Element Artatau manipulasi elemen adalah sihir paling dasar bagi seorang penyihir.
Sebagai seorang penyihir beranking S, Laila tentu saja bisa memanipulasi elemen lebih kuat daripada penyihir beranking lebih rendah daripada dirinya. Jika dia mau, dia bahkan bisa membuat bola api berdiameter 10 meter untuk membunuh musuhnya.
Tapi, sebagai seorang penyihir beranking S, entah mengapa dia merasa malu saat melihat dua senjata api di kedua tangannya.
(Tch.. entah mengapa aku dipermalukan oleh Fila hari ini, tapi sudahlah, yang terpenting aku mendapatkan sebuah senjata untuk melawan mereka.)
Senjata api yang dimiliki Laila hanyalah senjata api biasa. Tapi dari mana dia mendapatkannya?
Fila adalah penyihir elemen besi, dengan kata lain dia bisa menciptakan besi dengan sihir. Sebagian besar penyihir bisa mengubah besi yang mereka ciptakan menjadi berbagai bentuk, tapi sangat jarang yang sanggup mengubah sampai sebegitu detail
Sebagai pandai besi, Fila tak hanya bisa membuat pedang, tapi juga bisa membuat senjata api karena tahu desain senjata itu, tapi karena material terbatas, dia hanya bisa membuat dengan mekanisme sederhana. Bahkan termasuk pelurunya. Lalu senjata api dipilih mengingat musuh menggunakan senjata api juga, jika menggunakan pedang, itu sama saja mengantar nyawa.
Dia melihat dan memperhatikan baik-baik senjata api yang masing masing memiliki 9 peluru. Tapi dia lebih tertarik dengan pelurunya.
Pelurunya sedikit aneh. Aneh karena tak memiliki mesiu sebagai sumber untuk menembakkan proyektil.
(Haha.. dia tahu kalau aku adalah penyihir berperingkat tinggi, karena itulah dia memanfaatkan sihir sebagai ganti mesiu.)
Laila sekali lagi tertawa pahit.
Memang menggunakan sihir api sebagai penganti mesiu tidaklah mustahil, bahkan itu mudah bagi Laila, namun yang membuat heran Laila adalah Fila mampu berpikir dan mampu memanfaatkan kekuatan sihir lebih baik darinya.
Jika di ingat ingat Ariant adalah nama salah satu bangsawan di kekaisaran yang cukup terkenal dengan sihir yang mampu memanipulasi besi, dan bisa di bilang mereka adalah penyihir besi terkuat di kekaisaran. Karena itulah saat mengetahui Fila tak bisa bertarung, itu membuat Laila terkejut dan tidak percaya.
Tapi, mungkin itu wajar setelah mengingat insiden yang melibatkan keluarga Ariant beberapa tahun yang lalu.
(..... masing masing punya 9 peluru, berarti aku hanya memiliki 18 kesempatan. Untuk mengalahkan mereka bertiga itu cukup.)
Dia menggigit bibirnya.
Itu terlihat tugas yang mudah. Menghabisi 3 penjahat dengan 18 peluru itu harusnya bukan sesuatu yang mustahil di lakukan, tapi-
Laila belum pernah menggunakan atau menembak pistol sebelumnya.
Dia adalah penyihir tipe User bersenjata pedang api, karena itulah selama ini dia hanya berlatih teknik pedang dan sihir.
(Tch.. ini bukan saatnya untuk ragu. Ini bisa menjadi pengalaman yang bagus membunuh penjahat dengan senjata api)
Saat ini dia bersembunyi di balik sebuah rak yang di penuhi pakaian dalam model terbaru.
2 musuh berjarak sekitar 40-45 meter sedang berdiri dan mengamati sekitarnya. Sementara itu Alan, pemimpin mereka sedang berdiri di dekat jendela sedang mengamati pertarungan di luar mall.
