400 tahun berlalu sejak berakhirnya Light War. Sebuah perang terbesar dan paling terlama dalam sejarah. Sebuah perang yang terjadi antara penyihir dan Demon King.
Kebaikan melawan kejahatan. Dan kebaikanlah yang selalu menang, tapi-
Apakah itu benar benar sebuah kemenangan?
Pada saat itu, jumlah penyihir tidaklah sebanyak di masa sekarang. Dulu penyihir adalah sebuah eksistensi langka yang menjadi sebuah penentu kekuatan suatu negara.
Sebelum Demon King muncul dan mengacau dunia, peperangan terjadi antara negara untuk merebutkan tanah di benua Orladist, tapi saat Demon King muncul, peperangan berhenti dan seluruh dunia bersatu untuk menghentikan Demon King.
Bukanlah itu yang dinamakan kemenangan yang sesungguhnya?
Pada saat ini tak hanya jumlah penyihir yang semakin banyak, tapi perkembangan teknologi yang menggunakan sihir [Magitec] juga semakin maju dan berkembang. Bahkan orang biasapun dapat menggunakan sihir sederhana menggunakan bantuan benda sihir. Tentu saja mereka hanya mampu menggunakan sihir berperingkat F.
Hal ini merupakan pengetahuan umum yang kini hanya menjadi sejarah dan kisah dongeng untuk anak kecil agar tak melupakan eksistensi paling berbahaya yang pernah tercatat dalam buku sejarah.
🔹🔷🔷🔹
Kuro pergi ke Sirei Mall bersama dengan Fila yang terlihat manis dan cantik saat mengenakan pakaian putih yang dihiasi pita warna pink. Sulit membayangkan dia berubah drastis hanya dengan berganti pakaian saja.
Dari jauh mereka mungkin terlihat seperti pasangan serasi yang sedang berkencan, namun tentu semua itu salah.
"Huuuhh.. tempat ini sungguh luar biasa.."
"Ku ku ku. Apakah ini baru pertama kalinya kau memasuki sebuah mall?"
Sirei mall. Satu satunya toko terbesar di kota Areshia. Tak ada saingan membuat bisnis menjadi berkembang dengan pesat.
Lampu yang terbuat dari benda sihir menghiasi seluruh tempat dan membuat pemandangan begitu indah. Apalagi dengan hologram yang terbang kesana kemari seperti hantu yang bisa menembus pengunjung. Meskipun itu bagian dari hiburan, itu cukup menyeramkan.
Sirei mall terdiri dari 6 lantai. 4 lantai diatas dan dua lantai di bawah tanah. 3 lantai pertama adalah tempat yang menjual berbagai benda sihir, sementara 3 lantai atas adalah tempat untuk menjual barang kebutuhan sehari hari.
Dengan kata lain jika ingin membeli Titran Stone, maka mereka berdua seharusnya pergi ke lantai bawah tanah, tapi saat ini mereka sedang berjalan di lantai dua.
Di lantai 2 ini dipenuhi oleh toko yang menjual berbagai makanan dan kebutuhan sehari hari. Di salah satu toko itulah mereka sedang mengobrol ditemani oleh dua cangkir kopi.
"Ya kurang lebih begitu, selama ini aku tinggal di desa yang berada di tengah hutan Rukia. Dan meskipun ke kota, aku hanya singgah sementara tanpa ada waktu berkunjung ke tempat seperti ini."
"Hutan Rukia? Bukankah itu tempat yang paling berbahaya di kekaisaran?"
Kuro mengangguk.
Selain dihuni oleh monster ganas dan kuat, namun wilayah hutan yang tak bisa ditebak membuat penyihir kuat sulit bertahan. Bahkan ada rumor kalau hutan itu dihuni oleh Demon yang dulunya anak buah Demon King. Sampai sekarang tak ada yang mencoba untuk menjelajahi wilayah itu.
"..... dulu hampir setiap hari kami diserang monster, dan sudah menjadi tugasku untuk menghadapi para monster yang menyerang desa. Tapi karena banyak hal, maka aku datang ke kota ini."
