"Dasar bodoh!!"
Dia tak punya pilihan selain mengutuk Kuro. Namun kata itu juga dinyatakan pada dirinya sendiri.
Menang atau mati.
Itulah pilihan dan nasib bagi seseorang yang menantang dan berusaha menakhlukan naga. Kenapa dia tak menyadarinya?
Padang rumput yang luas dan pohon yang lebat mulai terlihat. Dia juga melihat asap tipis masih mengepul tipis di pinggir hutan Aldea.
(Di sana?)
Dia berlari menuju ke tempat yang kemungkinan besar menjadi tempat naga itu mengeluarkan Laser Breath.
Dia masih merasa lelah akibat menggunakan Meteor Cannon Blade, namun saat ini dia tak peduli dan terus melangkahkan kakinya.
Butuh waktu sekitar 15 menit untuk mencapai tempat itu. Dan sesampainya di tempat tujuan, dia melihat pemandangan yang mengejutkan.
"Ini kan..."
Mata Laila terbuka lebar saat melihat kawah selebar 10 meter dengan penuh lava panas di bagian dasar. Ada juga puluhan kawah kecil berjumlah sangat banyak. Pohon dan rumput di sekitar tempat itu juga terbakar di berbagai tempat.
Dia masih bisa merasakan panas dari bekas serangan naga. Dia juga bisa merasakan energi sihir yang begitu kuat dari naga itu.
Tapi ini bukanlah saatnya untuk memikirkan hal yang tidak perlu.
Dia datang ke tempat itu untuk mencari Kuro. Dia tahu kemungkinan Kuro berhasil selamat sangatlah kecil, namun setidaknya dia ingin melihat mayat Kuro dan memakamkannya.
Kuro adalah pahlawan yang menyelamatkan hidupnya dan penduduk kota Areshia.
"Kurooooo, dimana kau?"
Dia berteriak memanggil nama Kuro sambil melihat sekeliling. Dia tahu mungkin saja naga itu masih di sekitar daerah itu, tapi dia tak peduli.
"..........."
Tak ada jawaban.
Dia mulai putus asa dan menyerah, tapi entah mengapa hatinya mengatakan bahwa Kuro masih hidup.
"Kuroooo!"
Dia berteriak lagi, namun masih tak mendapatkan jawaban.
"Sial!"
Dia mulai sadar bahwa Kuro mungkin sudah mati karena itulah dia mulai melangkahkan kakinya kembali ke kota Areshia.
"!"
Namun di saat itulah dia melihat sebuah bekas langkah kaki di rerumputan mengarah ke dalam hutan Aldea.
"Mungkinkah.. "
Hanya ada satu cara untuk mengetahui dugaan dia benar atau tidak.
Laila lalu berjalan menelusuri jejak kaki itu.
Dia mulai masuk ke dalam hutan dengan waspada jika ada monster tiba tiba menyerangnya.
Hutan Aldea memiliki pohon yang tinggi dan rindang, hal itu membuat sinar mentari jarang yang menembus ke tanah. Lumut dan jamur tumbuh subur membuat tanah licin.
"?"
Setelah memasuki hutan, Laila melihat sebuah cahaya terang di tengah hutan.
(Jejak kakinya menuju kesana.)
Tak ada pilihan lain. Dia memantapkan hatinya untuk terus melangkahkan kakinya.
Sreeek sreekkk...
Dia membalik semak semak yang menghalangi jalannya. Dan sampailah dia di tempat yang penuh cahaya.
Ada sebuah sungai kecil yang penuh dengan air sejernih kristal. Sebuah pohon yang besar yang sebagian cabangnya sudah mati berdiri kokoh di tengah cahaya.
Di bawah pohon itu, Laila melihat seorang lelaki berambut hitam bersandar dengan keadaan tertidur pulas.
Kuro terlihat sangat tenang. Namun luka bakar dan memar membuat Laila merasa tak tega melihatnya.
Namun Laila tersenyum.
Dia senang karena Kuro berhasil selamat,tapi-
(Jika Kuro berhasil selamat, apakah itu berarti dia menang?)
Namun dia tak melihat sosok naga hitam itu dimanapun. Dan bagaimana caranya Kuro menang?
(Sudahlah.... kurasa bukan saatnya memikirkan hal itu.)
