Kota Areshia terletak di selatan wilayah Kekaisaran Houou. Di kota inilah salah satu dari 7 sekolah sihir berdiri dengan megahnya.
Kuryuu Academy mendominasi 35 persen wilayah kota dan bisa dibilang kota itu merupakan bagian dari sekolah, bukan sebaliknya.
Lalu meskipun ini adalah salah satu kota utama di kekaisaran, kota ini bisa juga dibilang sebagai kota terpencil. Bukan karena tak ada perkembangan di kota ini, tapi karena seringnya pertempuran di masa lalu, kota ini hanya menyisakan bekas kejayaannya saja.
Sekolah sihir memiliki sebuah peringkat untuk menentukan prestasi mereka, sayangnya prestasi Kuryuu Academy bisa dibilang tidaklah bagus.
Karena alasan itulah, meskipun besar dan megah, namun tak banyak murid yang mendaftar di sekolah ini. Selain itu, letak yang cukup jauh dari ibukota menjadi alasan lain kenapa tak banyak yang berniat bersekolah di sana.
Kuro Kagami. Dia hanya salah satu murid Kuryuu Academy. Dari luar dia tampak terlihat hanya murid sekolah biasa.
Memang begitulah dia.
Barat daya kota Areshia merupakan tempat yang didominasi oleh pertokoan. Alat alat sihir, pakaian, senjata sihir, batu sihir, restoran, buku mantra, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain, disinilah tempat yang tepat untuk berbelanja.
Kuro saat ini berada di tempat itu.
Dari tempat Kuro berdiri, dia dapat melihat bangunan 4 lantai yang mencolok di wilayah tersebut. Itu bukanlah rumah seorang bangsawan. Bangunan itu merupakan toko/mall terbesar di kota Areshia, Sirei Mall.
Meski belum pernah mengunjungi Sirei mall, Kuro tahu tempat itu menjual peralatan sihir terbaru dan menjual barang barang lebih lengkap, tapi tentu saja barang barang yang dijual di Sirei mall lebih mahal. Hall yang wajar bagi tempat penjualan modern.
Tetapi Kuro tahu tempat seperti itu tidak selalu memiliki apa yang dia butuhkan. Karena itulah dia tak memiliki niat ke sana.
Selama seminggu ini dia berkeliling ke seluruh kota Areshia. Dia sedang mencari dan sekaligus menghafal seluk beluk kota Areshia yang akan menjadi tempat tinggalnya. Bisa dibilang ini adalah salah satu cara untuk cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.
Tentu ini tindakan yang tak pantas mengingat waktu kosong selama seminggu diberikan pada murid baru untuk memilih pasangan mereka. Dan tentu saja untuk membiasakan diri dengan lingkungan sekolah sebelum pelajaran sebenarnya dimulai.
Sama seperi kota lainnya, kota ini dikelilingi oleh tembok tinggi yang mencegah agar binatang buas atau monster menyerang kota dan di atas kota ada sebuah sihir yang melindungi kota dari monster yang bisa terbang. Selain itu terdapat penjaga yang berjaga 24 jam untuk memastikan agar kota sepenuhnya aman.
Dari jauh mungkin terlihat bagai sebuah benteng, namun itu adalah cara teraman untuk menghindar dari monster.
Untuk memasuki kota ini harus melewati pintu gerbang yang terdapat di timur dan barat kota Areshia. Setiap orang yang memasuki kota selalu diperiksa dan di cek identitasnya untuk mencegah ******* atau buronan memasuki dan mengacau di kota.
Semua itu adalah standar keamanan setiap kota di dunia ini. Tentu jika dibandingkan dengan monster yang menyerang, sebenarnya tingkat keamanan itu tak banyak berpengaruh terhadap manusia (penyihir).
"........."
Setiap melangkahkan kakinya, seluruh mata orang disekitarnya selalu menatap dengan keheranan.
Mereka bukan melihat Kuro karena dia satu satunya murid Kuryuu Academy berperingkat F. Meskipun ranking itu membuatnya terkenal, bukan berarti dia menjadi selebriti dadakan. Mereka hanya tahu kalau Kuro salah satu murid Kuryuu dari seragam sekolah yang Kuro pakai.
