Sudah 30 menit berlalu sejak latihan lari dimulai.
Laila, Alva, Alvi, dan Serriv memutuskan berlari pelan pelan secara berkelompok. Hal ini karena waktu berlari tak terbatas, dan itu artinya mereka tak perlu terburu buru.
Meskipun disebut pelan, itu bukan berarti mereka berlari dengan kecepatan manusia biasa. Bahkan mereka berlari dengan kecepatan melebihi atlet profesional.
"Laila, berapa jarak kita?" Tanya Alvi.
Alvi dan Alva berlari diantara Laila dan Serriv. Seperti biasa, mereka berdua sulit dibedakan.
"Kurasa baru beberapa kilometer. Yah tapi kurasa tak ada gunanya memikirkan jarak."
Hal ini karena mereka saat ini sedang berlari mengelilingi danau, jadi percuma memikirkan jarak.
Serriv mengangguk tanda setuju dengan Laila.
"Laila, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
"Um?"
Kali ini yang bertanya adalah Alva atau Alvi? Hanya mereka berdua yang tahu.
Laila tak mau bingung dan memutuskan gadis yang di sampingnya adalah Alvi karena memakai kacamata.
"Apa benar kau dan Kuro b-berpacaran?"
".........eh?"
"Kami memang mendengar bahwa kalian berpacaran tapi itu adalah perkataan Kuro, jadi ada kemungkinan kalau dia berbohong."
Begitu rupanya. Mereka masih belum percaya dengan apa yang dikatakan Kuro.
Dalam hal ini Laila harus menjawab apa?
Dia merasa bingung, tapi sejak awal dia sudah tahu jawabannya. Dia lalu tersenyum.
"Ya begitulah. Kami memang berpacaran."
Alva dan Alvi tak bisa menyembunyikan kekecewaaannya. Mereka tampak sedih. Sayangnya Laila tak mengerti kenapa mereka seperti itu.
Sementara itu Serriv hanya diam saja dan fokus berlari. Dia tampaknya tak terlalu peduli.
"Oh iya, ngomong ngomong kenapa semua lelaki di kelas kita berbuat seperti itu kepada Kuro? Bukankah mereka biasanya sangat akrab satu sama lain?"
Mereka bertiga tak langsung menjawab pertanyaan Laila. Entah mengapa mereka tampak menyembunyikan sesuatu.
Lalu setelah beberapa saat, mereka bertiga mengangguk satu sama lain.
"Laila, apa kau tahu GSPFL?"
"?"
Apa itu? Laila benar benar tak tahu, tapi dia merasakan ada hubungan dengan dirinya.
"Itu adalah singkatan Golden Scarlet Princess Forever Love."
Golden Scarlet Princess adalah julukan Laila di Kuryuu Academy. Pantas saja dia merasa bahwa dia tak merasa asing dengan GSP. Tunggu dulu-
"Hei jangan bilang kalau...."
Entah mengapa Laila bisa menebak apa itu GSPFL.
"Ya." Jawab Serriv. "Itu adalah fanclubmu, Laila. Bahkan Knox adalah salah satu pemimpinnya."
"Eh....? Aku baru mendengar kalau aku punya fanclub. Lalu apa hubungannya dengan mereka?"
Laila tampak terkejut, tapi di saat yang sama dia senang karena mempunyai fanclub.
"Haa... kau ini, seharusnya kau tahu, jika itu fanclubmu, maka anggota mereka pasti akan langsung marah atau tak senang jika kau sudah memiliki pacar. Apalagi pacarmu adalah Kuro yang di kenal sebagai satu satunya penyihir peringkat F di sekolah."
"..hmm ..hei bukankah itu berarti semua lelaki di kelas kita adalah fanku?"
"Tidak. Hanya satu orang yang bukan fanmu, kau tahu siapakan?"
Tentu saja yang dimaksud Serriv adalah Kuro.
"Dengar, saat ini anggota GSPFL ada 122 orang, itupun terus bertambah, jadi ku harap kau berhati hati Laila?"
"Apa maksudmu?"