Dengan perlahan dia melangkahkan kakinya menuju ke tempat Kuro.
Dia lega saat melihat wajah Kuro yang terlihat lucu saat tertidur.
Dia tanpa ragu menunduk dan meyentuh pipi Kuro. Kulit yang sedikit kasar kotor dapat di rasakan tangan Laila.
"Kuro.. bangun! Kuro!"
Dia berusaha membangunkan Kuro dengan menggoyangkan pipinya, namun tampaknya tak terlalu berpengaruh.
"Kuro, bangun!!"
Dia mencobanya lagi dengan sedikit lebih keras.
".......unnhmmmm."
Dia berhasil. Kuro mulai membuka matanya dan tersadar.
"Kuro, cepat bangun!"
".......?"
Setelah beberapa saat, Kuro akhirnya sadar sepenuhnya. Dia melihat wajah Laila yang berada di dekat wajahnya.
Sangat cantik. Dia bagaikan bidadari.
Itulah yang dipikirkan Kuro.
"Laila..."
"..Ya, ada apa tukang ti- um?!"
Laila terkejut karena tiba tiba Kuro menciumnya.
Dia lengah.
5 detik kemudian, bibir Laila dan Kuro akhirnya berpisah.
"......"
Laila terdiam. Wajahnya memerah dan memasang wajah rumit.
Sayangnya, Kuro tampaknya menikmati ekspresi Laila yang terlihat lebih manis dari biasanya.
"Sudah kubilang aku akan mendapatkan ciuman pertamamu, Laila."
"....."
"Dan mulai sekarang kau adalah pacarku dan bukan partnerku. Jadi bersiaplah...!"
" ...................... ehhhhhhhhhhhhhhhhhh?!"
Setelah mengatakan itu, Kuro memejamkan matanya lagi. Dia tak bergerak dan tersungkur ke tanah.
"Kuro?"
Meskipun dia masih terkejut saat Kuro menciumnya, namun dia sekarang tak punya waktu untuk memikirkannya.
Dia sangat panik saat Kuro kembali memejamkan matanya.
(Dia tak mati kan?)
Laila mulai memikirkan kejadian terburuk.
".. eh?"
Namun pemikiran itu mulai menghilang saat sadar kalau Kuro hanya kembali tertidur.
"Huuhh Syukurlah. Kau benar benar membuatku kawatir."
Laila lalu ingat kembali sensasi saat bibir mereka bersatu. Itu adalah ciuman pertamanya dengan seorang lawan jenis.
"............"
Wajahnya langsung merah padam.
"Pacar kah...?"
Laila kemudian hanya tersenyum. Dia menatap langit yang mulai berubah warna menjadi orange.
(..............................Alice, apakah perasaan aneh ini pernah kau rasakan? Alice, kenapa Kuro sangat mirip dengan orang itu? Apakah ini yang disebut dengan 'takdir'?)
Laila tak tahu siapa sebenarnya gadis yang bernama Alice, namun Alice selalu berada di mimpinya sejak dia masih kecil.
Tapi di mimpinya itu bukan hanya ada Alice.
Ada seorang lelaki.
Lelaki itu bisa dibilang kekasih Alice.
Di mimpinya, mereka berdua terlihat sangat bahagia dan saling mencintai satu sama lain.
Namun yang menjadi pertanyaan Laila saat ini adalah, kenapa kekasih Alice memiliki wajah yang sama dengan Kuro?
Apakah ini kebetulan?
Dia tak tahu.
Itu adalah misteri yang Laila belum pernah pecahkan.
"Kuro, siapa kau sebenarnya?"
Hanya saja, kekasih Alice berambut putih dan memiliki mata putih seperti kaca. Dia bisa dibilang sebuah eksistensi yang seharusnya tak ada di dunia ini.
🔷🔹🔷
Sirei Mall, Lantai 3.
Aldest Devist. Wanita yang masih berusia 20 itu menjabat posisi penting di markas Knight cabang kota Areshia. Bisa dibilang dia adalah pemimpin utama Knight kota Areshia.
Berbeda dengan para Knight lainnya yang memakai armor, Aldest hanya memakai pakaian sehari hari yang bisa dibilang sangat sexy. Lekuk tubuh dan ukuran dua buah terlarang begitu menonjol dan menggoda mata para lelaki disekitarnya. Tapi mereka tahu, itu adalah sebuah godaan iblis yang mengantarkan mereka pada neraka.