Sebuah seragam berwarna hitam yang dibuat khusus agar mampu mengurangi efek dari serangan sihir. Memang seragam sekolah sangat nyaman, tapi Kuro tak terlalu peduli. Asalkan dia bisa mudah bergerak, itu sudah cukup.
Lalu apa yang mereka lihat? Mereka semua melihat benda yang berada di tangan kiri Kuro. Pedang bersarung hitam dengan rantai dan lonceng emas kecil yang menghiasi gagang pedang.
Dari luar bisa terlihat itu adalah pedang yang indah dan mahal. Namun bukan karena itu pedang Kuro menjadi pusat perhatian. Pedang dengan jenis katana merupakan pedang langka dan jarang ada yang menggunakannya, jadi di mata orang lain, Kuro merupakan eksistensi unik.
"......akhirnya ketemu juga..."
Kuro berhenti di depan sebuah toko yang menjual berbagai senjata, alias pandai besi. Dia merasa lega karena dia menemukan apa yang dia cari.
Dengan perlahan dia memasuki toko yang dalam kondisi terbuka.
Kuro merasa takjub dan sekaligus kagum saat melihat isi toko. Berbagai senjata terpasang dan dipajang di toko agar pelanggan mudah memilih senjata yamg mereka inginkan, tapi-
Dia tak menemukan seorangpun di toko.
"....permisi.... apakah ada orang?"
Tak ada jawaban untuk beberapa saat, tapi dia mendengar suara lirih dari bagian dalam toko.
"...tunggu sebentar ya...!"
Kuro cukup merasa terkejut karena yang menjawab adalah seorang perempuan.
".........."
Sambil menunggu, Kuro memutuskan untuk melihat lihat senjata yang dipajang di toko.
"......hhmm?"
Kuro menemukan senjata yang menjadi favoritnya. Sebuah pisau kecil dan runcing yang mirip sebuah jarum. Meskipun kecil, pisau itu cukup berguna untuk melakukan serangan kejutan dan membunuh dari jauh.
"Apa kau tertarik dengan pisau kecil itu?"
"....!"
Sebuah suara perempuan terdengar. Dia menoleh ke arah suara itu dan melihat sesosok gadis berambut hijau berpakaian yang penuh dengan noda hitam. Noda itu bahkan mengotori wajahnya. Meskipun begitu, Kuro tahu gadis itu cantik. Dari penampilannya, Kuro juga dapat mengetahui kalau gadis itu seumuran dengan dirinya.
"Ahh.. maaf. Namaku Fila Ariant, putri pemilik toko ini. Apakah ada yang bisa kubantu?"
Perlahan lahan Kuro berjalan dan mendekat. Dia bermaksud menyampaikan tujuan dia ke toko ini.
"....aku ingin tahu apakah toko ini menjual Titran Stone?"
"Titran Stone?"
Fila menunjukkan ekspresi terkejut. Bukan karena dia tak mengerti maksud Kuro, namun dia terkejut pemuda itu mengetahui benda semacam itu.
Titran Stone merupakan batu yang digunakan untuk mengasah senjata, tapi Titran Stone biasanya digunakan hanya kepada senjata yang berbahan sangat keras, dan karena Titran Stone cukup langka, maka sulit untuk menemukan toko yang menjual Titran Stone.
Toko ini adalah satu satunya harapan dan toko senjata terakhir yang Kuro ketahui di kota Areshia.
"Ya." Kuro mengangguk. "Aku ingin membeli Titran Stone untuk merawat pedangku. Apakah toko ini menjualnya?"
"Pedang?"
Fila langsung melihat pedang yang berada di tangan Kuro.
Sebuah pedang yang belum pernah lihat karena itulah dia langsung menunjukkan wajah tertarik dan penasaran.
"Bolehkan aku melihatnya?"
"Ah... silahkan, tapi pedang ini berat!"
"Ha ha, apa kau bercanda. Aku ini seseorang yang sering memegang palu, jadi kau jangan meremehkan kemampuanku...Etto.."
"Namaku, Kuro Kagami. Panggil saja Kuro."
"Jadi, apakah.. Kuro bersedia..."
Karena mata Fila berkca kaca, Kuro tak tega menolak.
"Baiklah aku sudah memperingatkanmu!"
Kuro tersenyum kecil dan memberikan pedang (katana) kepada Fila.