"Laila, apa kau bodoh?" Ucap Alvi dengan nada sinis. "Jika kau terkenal di antara lelaki, itu berarti kau paling dibenci oleh perempuan di sekolah. Paham?"
Laila mengangguk. Dia tak menyangka kalau sesuatu yang sederhana bisa menjadi sangat rumit.
Dia juga akhirya sadar kalau dia harus lebih berhati hati.
"Begitu rupanya, jadi itukah alasan mereka membenciku?"
"?" "?!" "Whaa!" "Kuro?"
Mereka berempat tiba tiba dikejutkan oleh suara seseorang yang tak mereka duga.
Kuro tiba tiba ada di samping Serriv sambil berlari dengan santai. Mereka berempat cukup terkejut karena Kuro bisa menyusul mereka, namun mereka tahu kalau Kuro sudah melepas beban latihan yang biasa dia pakai. Itu artinya sangat normal jika Kuro bisa menyusul mereka.
"Yo."
Kuro menyapa mereka.
"Hei bodoh, jangan membuat kaget!!" teriak Laila.
Dia tampak jengkel, namun Kuro justru tersenyum.
"Ha ha maaf, aku tak bermaksud membuat kaget. Oh iya Alva, Alvi, maaf kurasa kita harus menunda latihannya kapan kapan."
" .........Tidak apa apa, Kuro."
"Tch, kurasa tak ada pilihan lain, tapi kau harus mengajari kami teknik baru!"
"Iya iya. Aku akan mengajari kalian."
"...?"
Laila tampak bingung dengan maksud perkataan Kuro. Latihan?
Laila akhirnya mengerti kalau mereka berlatih bersama, bukankah itu artinya-
(Di saat orang lain sibuk berlatih dengan pasangannya, dia justru berlatih dengan orang yang mungkin menjadi musuh? Ya ampun, seberapa besar kebodohan dia?)
Laila menggerutu dalam hati. Dia merasa tak senang karena dia baru tahu alasan kenapa mereka berdua tak pernah berlatih bersama seminggu ini.
"Baiklah. Kalau begitu aku duluan. Laila, tenang saja, aku pasti akan mendapatkan tiketnya!"
Setelah mengatakan itu sambil tersenyum, Kuro lalu menambah kecepatannya dan meninggalkan mereka berempat.
Wajah Laila memerah dan jantungnya berdebar debar. Dia tak menyangka Kuro akan mengatakan sesuatu yang memalukan.
"Hummph!"
"tch!"
Alva dan Alvi tampak tak senang. Hanya Serriv yang terlihat acuh dan menggelengkan kepalanya. Hal itulah yang membuat Laila sadar kalau ada yang aneh dengan tingkah Alva dan Alvi.
"Mungkin atau hanya perasaanku saja, tapi kenapa kalian berdua tampak jengkel saat melihat kami berdua?"
Laila bertanya sambil tersenyum pahit.
""Bukan apa apa, itu hanya perasaanmu saja!""
Mereka berdua dengan kompak menyangkal kalau mereka tidak senang, tapi dari tingkah mereka, Laila tahu kalau mereka berdua sedang jengkel karena sesuatu.
"Mereka berdua marah karena rumor itu ternyata benar."
Serriv menjelaskan Laila. Dia memang selalu netral.
"Rumor?"
"Ya. Rumor kalau kau sudah memiliki pacar. Tapi tak ada yang tahu siapa pacarmu, tapi ada beberapa orang yang dicurigai, terutama Kuro. Mungkin inilah alasan kenapa semua lelaki sangat akrab dengan Kuro saat di kelas."
Dengan kata lain mereka hanya berpura pura akrab untuk menyelidiki kebenaran rumor. Lalu setelah mereka tahu kebenarannya, mereka menunjukkan sifat asli mereka. Bukankah itu sangat kejam?
Menyadari hal ini entah mengapa Laila merasa marah.
Tapi di saat itu dia menyadari kalau ada yang aneh dengan rumor itu.
"Serriv, bagaimana rumor itu bisa muncul? Semua orang baru tahu kebenarannya hari ini karena Kuro mengatakannya tanpa pikir panjang kan? Lagipula hanya kami berdua yang mengetahui ini?"