Meskipun memakai armor diwajibkan, namun dia tak pernah memakainya. Dia tak peduli dengan aturan semacam itu.
Lalu salah jika berpikir wajah cantiknya membuatnya memiliki hati yang ramah dan lembut. Dia dikenal cukup kejam terhadap anak buahnya jika melakukan kesalahan.
Dia juga dikenal sebagai penyihir genius. Seorang yang tak hanya memiliki bakat dalam sihir, tapi juga memiliki otak yang pintar.
Sosok seperti dirinya seharusnya tak berada di kota kecil seperti kota Areshia, tapi dia memiliki alasan tersendiri untuk berada di kota itu.
Kasus penyerangan Sirei Mall hari ini sebenarnya bukan sebuah insiden besar yang mengharuskannya turun tangan. Tapi karena sudah melibatkan salah satu monster paling berbahaya di dunia, dia tak memiliki pilihan selain mengamati langsung.
Selain itu, dia juga menyadari ada sebuah kejanggalan yang membuatnya tertarik.
Lantai 3 Sirei mall menjadi salah satu lokasi pertempuran antara Knight dan Red Crow. Tapi tak seperti tempat lain, tempat itu lebih utuh daripada lantai lain.
Tetapi sebagai gantinya, sayatan benda tajam memenuhi seluruh tempat. Lantai, dinding, bahkan tiang besi tak lupa terkena sayatan. Dan yang paling penting, sayatan itu begitu tipis seolah dilakukan dengan pedang yang begitu tajam.
Bersamaan dengan sayatan itu, noda darah segar yang mengering menjadi bukti apa yang ditebas oleh benda tajam itu. Sesosok makhluk yang disebut sebagai manusia.
Pertanyaannya, siapa yang melakukan semua ini?
Itu sangat normal jika seorang penyihir yang melakukan perbuatan itu, namun dia tak merasakan mana sedikitpun dari setiap goresan.
"... ini bekas pedang kah? Menarik. Aku belum pernah melihat yang seperti ini."
Dia menyadari seorang Knight lelaki mendekat untuk memberikan laporan kepadanya
"Semua mayat Knight sudah dikumpulkan. Hanya ada satu penjahat yang masih hidup. Sementara semua penjahat yang lain sudah dipastikan mati. Lalu mengenai bom di lantai satu, tim khusus sudah berhasil menjinakkannya. ... mmm komandan?"
Knight itu memasang wajah bingung ketika Adest terlihat tak peduli dengan laporannya.
"...um? Sudah kubilang untuk memanggilku dengan namaku, Lyro. Kau adalah temanku, jadi kau tak perlu memanggil dengan jabatanku."
"..........."
Meskipun mereka teman baik, namun lelaki itu paham bahwa Adest adalah atasannya. Karena itulah dia tak berani memanggil dengan namanya saat sedang bertugas.
"Huuh... kau ini benar benar pria yang membosankan. Sudahlah. Hei Lyro, bagaimana menurutmu dengan kasus ini?"
"Red Crow?"
"Bukan, menurutmu siapa orang yang membantai Red Crow di lantai ini?"
"Eh? Aku tak tahu, tapi aku baru pertama kalinya melihat orang pembantaian seperti ini. Menurutku, meskipun mereka penjahat, namun mereka tak harus mati dengan cara keji seperti ini. Aldest, apa kau tahu orangnya?"
"Ara, kau bisa memanggil namaku kan? Mungkin aku harus berterima kasih kepada 'dia' karena membuatmu memanggil namaku."
"Dia?"
"Lyro, pernahkah kau mendengar sebutan Witch Reaper?"
"?!"
Mata Lyro terbuka lebar ketika Aldest menyebut julukan seorang legenda yang dikenal sebagai pembantai penyihir.
Seperti legenda pada umumnya, legenda ini masih belum jelas kebenaranya, namun memiliki bukti. Tentu saja buktinya adalah korban dari Witch Reaper.
Witch Reaper.
Sebuah eksistensi yang menjadi sebuah mitos akan keberadaan. Ada yang menyebutkan dia adalah seorang penjahat, tapi ada pula yang menyebut dirinya seorang pahlawan. Dengan pedangnya dia mengalahkan semua penyihir yang menjadi musuhnya.