Wajah senang tak dapat disembunyikan Fila saat menerima pedang dari Kuro dan-
"!!"
Tangan Fila hampir menggebrak meja kayu saat menerima pedang yang lebih berat dari yang dia perkirakan, yaitu sekitar 10 kg.
"Kau tidak apa apa?"
"Fuuh... aku tidak apa apa, aku hanya terkejut, ...kau cukup memanggilku Fila saja. Umm.. Kuro bolehkah aku...?"
Mengerti apa yang diinginkan Fila, Kuro mengangguk.
"Boleh saja, tapi hati hati-"
"Karena tajam kan? Haha, aku tahu itu, lagipula apa ada pedang yang tidak tajam?"
Fila tersenyum dan begitu pula dengan Kuro. Dia tak menyangka akan cepat akrab dengan gadis yang dia temui.
Ziiiiiiiiiiinng...
Fila menarik pedang dari sarungnya seperti sudah terbiasa memegang pedang. Suara lonceng terdengar merdu seolah menyambut Fila.
Dan setelah melihat wujud asli pedang Kuro, Fila tak punya pilihan selain terkejut karena pedang itu sungguh tak biasa.
"... ini pedang yang indah. Ini baru pertama kalinya aku melihat pedang putih seperti ini, dan aku tak menyangka pedang setipis ini begitu berat, apakah karena bahannya?"
Kuro mengangguk.
"Ya, begitulah. Kau pasti tahu bahwa bahan yang digunakan untuk membuat "Lic" bukanlah sebuah logam biasa."
(Pedang putih... kah... Aku tak menyangka bisa melihatnya dengan mataku sendiri.)
Sambil memikirkan itu, Fila melihat dengan teliti pedang yang indah, namun tak terlihat spesial selain berat dan tajam.
"....Lic? Apakah itu nama pedangmu? Hahaha, dia pedang yang cantik."
"Aku setuju He he"
"Tapi jenis logam apa yang digunakan? Ini bukan Magilium-kan? Jujur, aku baru pertama kalinya melihat logam berwarna putih seperti ini...hmmmm?"
Magilium merupakan jenis logam yang sering digunakan dalam senjata sihir. Selain 2 kali lebih kuat dari baja, logam ini memiliki kemampuan untuk menyalurkan "mana", karena itu Magilium juga disebut logam sihir.
"Aku juga kurang tau, tapi kudengar logam ini disebut Shirium, logam ini berasal dari meteor yang jatuh, karena itulah wajar kau belum pernah melihatnya."
Mendengar penjelasan Kuro, Fila tersenyum karena pengetahuan tentang logam bertambah lagi.
"Jadi bagaimana, apakah disini ada Tritan Stone?"
Kembali ke topik.
"Ohh maaf. Aku lupa, dan ini ku kembalikan pacarmu(pedang)."
Setelah menyarungkan pedang, Fila menyerahkan kembali "Lic" kepada Kuro.
"Hmmmmm.... Kami memang menjual Titran Stone, tapi apa kau sungguh membutuhkannya? Meskipun aku hanya melihat sebentar, aku tahu kalau "Lic" masih dalam kondisi sempurna dan belum ada goresan sedikitpun. Lagipula aku tak yakin Titran stone dapat mengasah pedangmu itu?"
Sebagai seorang anak dari pandai besi yang sudah berpengalaman karena sudah melihat berbagai jenis logam dan senjata, Fila tahu hanya dengan sekali lihat saja untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah senjata.
Tentu bisa jadi Kuro belum pernah menggunakannya, jadi pedang itu belum mengalami goresan sekecilpun.
"Aku tahu itu, tapi aku tetap ingin membelinya"
"Kenapa?"
"Aku tetap ingin membelinya karena aku membutuhkannya untuk mengasah senjataku yang lain."
"Senjata yang lain? Bukankah kau seorang Contractor yang tak terlalu membutuhkan banyak senjata? Kau benar benar menarik, ini baru pertama kalinya aku melihat seorang Contractor yang mengunakan senjata lebih dari satu."
Berbeda dengan penyihir bertipe User yang bisa menciptakan senjata sihir sebagai perwujudan sihir, seorang penyihir bertipe Contractor dapat menciptakan binatang/monster [Magic Beast] sebagai perwujudan sihir, karena itulah seorang Contractor biasanya menggunakan senjata yang terbuat dari Magilium. Tapi Contractor biasanya hanya menggunakan satu jenis senjata atau bahkan tak perlu menggunakan senjata apapun.