"Ngg... dulu? Maksudmu sekarang kau tak melakukannya lagi?"
"Ya. Semua itu berkat Ania, Ruoka, dan Charllote. Mereka bertigalah yang membantu kami untuk mengusir para monster yang akan menyerang desa."
"Heeehh.. jadi itulah alasan kenapa kau begitu kuat meskipun Kuro bukan seorang penyihir, tapi aku yakin mereka bertiga juga kuat karena mampu melindungi desa dari para monster."
"Ha ha, jadi kau sekarang percaya kalau aku bukan seorang penyihir?"
"Ya. Aku percaya setelah kau bertarung melawan ayahku. Kau tahu kan apa yang membedakan penyihir dengan orang biasa? Mana atau energi sihir. Seorang penyihir memiliki mana dan orang biasa tidak memilikinya, dan karena mana sudah dimiliki sejak lahir, maka seorang penyihir akan menggunakan mana di setiap mereka melakukan sesuatu. Bahkan di saat mereka berjalan, seorang penyihir akan mengggunakan mana meskipun dalam jumlah yang sangat kecil."
Itu adalah pengetahuan umum yang sudah diketahui banyak orang. Kuro tak ingin membantahnya, tapi juga tak ingin mengiyakan.
".....hoooo... Fila mengetahui hal ini karena seorang penyihir kan?"
Tentu itu hanya tebakan, namun dari sikap dan tingkah laku, kenyataan Fila merupakan penyihir bukanlah hal mengejutkan.
Fila hanya tersenyum. Dia tak berniat untuk menyembunyikan fakta bahwa dia seorang penyihir. Tapi bukankah seorang penyihir wajib bersekolah di sekolah sihir?
Awalnya Kuro berniat menanyakan itu, tapi dia merasa kalau ada alasan tertentu sehingga membuat Fila tidak bersekolah.
Kuro ingat kalau ayah Fila pernah berkata kalau dulu dia adalah seorang jendral, apakah itu ada hubungannya?
"Baiklah, kurasa kita sebaiknya pergi ke lantai atas."
"Lantai atas? Bukankah lantai 3 dan 4 hanya berisi toko pakaian?"
"Syukurlah kau mengerti. Aku ingin belanja pakaian dulu sebelum membeli Titran Stone. Yah karena aku sudah lama tak berkunjung kesini, maka tak ada salahnya untuk sekalian belanja kan?"
"Ha ha dasar wanita."
"Terima kasih atas pengertiaannya."
Fila tersenyum karena senang saat mengetahui kalau Kuro mau menemaninya, tidak, tepatnya terpaksa menemani karena dia tak bisa membeli Titran Stone sendirian, tapi Fila merasa kalau Kuro tak keberatan menemani dirinya.
Setelah membayar tagihan, mereka berdua berjalan menuju tangga yang menghubungkan lantai 3. Meskipun sebenarnya ada lift, namun mereka memilih berjalan sekalian untuk melihat lihat.
Sesampainya di lantai 3, seperti sebelumnya mereka menjadi pusat perhatian para pengunjung. Meskipun pengunjung juga penasaran dengan pedang yang dibawa Kuro, namun kali ini Fila-lah yang menjadi pusat perhatian.
Dengan wajah cantik bagai seorang peri, dia menarik hati setiap pengunjung di Sirei mall, terutama lelaki yang mengunjungi mall, tapi karena mereka mengira Kuro adalah pacar Fila, maka tak ada yang berani menggoda Fila.
Tak ada yang menyalahkan hal ini. Dengan gaun one piece berwarna putih serasi dengan rambutnya. Lalu ditambah dengan lekuk tubuh yang sempurna, maka tak salah jika Fila dikategorikan gadis kelas satu.

(Ini sungguh memalukan. Ayah ini, kenapa aku disuruh berpakaian seperti ini? Dan kenapa tiba tiba aku juga disuruh belanja pakaian?)