Seperti dugaannya, Knight yang datang tak terlalu banyak, mungkin sekitar 50 knight membawa perisai dan senjata biasa. Mereka pasti sudah tahu kalau Red Crow menggunakan senjata anticristal.
Mereka tahu sihir tak akan berguna melawan Red Crow. Knight itu mengambil keputusan yang tepat.
".... Team B1, gunakan bom untuk menghabisi Knight bodoh itu"
"(Baik)"
Alan memberikan perintah lewat radio kepada anak buahnya yang berada di lantai 1.
Alan tersenyum. Senyuman yang mirip sebuah senyuman iblis daripada senyuman manusia.
"Memang benar, jika menggunakan senjata api dan perisai, kalian akan mampu menahan kami, tapi..."
Kabommmm!!
Sebuah suara ledakan terdengar dari bawah mall. Asap hitam membumbung tinggi dan menghalangi pandangan Alan.
"Tch... tak berguna!"
Ledakan itu cukup dahsyat, tapi Knight tak ada satupun yang mati. Para Knight itu dapat bertahan dari sebuah bom dengan sihir.
Tapi, bagi Alan itu sudah cukup untuk mengulur waktu sebelum sihir teleportasi aktif.
Alan yakin Knight itu cepat atau lambat akan menyadari bahwa sihir teleportasi yang besar akan aktif di atas mall, karena itulah para Knight itu akan bertarung lebih serius dan menambah bala bantuan.
Dan meskipun Red Crow memiliki anticristal, namun tak semua anak buahnya memiliki anticristal, hal itulah yang menyebabkan dia memerintahkan anak buahnya menggunakan bom.
Selain itu, jika para Knight berhasil menerobos pertahanan di lantai 1, para Knight masih harus berhadapan dengan 10 anak buahnya yang memakai armoraAnticristal di lantai 2 dan 3. Itu pasti tugas yang sulit bagi para Knight.
Alan lalu melihat jam yang berada di dinding mall.
Sudah 15 menit berlalu sejak 10 anak buahnya memulai sihir teleportasi. Hal itu berarti kurang dari 10 menit lagi sihir teleportasi akan aktif dan memindahkan monster ke kota Areshia.
Di saat itulah tiba tiba dia mendengar panggilan masuk dari radionya.
"(Team B1 kepada Leader, kami sudah tak bisa menahan para Knight. Saat ini yang tersisa hanya 5 orang)"
''... segera mundur dan bergabung dengan Team B2 di lantai 2. Beritahukan yang lain untuk menahan Knight sekitar 10 menit lagi!"
"( Mengerti.)"
Kemudian sambungan terputus.
Alan menunjukkan wajah kesal, namun hal ini sudah dia perhitungkan sebelumnya.
Dia lalu bermaksud berkumpul dengan 2 anak buahnya dan menyusun ulang strategi, tapi dia dikejutkan oleh suara tembakan yang berasal dari Laila.
Laila berlari mendekat sambil menembak 2 orang yang memakai armor anticristal.
Dua orang itu tak sempat melawan karena terkejut dengan serangan Laila dan akhirnya mati tergetak di lantai.
"Meskipun aku tak pernah menembak, namun jika aku menembak dari dekat, aku pasti dapat membunuh kalian, benar kan?"
Laila melirik ke arah Alan yang berdiri dan terdiam saat melihat anak buahnya mati di tangan Laila.
"Huh... aku tahu kalau kau akan datang , tapi aku tak menyangka kau datang dan membunuh anak buahku dengan senjata api tch... Tidak buruk."
"... terima kasih dan terimalah kematianmu!!"
Laila tanpa ragu mengarahkan pistolnya ke Alan. Dia menekan pelatuknya dan menembak.
Doooor!!
"?! Sial!"
Tembakan Laila meleset dan menggores pipi Alan. Ini cukup mengherankan dan memalukan mengingat jarak dia dengan Alan hanya sejauh 20 meter.