Karena itulah saat mendengar perkataan Kuro tentang memiliki senjata lain, itu bagaikan sebuah lelucon yang sangat lucu bagi Fila.
"Terima kasih atas pujiannya, tapi akan kuberitahu satu hal mengenai alasan kenapa aku memiliki banyak senjata."
"........."
"...hal itu karena aku bukanlah seorang penyihir."
".............eh?"
🔷🔹🔷
"Apa kau bilang? Bukan seorang penyihir? Berhentilah melucu, kau membuat perutku sakit hahaha..."
Reaksi inilah yang selalu Kuro lihat saat menceritakan kenyataan tentang dirinya.
Bukan penyihir yang bersekolah di sekolah sihir.
"Ya, aku senang bisa membuatmu tertawa. Kau lebih manis saat seperti itu..."
".....huh..?... hey jangan berkata yang tidak tidak. Moou..."
Fila benar benar manis saat bertingkah seperti itu. Meskipun ada bagian hitam di wajahnya, namun itu tak mengurangi pesonanya.
Karena itulah Kuro memberikan pujian tulus dari lubuk hatinya yang terdalam.
"...oh iya, dimana Titran Stonenya?"
Kuro bukannya merusak suasana, hanya saja dia tak mau atmosfer menjadi aneh dan seolah melupakan tujuan mereka.
"....tunggu sebentar. Aku akan mengambilnya di tempat penyimpanan. Kau beruntung kami masih punya satu."
"Baiklah."
Fila tergesa gesa pergi ke belakang dan tak terlihat lagi. Tetapi setelah lima menit menunggu, Fila tak datang juga.
"(Ayah, dimana kau meletakkan Titran Stonenya? Ada seorang pelanggan yang ingin membelinya)."
Meskipun suara Fila tak terlalu keras, namun Kuro dapat mendengar dengan jelas.
"(Hah? Titran Stone? Maksudmu ini? Aku baru saja menggunakannya untuk mengasah senjata pesanan)."
"(APA AYAH BODOH??? Bukankah ada batu lain yang bisa digunakan untuk mengasah senjata?)."
"(Fila, Maafkan atas kebodohan ayahmu ini, tapi ayah tak punya pilihan lain karena pedang ini hanya bisa diasah dengan Titran Stone)."
"(lalu apa yang harus kukatakan? Aku sudah terlanjur bilang kalau kita menjualnya)."
"(........ah ayah akan menjelaskan langsung kepadanya. Yang terpenting maafkan kesalahan ayahmu ini...)"
Apa apaan itu?
Kuro hanya bisa tertawa pahit saat mendengar pembicaraan antara ayah dan anak itu.
Sebuah hubungan yang harmonis antara ayah dan anak, tidak, entah mengapa lebih cocok ibu dan anak nakal.
"....?"
Kuro mendengar suara langkah kaki yang berasal dari bagian dalam toko. Tak hanya satu, tapi dua orang yang datang.
Kuro bisa menebak kalau ayah Fila dan Fila datang menemui dirinya, tentu saja Kuro sudah tahu apa yang ingin mereka sampaikan.
"Aahh.. jadi kau pemuda yang ingin membeli Titran Stone itu ya?"
Seorang pria besar dan kekar datang dari dalam ruangan bagian dalam. Pria itu memiliki bekas luka di bagian tubuh dan kedua lengannya.
Itu sungguh mengejutkan.
Awalnya Kuro mengira ayah Fila lebih kurus dan terlihat lebih ramah, tapi ayah Fila benar benar .......menakutkan.
Meskipun pandai besi dikenal sebagai pekerjaan yang membutuhkan tenaga, namun ayah Fila berada di level yang berbeda. Dengan sekali lihat, Kuro mengetahui hal itu.
"Y-ya begitulah..."
Fila kemudian muncul dari balik ayahnya yang besar.
"... maafkan aku Kuro, aku sama sekali tak menyangka Titran Stone terakhir kami telah dipakai oleh ayahku untuk mengasah pesanan. Aku sungguh menyesal."
