tidak lupa mereka pun mengabadikan momen itu dengan membuat foto bersama, ada pula yang membuat story di media sosialnya.
"Bulan depan kita ketemu lagi di rumah Bu Yatmi ya Ibu-ibu." Kata salah satu dari mereka yang menjadi koordinator dalam perkumpulan arisan itu.
Satu persatu meninggalkan rumah tempat acara. Saat Rani dan ibunya berpamitan, sebuah mobil datang dan masuk ke halaman rumah. Semua mata memperhatikan mobil tersebut. Mereka menunggu si pemilik mobil turun dan melihat siapa gerangan orang itu.
Ibu Kemala tersenyum, ia tahu siapa pemilik mobil itu. Juga Rani sangat hafal, mobil siapa yang terparkir di halaman itu.
Damar turun dengan gagah dari mobil itu. Ia melihat ke arah Rani dan ibunya, lalu menghampiri mereka.
"Sudah mau pulang?" Tanya Damar.
"Kamu menjemput kami Damar? Tapi Rani membawa mobilnya."
Damar melihat mobil Rani. Lalu kembali menatap dua wanita di hadapannya.
"Ya sudah, aku mengikuti dari belakang." Ujar Damar.
Ibu Kemala mengangguk, lalu bersama Rani memasuki mobil menantunya itu.
Damar melihat kesana kemari seperti mencari sesuatu sebelum masuk ke dalam mobilnya. Mereka pun pulang bersama dengan mobil masing-masing.
Dalam mobil Bu Kemala tersenyum. Dalam hatinya sangat senang rencananya membuat Damar cemburu berhasil.
Tiba di rumah Laura terkejut melihat kedatangan Ibu mertuanya. Ia pun langsung merubah sikapnya menjadi baik seperti permintaan Damar.
"Loh, Ibu!"
Laura dengan cepat meraih tangan ibu mertuanya dan mencium punggung tangan itu. Tentu saja apa yang di lakukan Laura itu membuat Ibu Kemala terkejut melihat sikap Laura yang tidak biasa.
"Ayo masuk Bu. Kok bisa barengan sama Damar?" Tanya Laura begitu melihat mobil Damar memasuki halaman.
Laura menunggu Damar, lalu melakukan hal yang sama ketika mereka sudah dekat. Di raihnya tangan Damar lalu menciumnya.
Rani dan Ibu Kemala hanya memperhatikan sikap Laura. Dalam hati Ibu Kemala bukanya merasa senang atas perubahan sikap Laura malah tambah bersedih karena Rani pasti semakin di abaikan oleh Damar.
"Ayo masuk, kita makan malam bersama saja ya. Biar aku masak buat Ibu dan Damar." Ujar Laura sambil tersenyum ingin mengambil hati keduanya.
"Kamu juga Rani, masak lah buat ibu dan suami mu." Ujar Bu Kemala yang berhasil membuat raut wajah Laura sedikit berubah.
"Baik lah Bu. Apa ada yang ingin Ibu makan?" Tanya Rani.
"Apa saja boleh. Kamu pasti tahu makanan kesukaan Ibu." Jawab Bu Kemala.
Kata-kata Bu Kemala memberi pukulan telak bagi Laura yang sama sekali tidak mengetahui makanan kesukaan Ibu mertuanya. Diam-diam ia pun menatap sinis kepada Rani.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Semakin besar kepala ajalah si damar jadi rebutan 2 wanita, kamu rani lebih baik terima perhatian pria lain dan abaikan damar jadilah wanita mandiri kalau ingin damar jadi milik mu krn dia cemburu sendiri nanti
2024-12-18
0
Soraya
woilah rani😒😒
2025-03-23
0
☆ Huj4n 4 ☆
sama fiman aja ran
2024-07-09
0