Alan Saegrusa. Pria kekar dengan tubuh besar setinggi dua meter lebih. Memiliki wajah garang yang membuat dirinya akan dikira seorang penjahat jika berjalan di tempat umum.
Sayangnya, dia memang seorang penjahat. Bersama dengan organisasi kecil yang dia buat, Red Crow, dia menyerang Sirei Mall.
Dia menyerang bukan karena menginginkan sesuatu dari mall itu. Meskipun banyak barang mewah yang dijual di mall itu, tapi tak ada satupun yang diinginkan, apalagi mempertaruhkan segala yang dia miliki, termasuk nyawa.
Tapi kenapa dia tetap menyerang?
Sederhana. Itu karena dia memiliki tujuan lain.
Red Crow, sebuah kelompok yang dia dirikan dengan visi kesetaraan bagi para non penyihir di kekaisaran. Penyihir dan non penyihir sama-sama manusia, tapi kenapa diperlakukan begitu berbeda? Apalagi di kekaisaran Houou. Seorang dengan kemampuan bisa menggunakan sihir akan langsung mendapatkan perlakuan spesial.
Di mata Tuhan semua manusia setara, tapi di mata manusia, manusia semuanya berbeda.
Dengan visi dan tujuan itu, anggota Red Crow cepat bertambah. Dia semakin sadar kalau dia melakukan suatu yang benar.
Tapi kenyataan pahit menghadangnya. Sebanyak apapun non penyihir berkumpul, mereka hanyalah serangga di mata penyihir. Dengan sihir, mereka bisa dihabisi dengan mudah jika ada yang menginginkan.
Ini tak bisa terus terjadi. Selain itu gerakan mereka yang mempengaruhi pikiran masyarakat akhirnya tercium oleh pihak pemerintah.
Cepat atau lambat organisasi yang dia buat akan hancur. Selain itu tanpa membuktikan apapun.
Tidak. Jika kehancuran yang menanti mereka, maka itulah yang akan mereka terima. Tapi sebelum itu mereka harus membuktikan bahwa mereka benar.
Dunia ini harus berubah.
Sayangnya, dia tak memiliki kekuatan untuk itu. Dia hanya bisa menanti kematian datang.
Tapi di saat itulah sebuah sosok menawarkan sebuah tawaran bagaikan dari sosok iblis.
Aku akan memberikan kesempatan dan kekuatan untuk membuktikan kalian benar. Buat seluruh kekaisaran tahu kalau dunia ini salah.
Mengingat sosok itu, dia memejamkan matanya sesaat.
(Kenapa saat itu aku menerimanya? Apakah ini benar benar cara yang benar?)
Dia sedikit menyesal setelah sejauh ini, tapi dia sudah tak bisa melangkah mundur.
Memang benar dengan anticrystal mereka bisa membunuh para penyihir dan non penyihir bisa menjadi kuat sama seperti penyihir.
Mereka hanya butuh alat yang tepat.
"..."
Alan mengambil nafas dalam. Dia berusaha menghilangkan keraguan dalam hatinya. Dia harus fokus dengan apa yang dia lakukan.
6 Knight yang tersisa menyerang dengan pisau. Dia tak tahu apakah mereka bodoh atau sudah tak sayang nyawa. Tapi jika mereka ingin mati, dia akan memberikannya.
Dengan senyuman jahat, dia memerintahkan 13 anak buahnya mengarahkan senjata mereka ke arah Knight.
"Bunuh mereka!"
Alan tahu keenam Knight itu mengincar 3 anak buahnya yang memakai armor anticristal, dan karena 3 anak buahnya merupakan bagian penting dari rencananya, maka dia tak boleh kehilangan satupun.
Dia harus mengakui Knight yang mereka lawan cukup cerdas. Karena itulah Alan bermaksud menghabisi keenam Knight secepat mungkin.
"Hyaaa!!"
Mengetahui musuh akan menembak, Kapten Knight langsung melempar pisaunya dan mengenai salah satu musuh yang memakai armor Anticristal dan membunuhnya sebelum mereka menembak.
Dua target utama tersisa dan seolah tak peduli dengan kematian anak buahnya, Alan hanya menunjukan tatapan tanpa belas kasih.
Kemudian para penjahat mulai menembak. Dua Knight yang terlambat menghindar langsung terkena peluru dan akhirnya terjatuh di lantai mall.
Keempat Knight yang tersisa masih maju dengan bergerak zig zag untuk menghindari peluru dengan kekuatan yang tersisa, namun sebelum sempat mendekat, 3 Knight yang tersisa tumbang karena peluru telah menembus dada dan tubuh mereka.
Kini yang tersisa hanyalah sang kapten.