Ya. Alasan kenapa Fila berdandan sangat cantik bukanlah atas kemauannya sendiri. Ayahnyalah yang memaksanya, tapi entah mengapa ini tak terlalu buruk.
(Tapi kurasa tak ada salahnya menjadi gadis normal untuk sehari.)
Meskipun cukup repot bersiap, tapi Kuro yang mau menunggu adalah bukti kalau dia seorang lelaki yang lembut.
Di saat itulah dia melirik ke arah Kuro yang berjalan di sampingnya. Wajahnya yang tampan dan terlihat acuh, entah mengapa membuat jantung Fila berdebar debar, bahkan wajahnya memerah tanpa dia sadari.
Mereka baru bertemu beberapa jam, tapi Fila sudah merasa tertarik dengan Kuro. Mungkin inilah yang dimaksud sebagai karisma.
"?"
Entah mengapa Fila merasa sejak tadi Kuro sedang melirik kesana kemari seperti sedang mencari sesuatu.
Di lantai ini semuanya berisi toko pakaian model terbaru dan karena saat ini musim panas, maka pakaian didominasi oleh baju yang berbahan tipis dan ringan.
"Kuro...?"
" ..ahhh maaf. Aku hanya merasa kalau suasana mall ini sedikit aneh. Sejak tadi aku banyak melihat orang berpakaian tertutup dan memiliki simbol aneh di pakaian mereka."
"Mm?"
Setelah mendengar itu, Fila melihat ke pengunjung mall yang ada di sekitar mereka.
Kuro mengatakan yang sebenarnya, jika diperhatikan dengan baik, ada beberapa orang yang berpakaian sangat rapat hingga menutupi seluruh bagian tubuh mereka, dan di pakaian mereka ada sebuah simbol lingkaran kecil bergambar gagak merah.
Dengan merasakan mana, Fila mengetahui mereka bukanlah seorang penyihir.
"Mungkin mereka hanyalah kelompok organisasi tertentu yang sedang berkumpul di mall ini. Kau tahu kan kelompok semacam itu cukup banyak. Karena mereka bukan penyihir, jadi aku ragu kalau mereka akan berbuat aneh."
"....Kuharap juga begitu."
"Haha, kurasa kau hanya terlalu berhati hati. Lagipula di mall ini ada 10 Knight yang berjaga di masing masing lantai, jadi kau tak usah kuatir!"
Knight adalah penyihir yang menjaga ketentraman dan keamanan di kota Areshia dan seluruh kota lain di kekaisaran. Knight berpakaian armor ringan yang membuat mereka mudah dibedakan dengan orang biasa.
Selama di mall ini, Kuro pernah melihat 16 Knight yang sedang berpatroli untuk menjaga keamanan.
Membawa senjata dan menggunakan sihir memang tak dilarang di kota ini, tapi jika menggunakan sihir tanpa alasan yang jelas atau menggunakan sihir untuk kejahatan, seorang penyihir dapat langsung dihukum mati di tempat, karena itulah anggota Knight adalah penyihir berperingkat B keatas.
"Baiklah, kurasa aku terlalu berlebihan memikirkannya, tapi tak ada salahnya untuk berhati hati kan?"
"Ya, kau ada benarnya, ahhh kita sudah sampai di toko yang akan kita masuki."
"..........."
Mereka berdua berhenti di sebuah toko yang menjual gaun untuk pesta. Meskipun Kuro tak terlalu mengerti kenapa Fila memasuki toko semacam ini, namun Kuro tahu kalau pakaian di toko ini semuanya mahal.
"Kuro, apakah ada yang kau suka?"
"Tidak, sayang sekali aku sama sekali tak tertarik dengan pakaian semacam ini."
"Ummm, apakah karena kau berasal dari desa?"
"Kurang lebih begitu."
"Begitu rupanya, tapi kau harus tetap membeli satu pakaian pesta!"
Mendengar itu, Kuro tak mengerti maksud perkataan Fila.
".......?"