"hm...."
Serriv menunjukkan ekspresi rumit. Dia tampaknya seperti sedang berusaha mengingat sesuatu.
"Rumor itu pertama kali beredar 5 hari yang lalu di SchoolNet."
Yang menjawab adalah Alva atau Alvi?
SchoolNet adalah tempat obrolan khusus yang hanya bisa di akses oleh murid sekolah, guru dan kepala sekolah saja. Bisa dibilang itu merupakan tempat paling cocok untuk menyebarkan berita dan tentu saja rumor.
"Ya ampun, bukankah kau punya ponsel? Sekali kali buka magianet agar kau tak ketinggalan berita!"
Teknologi sekarang lebih maju, karena itulah ponsel, televisi, magianet sudah sangat umum. Semua teknologi itu adalah gabungan dari sihir dan teknologi.
Hal yang paling populer saat ini adalah magianet (semacam internet). Bahkan saat ini semua teknologi hampir menggunakan fitur magianet.
Meskipun konten di magianet semuanya dikontrol oleh pemerintah, namun tak ada yang merasa keberatan. Lagipula hal ini sama seperti ponsel yang memberi kebebasan pemerintah untuk mengintip apa yang mereka bicarakan atau pesan yang mereka kirim.
Dengan kata lain pemerintahlah yang mengontrol semua informasi yang beredar di masyarakat.
Alasan inilah yang membuat surat masih sangat populer untuk mengirip pesan yang bersifat sangat rahasia atau pribadi.
Laila memang memiliki ponsel, namun dia tak pernah menggunakannya untuk sesuatu yang aneh seperti melihat berita di magianet atau masuk SchoolNet.
Dia lebih suka bicara langsung untuk menyampaikan suatu urusan. Lagipula di ponselnya hanya ada kontak keluarganya dan Kuro. Bukankah itu berarti Kuro termasuk spesial?
"Aha haha.. aku tak suka melihat semacam itu. Hmm ... tapi jika sudah beredar 5 hari yang lalu, kenapa aku tak merasakan ada sesuatu yang aneh? Dan kenapa mereka tahu pacarku adalah Kuro?"
"Kau benar benar cerewet jika dalam mode investigasi. Yahh.. kurasa percuma saja menyembunyikannya darimu."
Laila pasti akan mencari tahu di magianet atau SchoolNet, jadi Serriv merasa tak perlu menyembunyikan kebenaran.
"Laila, kau tahu insiden seminggu yang lalu kan?"
Laila mengangguk.
"Semua detail tentang insiden itu dirahasiakan, namun ada seseorang yang mengambil gambar saat insiden itu terjadi. Sayangnya gambar itu tak terlalu jelas."
"Gambar apa?"
"Gambar murid Kuryuu Academy memukul naga dengan tangan kosong dan berhasil menggiring naga itu keluar kota. Seperti yang kubilang tadi, gambarnya tidak jelas, meskipun begitu, orang itu memposting di media sosial dan menjadi topik utama, namun satu hari kemudian pemerintah menghapus semua tentang postingan itu. Dengan kata lain pemerintah ingin menyembunyikan sesuatu yang sangat rahasia."
Laila mengerti apa yang dimaksud Serriv. Memang benar bahwa semua detail kejadian seminggu yang lalu dirahasiakan. Bahkan tentang dia mengalahkan pemimpin Red Crow juga dirahasiakan.
Namun berkat itu dia tak perlu mendapatkan hukuman karena berbuat ceroboh. Sebagai gantinya dia hanya perlu menulis laporan tentang kejadian itu.
Lalu Serriv melanjutkan,
"Karena itulah salah satu murid di sekolah kita melakukan penyelidikan tentang kasus itu. Memang awalnya dia kesulitan karena tak banyak saksi, namun dia berhasil menemukan petunjuk bahwa kau dan Kuro ada di Sirei Mall. Memang ada banyak murid selain kau di Sirei Mall, tapi hanya kalian berdua yang tak ada di tempat perlindungan. Kau tahu artinya kan?"
"Semua orang tahu kalau aku dan Kuro terlibat insiden itu, itu kan yang mau kau bilang?"