Dia tahu itu, dan dia tahu itu bukanlah kesalahan Fila, tapi kesalahan ayahnya.
Dasar orang tua sialan.
"Tidak apa, lagipula sebenarnya aku tak terlalu membutuhkannya he he.."
Meskipun berkata seperti itu, Kuro menunjukkan wajah sedih yang membuat Fila dan ayahnya semakin merasa bersalah.
"AKU BENAR BENAR MINTA MAAF!!"
Ayah Fila membungkuk sebagai tanda menyesal. Sangat menyesal, tapi apa yang dimaksud tidak terlalu membutuhkannya?
Di saat itulah ayah Fila melihat pedang yang ada di tangan Kuro.
"Ayah, kau tahu itu tidaklah cukup kan? Cepat berlutut dan jilat sepatu Kuro!!"
"HIIIIIIII, baiklah akan kulakukan!!"
"HOOOIII.."
Kenapa dia harus terjebak di situasi menggelikan ini?
Dan yang lebih menggelikan, Ayah Fila langsung saja menuruti perkataan anak kesayangannya itu.
"Sudah paman, kau tak perlu melakukannya, dan Fila kenapa kau tega sekali menyuruh ayahmu menjilati sepatuku? Jujur saja aku tidak mau seorang pria tua jelek menjilat sepatuku...Oppppss.."
Oh tidak.... Sekarang dia justru membuat masalah baru.
"....haaahhh... DASAR BOCAH KEPARAT!!! JANGAN KAU PIKIR AKU MAU MENJILATI SEPATU MURAHANMU ITU. DASAR BOCAH KURANG AJAR!!"
"DIAM KAU PRIA TUA, APA KAU MAU KUBUNUH? SINI CEPAT MAJU!! KAU AKAN KUPOTONG HINGGA SERATUS BAGIAN!!"
Kuro sudah menarik pedangnya dan bersiap mengarahkan ujungnya kepada ayah Fila.
Ini adalah pertama kalinya dia bertengkar karena alasan sepele. Tapi, ayah Fila juga tak mau kalah dan mengambil kapak besar yang dipajang di toko.
"Bocah sialan, akulah yang akan memotongmu menjadi seratus bagian."
"Jangan bercanda pak tua, sebaiknya kau menyerah agar Fila tak perlu repot menguburmu."
"hahaha lucu sekali, ...mungkin aku sudah lama tak bertarung, tapi aku dulu adalah adalah seorang jendral, jadi bersiaplah untuk menerima kematianmu dan belajarlah sopan santun... di neraka!!"
"Kaulah yang akan masuk neraka, pak tua!"
Mereka berdua tersenyum satu sama lain.
Kini toko itu berubah menjadi medan pertempuran antara dua laki laki bodoh.
"Haaaaaaaaa!!!!"
"Terima kematianmu bocah sialan!!"
Mereka melangkah maju bersamaan dan mereka saling beradu senjata yang membuat suara logam berbenturan dan percikan orange.
Tapi, ada satu hal yang mereka lupakan.
"KALIAN BERDUA CEPAT BERHENTI!!"
"?...Gu gahh!!!!!"
"Uggh!"
Ya. Mereka lupa tentang keberadaan orang ketiga di toko itu, yaitu Fila.
Dia sangat marah. Marah besar. Bahkan Kuro melihat iblis yang seolah olah merasuki Fila.
Dia bahkan sanggup menghentikan mereka yang sedang bertarung dengan memukul mereka berdua dan membuat mereka terbang membentur lantai sejauh dua meter.
Sungguh kecepatan dan kekuatan yang luar biasa untuk seorang gadis. Kuro sekarang mengerti kenapa ayahnya begitu takut terhadap Fila.
Kraaak kraaaakk!
Suara itu berasal dari tangan Fila yang bersiap siap menghajar mereka lagi.
"APA KALIAN MASIH MAU BERTENGKAR HUHH??"
""MAAFKAN KAMI, KAMI SUNGGUH MENYESAL!""
Kuro dan ayah Fila langsung meletakkan senjata mereka di lantai dan berlutut. Mereka bagai seorang anak yang dimarahi oleh ibunya.
Mereka tahu saat ini mereka tak akan menang melawan Fila yang sedang marah.
"Baiklah, sekarang mari kita bicarakan tentang bagaimana menyelesaikan masalah tentang Titran Stone."