Meskipun tubuhnya terluka, dia terus maju sambil di menghindari peluru dengan kecepatan abnormal.
Dia bisa bergerak seperti itu bukan karena dia masih bisa menggunakan sihir dengan normal. Bahkan saat ini ada peluru anticrystal di tubuhnya yang membuat dia tak bisa mengendalikan tubuhnya.
Satu satunya alasan kenapa dia bisa bergerak adalah tekad dan harga dirinya sebagai Knight. Pelatihan dan statunya sebagai penyihir peringkat tinggi juga membantu, tapi tanpa itu dia tak bisa menghadapi musuh.
Sang kapten Knight mengambil pisau lainnya dan menyerang target terdekat. Dia tahu tak mungkin mengalahkan 13 orang penjahat itu, namun itu tak masalah, selama dia bisa membunuh salah satu yang memakai armor anticristal.
"Haaaaa!!!"
Dengan kekuatannya yang terakhir, dia akhirnya berhasil mendekati salah satu penjahat yang memakai armor anticristal dan bermaksud mengoyak lehernya dengan pisau.
Penjahat itu terlihat panik saat mata pisau tepat mengarah ke dadanya, tapi-
Dooor!!
Kapten itu berhenti bergerak dan menjatuhkan pisaunya ke lantai. Di saat itulah sebuah lubang terlihat di kening kapten Knight itu.
Orang yang membunuh sang kapten tidak lain adalah Alan sang pemimpin Red Crow.
"Aku menghormati tekadmu, tapi aku tak boleh kehilangan anak buah lagi."
Itu adalah sebuah tanda penghormatan terhadap kapten Knight yang berjuang hingga nafas terakhir.
Sebagai seorang yang menginginkan kesetaraan, Alan tahu harus menghormati orang yang berjuang hingga nafas terakhir demi tugas dan kewajibannya.
"Kumpulkan mayat para Knight ini dan jalankan rencana tahap ketiga!"
12 anak buahnya mengangguk dan berpisah menjadi dua grub. 2 orang yang memakai armor anticristal tetap bersama Alan dan mengumpulkan mayat keenam Knight. Sepuluh orang yang tersisa pergi ke atas menuju atap mall.
Sementara itu, Fila dan Laila yang melihat kejadian itu hanya terdiam dan meneteskan air mata mereka.
Mereka kagum dan sedih saat keenam Knight itu mati demi menjalankan tugasnya.
Sebagai penyihir yang berperingkat S, Laila merasa kalau kemampuannya berbeda jauh dengan para Knight itu. Tidak, tak hanya dalam kemampuan, namun juga tekad untuk berkorban. Untuk pertama kalinya dia merasa begitu lemah dan tak bisa berbuat apapun.
"Tsk!!"
Dia mengggit bibirnya karena marah.
Berkat anticristal yang tersebar di dekat mereka, Laila tak mengeluarkan sihir apinya. Fila bersyukur dengan hal itu.
Akan gawat jika penjahat itu mengetahui kalau mereka berdua sedang bersembunyi dan mengamati pertarungan antara Knight dan Red Crow.
Fila tahu dan mengerti apa yang dirasakan Laila, namun ini bukanlah saatnya bertindak ceroboh.
"Laila.."
"!?"
Fila menepuk pundak Laila. Hal itu membuat Laila kembali ke kesadarannya.
"Laila, ayo kita pergi dari sini. Ini adalah satu satunya kesempatan kita."
"Ba-baiklah, tapi..."
Laila melirik ke mayat kapten Knight yang terletak di lantai mall. Entah mengapa dia merasa ingin menjadi seseorang seperti kapten Knight itu, tapi agar keinginannya dapat terkabul, pertama tama dia harus selamat dari kekacauan ini.
"Sudahlah. .. tak ada gunanya kau bersedih. Knight itu mati dengan terhormat."
"......"
"Karena itulah setidaknya kita harus hidup agar pengorbanannya tidak sia sia."
"...Aku mengerti, tapi kita mau pergi kemana?"
"....umm..."
Fila sedang berpikir dan melihat ke sekeliling dari celah pakaian.
Dia dapat melihat 3 orang penjahat. 2 orang sedang menata mayat para Knight dan satunya lagi sedang berkomunikasi dengan temannya lewat radio.
Radio juga bisa dibilang alat yang sudah ketinggalan zaman yang sudah jarang dipakai oleh masyarakat umum.
Meskipun radio pernah digunakan dalam masa perang, namun akibat perkembangan teknologi yang menggunakan sihir, radio digantikan alat sejenis ponsel sihir untuk berkomunikasi.