Serriv, Alva dan Alvi mengangguk.
"Lalu tentang rumor itu?"
"Hmmm.. kalau tak salah, ada narasumber yang mau mengatakan tentang berita itu, namun dia minta identitasnya dirahasiakan. Narasumber itu mengatakan kalau Kuro melawan naga karena diminta pacarnya, yaitu kau!"
"Eh...?"
"Sayangnya berita itu dianggap bohong karena mana mungkin Kuro yang melawan naga, selain itu semua orang tak percaya dengan kabar bahwa kalian berpacaran-"
"Lalu berita itu hanya menjadi sebuah rumor kah?"
Laila memotong ucapan Serriv sebelum dia menyelesaikannya.
Tapi ada satu hal yang membuat dia penasaran.
"Oh iya, kau tahu siapa narasumbernya?"
"Nana gadis itu berinisial FA. Hanya itu yang ku tahu. ...mmm kenapa kau bereaksi seperti itu, apa kau tahu siapa orangnya?"
"Aha ha .. aku bisa menebak orangnya, tapi aku tak yakin dia benar benar melakukannya."
Laila tersenyum pahit saat mengetahui inisial nama narasumber berita itu.
FA. Dengan kata lain Fila Ariant.
Teman baik dan sekaligus teman masa kecilnya itu ternyata menyerang dia dari belakang tanpa dia ketahui. Itu cukup membuat dia terkejut, namun dia tahu ini adalah cara agar hubungan Laila dan Kuro tidak lancar atau segera putus.
(Kecerdasannya sungguh mengerikan. Dia benar benar rubah licik.)
Sisi baik dari semua ini, dia akhirnya tahu kalau menjadikan Fila sebagai musuh benar benar sungguh menyusahkan.
"Dan karena rumor itu benar, aku dan kak Alva telah kehilangan kesempatan untuk merebut hatinya."
"Jangan begitu Alvi, kita tak boleh menyerah. Kau tahu kan kalau kita menyerah semuanya berakhir!"
"Kau benar. Maaf karena terlalu cepat menyerah, kak Alva."
"Tidak apa apa, aku juga tak akan menyerah. Tapi ini baru saja dimulai. Laila memang saingan yang kuat, namun dengan kekuatan kita, kita pasti akan berhasil menyingkirkannya, tidak, kita pasti akan berhasil membunuhnya he he he."
"Kita memang sehati kak Alva he he he."
Mereka berdua tersenyum jahat karena memikirkan suatu tindakan kriminal. Mata mereka menunjukkan kalau mereka serius akan menyingkirkan Laila.
Satu hal yang mereka lupakan, Laila ada di samping mereka sedang tertawa pahit saat melihat sisi lain mereka berdua.
Twin Ice yang dikenal baik hati, selalu tersenyum, namun sedingin es telah menghilang demi sebuah pria yang bernama Kuro. Bukankah itu berarti-
"Hei, jangan bilang kalian berdua menyukai si bodoh Kuro itu?"
Laila menatap mereka dengan tatapan heran, namun tajam.
"umm.. ketahuan rupanya.."
"Sudahlah, kita tak perlu menyembunyikan hal itu dari dia, lagipula mereka hanya berpacaran karena janji, benarkan Laila?"
Saat itu, mata Laila langsung terbuka lebar karena terkejut.
"B-bagaimana kalian tahu so- jangan bilang kalau rumor itu juga.."
"Ya. Rumor itu juga mengatakan kalau kalian berpacaran karena sebuah janji. Sebagai putri paladin terkuat, aku yakin kalau kau cuma berusaha menepati janjimu dan bertingkah baik kepada Ku-"
"KALIAN SALAH!!"
Laila memotong perkataan Alva dan tiba tiba berhenti berlari.
Hal itu juga membuat Alva, Alvi dan Serriv menghentikan lari mereka dan menatap Laila yang tampak sedang kesal dan marah.
"Kalian salah, aku dan Kuro berpacaran karena saling me----"
Dia terdiam. Dia tak mungkin mengatakan hal yang tak mungkin.