"Dengar, sekarang kau adalah murid Kuryuu Academy, dengan kata lain kau pasti akan menghadiri banyak pesta. Apa kau tak tahu itu?"
Tidak. Dia tidak tahu dan tidak peduli. Dia sama sekali tak tertarik dengan semacam pesta, tapi jika diingat ingat, dia memang disuruh untuk membeli pakaian.
"Huh, jadi pakaian yang dimaksud nenek ****** itu adalah pakaian pesta, ... sampai kapan dia mau memaksaku melakukan sesuatu yang kubenci.."
"Nenek ******?"
"Ya. Kepala sekolah, kau tahu, dialah yang memaksaku bersekolah di sana dan menyuruh untuk membeli pakaian, tapi aku baru tahu kalau yang dimaksud nenek ****** itu adalah pakaian pesta."
"Haha, kau memanggil salah satu dari 5 Paladin di kekaisaran ini dengan sebutan nenek ******? Yah itu ada benarnya mengingat dia sudah berusia 60 tahun tapi berpenampilan 17 tahun, tapi aku yakin hanya kau saja yang berani memanggilnya nenek ******."
Keduanya tertawa kecil.
"Oh iya, aku tahu aku perlu pakaian pesta, tapi kenapa kau juga harus membeli pakaian pesta? Apakah itu ada hubungannya dengan ayahmu yang seorang mantan jendral?"
Di kekaisaran ini, seorang yang berpangkat tinggi di militer juga merupakan seorang bangsawan. Jadi meskipun sudah pensiun, Kuro yakin kalau Fila sebenarnya seorang bangsawan.
Dan jika ayah Fila seorang jendral, maka ayah Fila adalah seorang penyihir berperingkat tinggi SSS atau Master, tapi Kuro belum tahu kenapa mantan jendral bekerja sebagai tukang besi.
Selain itu, jika dugaannya benar, Fila juga penyihir beperingkat tinggi, namun tampaknya Fila tak ingin dia mengetahui hal itu.
"Ya, kurang lebih begitu. Kau tahu kan beberapa hari lagi putri Riana Levt Vermilisst akan datang ke kota ini, kami diundang ke pesta penyambutan kedatangannya."
"Begitu rupanya."
"Jadi apakah ada pakaian yang Kuro sukai? Toko ini merupakan toko terbaik dan merupakan toko langgananku, jadi aku yakin kita akan mendapatkan pakaian pesta yang bagus, dan jika masalah uang, aku akan bicara agar kau mendapatkan diskon."
Kuro hanya tertawa pahit. Dia tak tahu harus senang atau sedih.
Fakta bahwa Fila adalah seorang bangsawan cukup mengejutkannya, tapi yang membuatnya terkejut adalah fakta bahwa kalau Fila menganggap dia tak memiliki uang.
Sial.
"Hahaha, aku tak ada masalah dengan uang. Lagipula aku punya banyak uang dari pekerjaan sampinganku, tapi seperti yang kubilang tadi, aku sama sekali tak tertarik dengan semacam pakaian pesta."
"Maksudmu koleksi pakaian disini tidak ada yang cocok? Jangan kawatir, di toko ini kita bisa memesan kok, ....permisi, kami ingin memesan pakaian, bisakah kau panggilkan tuan Sellena?"
Fila berteriak dan menyuruh seorang penjaga toko untuk memanggil pemilik toko.
"Hoi, sudah kubilang aku ti-"
"Jangan kuatir, anggap saja ini hadiah dariku."
Fila tersenyum. Dia terlihat sangat manis, tapi ketika pendapatnya tak didengar, Kuro merasa sedikit jengkel, tapi tak apalah, tapi entah mengapa dia mendapat firasat buruk ketika mengingat nama pemilik toko.
Tuan Sellena.
Jangan bilang kalau dia......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
delete account
kenapa tulisan nya bintang-bintang
2023-07-31
1
delete account
mencoba untuk kabur siapa yang bebas dari Monster itu
2023-07-31
1
delete account
berati kisah dongeng yang buruk
2023-07-31
1