Tak ada yang tahu pasti siapa dia, tapi ada sebuah petunjuk.
Witch Reaper bukanlah seorang penyihir.
♦♦♦
Sementara itu di tempat lain.
Hutan Darh. Sebuah hutan yang dikenal dengan sebutan hutan kematian. Meskipun tak dihuni oleh monster kuat seperti hutan Rukia, tapi karena sejarahnya yang penuh dengan darah, hutan ini begitu menyeramkan sehingga tak ada yang berani masuk ke hutan itu.
Tetapi ada sebuah rumah di tempat yang menyeramkan itu. Rumah itu berwarna hitam kelam sehingga sulit jika tak dilihat secara teliti. Dan meskipun tahu, orang akan berpikir 10 kali sebelum mendekatinya.
Di dalam salah satu ruangan, sebuah sosok berjubah hitam tiba tiba muncul.
Ada sosok lain di ruangan itu. Seorang lelaki yang menatap jendela dengan tatapan dingin dan haus darah.
"Shadow, apa kau berhasil mendapatkannya?"
Pria itu sebenarnya tak tahu identitas sebenarnya Shadow. Selain wajahnya tertutupi topeng, suaranya juga selalu berubah ubah.
Shadow kadang memakai suara seorang bocah, perempuan dan kadang lelaki tua.
"[Aku berhasil mendapatkannya, Grimoire of Truth dan .....]"
"Ohhh.. kau benar benar hebat."
Lelaki itu tertawa puas saat melihat sebuah buku tebal berwarna hitam kelam dengan simbol rumit dan sebuah batu kristal berwarna ungu.
"....."
" Dengan ini, keinginanku akan terkabul. Aku masih tak tahu kenapa kau mau membantuku membalas dendam, tapi aku ucapkan terima kasih."
"[Tidak masalah. Benda itu hanyalah bonus. Aku juga memiliki rencana sendiri kenapa melakukan semua ini.]"
Siapapun yang mendengar itu pasti sadar kalau Shadow berusaha memanfaatkan dia, tapi pria itu sama sekali tak peduli.
Baginya selama dia memiliki kekuatan untuk membalas dendam sudah cukup.
Sebuah pedang besar muncul di tangan pria itu. Dia lalu mendekatkan kristal ungu itu pada pedangnya.
Seperti sebuah magnet, kristal itu menempel dan pada akhirnya menyatu dengan pedangnya.
"Ini lebih biasa daripada yang aku kira. Apakah ini benar Cursed Arm yang menyegel iblis paling kuat, Lucifer?"
"[...]"
Tak ada reaksi lagi dan pria itu berniat memanggil kembali magic arm miliknya, tapi di saat itulah sebuah dentuman keras dia rasakan.
Dentuman itu menggema ke seluruh tubuhnya seolah berasal dari jantungnya, tapi dentuman itu begitu keras. Seolah bukan milik manusia.
"Akhirnya... setelah sekian lama.. "
Pria itu tak tahu asal suara itu, tapi dia sadar suara itu begitu dekat.
"!?"
Sebuah sensasi yang tak pernah dia rasakan menghantam tubuhnya. Hantaman itu membuat tubuhnya seolah ditindih oleh sebuah gunung. Jika dia tak bertahan, dia akan tewas.
Tapi seiring berjalannya waktu, hantaman yang dia rasakan perlahan berkurang. Bersamaan dengan itu dia merasakan tubuhnya semakin kuat. Energi sihirnya menjadi berkali lipat dan dia mendapatkan sihir baru yang begitu luar biasa. Dia bahkan sempat tak percaya dengan apa yang bisa dia lakukan sekarang.
"heh.. "
Pada akhirnya dia tersenyum. Sebuah senyuman begitu lebar bagaikan iblis daripada manusia.
"Mari kita mulai babak baru permainan di antara kita, King."
Tanpa ada orang mengetahui, mimpi buruk baru saja dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Faeryd D'Squidy
waow semakin misterius
2023-11-30
1
RYTEM_
halo kak aku pengguna baru novel toon tp pembaca lama cerita kakak.... duh jd gak sabar pengen cepet-cepet skip ceritanya sampe ke battle war 😁
2023-01-10
1
Sutri Atmo
naganya udah disate kali.
2021-12-06
0