Lagipula apa yang dikatakan mereka benar, dia dan Kuro hanya berpacaran karena sebuah janji. Dan sebagai putri paladin, dia tak pernah mengingkari janjinya.
"Alvi, benarkan yang kubilang. Kita memang tak boleh menyerah!"
"Ya, kau benar kak Alva Kita tak boleh menyerah oleh cinta palsu L-"
"KALIAN SALAH!"
(EH? Kenapa aku...)
Laila tak mengerti kenapa dia menyangkal semua perkataan Alva dan Alvi. Satu hal yang pasti, entah mengapa dia tiba tiba marah dan merasakan sakit.
"Ka...lian sal----"
(ahhh... aku benar benar tak mengerti.........)
Semuanya tiba tiba terdiam. Alva dan Alvi tampak tak percaya dengan apa yang dikatakan Laila.
Sementara itu Serriv yang melihat mereka bertiga bertengkar karena seorang lelaki hanya bisa mendesah dalam.
"Sudahlah, kalian bertiga tak usah bertengkar. Lagipula kalian tak tahu perasaan Kuro kan? Kenapa kalian tak bertanya kepadanya langsung agar jelas kenapa dia masih berpacaran dengan Laila. Selain itu, cinta palsu atau bukan, itu bukan urusan kalian berdua kan!"
Dia harus menyelesaikan masalah ini atau dia akan menemui medan perang antara 3 gadis.
Meskipun begitu, dia merasa lega karena tampaknya mereka bertiga paham maksud perkataanya.
"Hei Alvi, bagaimana menurutmu?"
"... hmm kurasa sebaiknya kita tanyakan saja secara langsung kepada Kuro. Lagipula belum tentu dia menyukai Laila kan?"
"Ta-tapi jika dia tak menyukai Laila, kenapa Kuro bertekad mendapatkan tiket makan malam romantis bersama Laila?"
"Dia mungkin melakukannya karena merasa perlu sebagai seorang pacar. Kau tahu kan dia melakukannya belum tentu karena menyukainya, jadi kau tak perlu kawatir!"
"Kak Alva benar. Kurasa kita harus minta maaf kepada Laila."
"Ya. Kita bisa membunuh dia setelah memastikan apakah Kuro menyukai dia atau tidak."
Mereka masih berniat membunuh Laila. Mereka benar benar serius.
Lalu mereka berdua menoleh ke arah Laila.
"Laila."
"Laila."
""Kami minta maaf!""
"..................ya. Aku juga... minta maaf.."
Setelah itu semua melanjutkan lari mereka.
Laila tampak murung. Dia terus terdiam.
Dia menyadari bahwa apa yang di katakan Alva dan Alvi memang benar, namun di saat yang sama dia menyadari bahwa dia tak pernah tahu kenapa Kuro melakukan semua ini.
Kenapa Kuro masih mau berpacaran dengan dia?
Kuro pasti tahu bahwa hubungan mereka hanya sebatas karena janji. Kuro pasti juga tahu kalau Laila bisa memutuskan hubungan kapan saja dia mau.
(Jika dia tak menyadari semua itu, dia benar benar lelaki paling bodoh di dunia ini.)
Lalu kenapa Kuro masih mau mendapatkan tiket itu?
(Aku benar benar tak mengerti.)
Selain itu, dia juga tak mengerti kenapa dia masih saja mau berpacaran dengan Kuro.
Dan kenapa dia menyangkal perkataan Alva dan Alvi?
Di saat itulah dia menyadari kenapa dia melakukan semua ini, namun itu mustahil terjadi.
(Aku tak mungkin jatuh cinta kepadanya kan?)
"................."
Laila tiba tiba tersenyum. Hal itu membuat Alva dan Alvi saling menatap satu sama lain karena bingung, namun di saat yang sama mereka tahu atau insting mereka sebagai wanita mengatakan kalau Laila mulai menyukai Kuro.
Ini kabar buruk bagi mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Rifki Rifki
kuro menyapa mereka
2023-02-04
0
Fadhila 114
Sebenarnya si Fila itu teman kecil nya apa baru kenal sih thor?
2021-02-07
0
Jangkrik Bozz
mc nya ilang kemana thor??
2021-01-02
0