Selain lebih banyak fungsi, ponsel sihir juga bisa menampilkan gambar lawan bicara, tapi yang terpenting adalah semua orang bisa menggunakan ponsel sihir meskipun bukan seorang penyihir.
Tapi tentu saja penggunaan ponsel sihir selalu diawasi oleh kekaisaran agar tidak digunakan untuk kejahatan.
Setiap ponsel sihir terhubung dalam satu sistem yang dikendalikan pemerintah, hal itu memberikan kebebasan pemerintah untuk mendengarkan pembicaraan dan mematikan ponsel sihir.
Dan meskipun pembicaraan mereka selalu diawasi, namun masyarakat umum tetap menggunakannya sebagai alat komunikasi karena alasan praktis dan membayar uang dalam jumlah kecil.
Tapi ada beberapa penyihir atau orang yang menggunakan ponsel di luar sistem yang pemerintah buat. Tentu saja ini sebuah tindakan kriminal , tapi hal ini juga dilakukan oleh beberapa orang di militer (Knight) untuk menjaga rahasia.
Fila mengerti kenapa penjahat itu menggunakan radio daripada ponsel.
Anticristal tak hanya dapat menghilangkan sihir, tapi juga dapat melenyapkan batu sihir yang terdapat di ponsel yang digunakan sebagai sumber tenaga.
Hal itu membuat Fila bisa menebak kalau jumlah orang yang memakai anticristal lebih dari empat orang (dua mati di bunuh Knight) dan jika di ingat ingat jumlah orang di mall yang memakai simbol gagak merah, maka jumlahnya 50 orang lebih dikurangi 15 yang ada di lantai 4 (tempat Fila saat ini), jadi masih banyak musuh di lantai 3 ke bawah.
Hal itu membuat Fila tak bisa memutuskan pergi ke lantai bawah.
Meskipun dia tahu Laila seorang penyihir beranking S , dia dan Laila tak akan menang jika berhadapan dengan penjahat yang memakai anticristal.
Pertarungan antara 6 Knight dan satu orang penjahat yang terjadi beberapa saat yang lalu memmbuktikan sihir saja tak akan mempan menghadapi mereka. Dan itu tak labuh dari bunuh diri.
Musuh yang kuat. Itulah musuh mereka saat ini. Dan meskipun bantuan datang, dia tahu mungkin bala bantuan kebanyakan akan bernasib sama seperti Knight yang ada di Sirei mall.
Jadi apa yang harus dia perbuat agar bisa lolos dari situasi semacam ini?
Dia punya cara, tapi ini adalah cara yang saat ini mustahil di lakukan dan belum tentu berhasil.
"Fila?"
Fila hanya terdiam saat mendengar pertanyaan Laila.
Kemana mereka harus pergi untuk bersembunyi?
Lantai 4 Sirei Mall adalah tempat yang khusus menjual pakaian. Hal itu membuat tempat untuk bersembunyi menjadi sedikit karena banyak toko yang menjual dengan memamerkan koleksinya agar pembeli tertarik.
(Sial?!)
Fila mulai kehabisan pilihan, di saat itulah dia menemukan cara agar bisa selamat meskipun ketahuan saat mencari tempat bersembunyi.
"Fila, kenapa kau memungut anticristal? Bukankah itu akan langsung menetralkan sihir kita meskipun hanya bersentuhan langsung?!"
Fila hanya tersenyum saat mendengar pertanyaan itu dari Laila.
Dia punya alasan memungut anticristal yang berada di sekitar mereka yang berasal dari granat yang di lempar musuh untuk membuat Knight tak bisa menggunakan sihir mereka.
"Laila, jangan diam saja. Kau juga pungut anticristal dan taruh di tempat yang tak terlihat dan pastikan menyentuh kulitmu."
"Eh?"
"Cepat lakukan saja! Kita harus menetralkan sihir kita agar musuh tak bisa merasakan mana dari tubuh kita. Meskipun dua orang penjahat itu memakai armor anticristal dan kita dapat tahu kalau dua orang itu bukanlah penyihir, namun kita tak tahu apakah pemimpin mereka seorang penyihir atau tidak karena dua orang yang memakai armor anticristal selalu di dekatnya. Dan karena itulah..."
Begitu rupanya. Laia mengerti maksud dari tindakan Fila menyuruh dia memungut Anticristal.
"Meskipun kita ketahuan karena tempat ini tak banyak tempat bersembunyi dan sedikit terbuka, namun kita bisa berpura pura menjadi orang yang terlambat masuk ke tempat pengungsian"
"Ya, tapi kita tak tahu apakah mereka akan langsung membunuh kita saat mereka menemukan kita."