Fila sekarang tersenyum bagai seorang malaikat. Itu sungguh melegakan.
Tampaknya amarah Fila sudah mereda, tapi itu menjadi catatan Kuro untuk tidak membuat Fila marah.
Kuro berdiri dan menyarungkan pedangnya, sementara ayah Fila tetap membawa kapaknya yang sudah terpotong.
Mereka kembali ke topik pembicaraan.
"Hoi bocah sialan, kau memiliki pedang yang luar biasa, tapi teknik pedangmu tak kalah luar biasa."
"Apa maksud ayah?"
Ayah Fila kemudian menunjukkan kapak yang sudah terpotong itu di depan Fila.
Dia cukup terkejut ketika melihat kapak itu terpotong dengan sangat rapi.
"Ya. Tak hanya kuat, tapi bocah sialan itu memotong kapakku dengan sangat cepat. Aku bahkan baru menyadarinya setelah aku mengangkat kapakku dari lantai, tapi yang membuatku heran, kapakku adalah kapak yang terbuat dari Magilium murni, jadi seharusnya pedang biasa tak mudah memotongnya meskipun terbuat dari bahan khusus, hei...bocah pedangmu sebenarnya terbuat dari apa?"
Mereka berdua kini menatap ke arah Kuro dengan tatapan penasaran, tapi kenapa Fila juga harus menatapnya? Bukankah dia sudah menjelaskannya tentang pedang miliknya?
"Paman bisa bertanya hal itu kepada Fila nanti, yang terpenting bagaimana dengan Titran Stonenya?! Seperti yang kubilang tadi sebenarnya aku tak terlalu membutuhkannya, karena itu aku ingin membeli batu yang mempunyai fungsi yang sama dengan Titran Stone, disini ada kan?"
Mendengar perkataan Kuro, Fila dan ayahnya tiba tiba memasang wajah bingung. Mereka bahkan berkeringat dingin.
"...Kuro, sebenarnya batu yang memiliki fungsi yang hampir sama dengan Titran Stone juga sudah habis, mungkin itulah alasan kenapa ayah menggunakan Titran Stone?"
"Heh?"
Ayah Fila juga mengangguk.
"Hei bocah, apakah senjatamu yang terbuat dari bahan khusus seperti pedangmu sehingga membutuhkan Titran Stone untuk mengasahnya?"
"Tidak, hanya terbuat dari logam biasa, tapi alasan sebenarnya aku membeli Titran Stone karena batu itu lebih kuat dan lebih awet."
Dan Titran Stone memiliki bentuk yang lebih kecil dan ringan, selain itu dapat mengasah Magilium dengan mudah, tapi Kuro tak perlu menjelaskannya karena mereka berdua pasti sudah tahu.
"Begitu rupanya. Aku mengerti, akan lebih baik jika memiliki satu benda yang mempunyai banyak fungsi daripada banyak benda yang mempunyai satu fungsi. Haahh.. kau benar benar bocah sialan, tapi aku menyukainya, karena itu akan kuberi tahu tempat dimana kau bisa mendapat Titran Stone."
"Benarkah itu?, Tapi aku sudah mengunjungi semua toko di kota Areshia dan aku kesini karena mereka bilang hanya toko ini yang menjual Titran Stone."
"Tidak. Kau belum mengunjungi semua toko. Dengar, ada satu toko yang menjual Titran Stone di Sirei mall."
"Eh?"
"Ya, Sirei mall, tapi kau hanya bisa mendapatkannya jika Fila atau aku bersamamu. Jadi Fila kau sudah tahu apa yang harus kau lalukan kan?"
Fila mengangguk dan tersenyum.
"Tentu saja ayah. Lagipula kita juga sudah kehabisan stok. Anggap saja ini adalah pelayanan spesial dari kami dan sekaligus permintaan maaf. Kau bersedia menemaniku kan, Kuro...?"
".....aahha..tentu saja."
Dia bukannya tak mau, namun tak bisa menolak.
Dan begitulah alasan Kuro pergi Sirei mall, tentu saja bersama dengan Fila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
delete account
pak tua bodoh
2023-07-31
1
delete account
jadi anak yang bodoh?
2023-07-31
1
delete account
suara apa sautan?
2023-07-31
1