"Kurasa kita tak perlu memikirkan hal itu. Sejauh ini mereka hanya mengincar dan membunuh para Knight yang menjaga mall ini, dengan kata lain mereka tak ingin membunuh orang yang tak ada hubungannya dengan hal ini. Satu hal lagi... meskipun mereka tahu aku penyihir dari seragam sekolahku, namun aku tak terlalu yakin kalau mereka akan mengincarku"
Hal itu berkaitan dengan aturan khusus yang melarang penyihir/murid sekolah sihir untuk bertarung dengan penjahat.
"Hmm... benar juga. Dan aku yakin mereka tahu kalau percuma membunuh kita. "
"... Lalu apa kau sudah menemukan tempat untuk bersembunyi?"
"...Kita bisa bersembunyi di ruang staff yang ada di bagian toko pakaian renang. Aku yakin kita bisa bersembunyi di sana. Meskipun itu bukanlah tempat yang aman, namun aku ragu penjahat itu akan pergi ke sana."
"...baiklah. Aku mengerti.."
Setelah menyusun apa tidakan yang mereka ambil (lebih tepatnya tempat bersembunyi), mereka memasukan anticristal ke tempat yang tidak terlihat dan langsung menyentuh kulit mereka.
Tempat itu tentu saja di BH mereka.
Setelah itu, dengan hati hati mereka mengendap endap dan merangkak seperti sedang berperang di antara pakaian dalam.
"......."
"Sial...aku lupa tentang ini...."
Lantai 4 terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu bagian pakaian dalam, bagian pakaian renang dan bagian pakaian sehari hari.
Semua bagian itu dihubungkan oleh lorong besar yang merupakan satu satunya jalan untuk pergi ke bagian toko pakaian renang. Ruang staff berada tak jauh dari lorong itu.
Hal ini tentu saja membuat kemungkinan mereka ketahuan saat melewati lorong itu semakin besar, tapi di saat yang sama mereka akan sampai ke tempat tujuannya.
"Kita harus melewatinya!"
"Eh?"
Laila terkejut dengan perkataan Fila barusan.
"Tenang saja, musuh kita saat ini hanya 3 orang. Dengan lantai luas seperti ini, akan memakan banyak waktu untuk berpatroli atau sekedar mencari orang. Dan sejauh yang kita tahu , ketiga penjahat itu hanya diam di tempat itu. Hmm .. mungkin mereka mengawasi bala bantuan yang datang atau mencegah orang untuk datang ke atap Sirei mall"
"Kuh... kurasa kita tak ada pilihan lain."
Mereka berdua tersenyum kecut dan melewati lorong dengan cara berlari.
Tap tap tap..
Suara gema sepatu terdengar setiap kali mereka melangkah, hal itu membuat mereka sadar kalau telah melakukan kesalahan fatal.
"Sial..."
Mereka tak ada pilihan lain selain mempercepat lari mereka.
Suara langkah kaki mereka pasti sudah terdengar dan membuat ketiga penjahat itu mengetahui lokasi dan apa yang mereka lakukan saat ini.
"Kyaaah!!"
"Laila!?"
Laila terjatuh akibat kakinya tersandung.
Kenapa di saat penting seperti ini?
"Tenang saja, aku tidak apa apa.. ouch"
Kaki Laila sedikit terkilir. Hal itu membuat dia merasakan sakit di kaki kirinya saat dia mencoba berdiri.
Mengetahui hal itu, Fila langsung membantu Laila dengan memapahnya.
Tapi, mereka tahu kalau tidak punya banyak waktu. Penjahat itu bisa datang setiap saat.
"Bertahanlah, kita hampir sampai"
"Umm.."
Laila mengangguk.
Di saat itulah dia bisa melihat sebuah pintu yang bertuliskan khusus staff di salah satu toko.
Mereka sudah sampai ke tempat tujuan mereka.
Tapi-
"...?!"
Keringat dingin langsung mengalir deras saat keduanya menyadari kalau musuh sudah membidik mereka dengan pistol dari jarak 50 meter dari belakang mereka.
Musuh mereka adalah salah satu dari penjahat yang memakai armor anticristal.
"Kuh.."
Apa yang harus mereka lakukan agar selamat dari penjahat itu?
Mereka tidak tahu, tapi di saat itulah Fila dan Laila berdoa kepada Tuhan agar ada seorang pahlawan yang menolong mereka dari keputus asaan dan kematian .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Manusia Biasa
MCnya lagi colai
2023-04-21
0
NOTE
hadeh terlalu bertele-tele, terlalu banyak penjelasan, bosen jadinya.
2022-04-29
0
Sutri Atmo
kuronya tuli dan buta tak dengar keributan
2021-12-06
0