(Meleset, tidak. Sial dia menghindar dengan menggerakkan gerakan kepalanya seminimal mungkin.)
Jika benar maka musuhnya benar benar tangguh. Selain itu, musuhnya adalah seorang yang terlatih dalam pertempuran nyata.
"Huh.. apakah itu tembakan terbaikmu, putri paladin terkuat Laila Alein Fortisillein?"
"?!"
Laila terkejut saat lelaki itu tahu nama dan identitasnya. Tetapi bukan hal yang mustahil mengingat dirinya cukup terkenal.
"Namaku Alan Saegrusa, pemimpin Red Crow . Dan mengenai aku bisa tahu namamu, .. yah bisa di bilang kami tertarik dengan penyihir yang mungkin menjadi lawan kami di masa depan!"
Musuhnya bahkan sudah memikirkan rencana sejauh itu. Aneh. Red Crow seharusnya adalah organisasi yang tak terlalu besar.
"Katakan, apa tujuan kalian yang sebenarnya?!"
"Tujuan? Bukankah kau sudah tahu? Tujuan kami tetaplah sama sejak dulu. Kami hanya ingin kesetaraan. Ini adalah sebuah pembuktian kepada dunia."
Seperti dugaannya. Ini sama sekali tak mengejutkan.
"Apa yang dengan membuktikan pada dunia? Kalian tak lebih dari seorang pembunuh!!"
"Mungkin seperti itulah kami di matamu, tapi bagi kami ini adalah sebuah bukti. Bukti di mana kesetaraan itu bisa dilakukan jika kekaisaran mau menghendakinya. Negeri yang hanya mementingkan penyihir adalah salah."
"Apa hanya itu yang ingin kau katakan? Setiap orang terlahir dengan setara, tapi mereka tumbuh menjadi sosok yang berbeda. Mana mungkin bisa setara?"
"Yah.. seorang yang terlahir di keluarga terhormat sepertimu mana mungkin mengerti apa yang kami rasakan. Cukup, jika bertarung, lakukan saja. Aku akan dengan senang hati melayanimu. Kita berdua tahu pembicaraan lebih lanjut percuma."
Keadaan semakin memburuk. Dia harus segera mengalahkan Alan, jika tidak, tujuan mereka akan tercapai, tapi sebelum dia melakukannya, ada hal yang harus Laila ketahui.
"....Aku tak terlalu tahu dan ingin tahu tujuan kalian yang sebenarnya."
Hal itu karena mungkin sudah terlambat, dan pasti ada orang lain yang juga menyadari tujuan sebenarnya Red Crow.
"Tapi, bisakah kau beritahu siapa yang membiayai kalian? Apakah bangsawan di kekaisaran?"
Laila sadar kalau Red Crow terlalu aneh. Darimana mereka mendapatkan semua anticristal itu? Selain itu bagaimana bisa antii sebanyak itu bisa masuk kota Areshia tanpa ada yang tahu?
"Begitu rupanya. Kau juga menyadari ada orang yang memberikan semua ini pada kami. Tapi sayang, aku sama sekali tak tahu tentang dia. Yang kutahu dia adalah penyihir yang kuat, dan dia dipanggil Shadow"
"Shadow? Kenapa kau memberi tahuku semua itu? Bukankah itu rahasia?"
"Ya. Karena rahasia, anggap saja hadiah sebelum kau mati."
"Tch!!"
Alan lalu merobek pakaiannya dan menunjukkan apa yang dia pakai di balik baju itu.
Sebuah armor anticristal yang lebih tebal dan kuat, serta anticristal yang di pakai lebih banyak dari anak buahnya.
Tapi bukan itu saja yang membuat Laila terkejut.
Alan mengambil pedang yang berwarna merah darah di punggungnya dengan tangan kanannya dan mengarahkan pedangnya tepat ke arah Laila.
"Pedang anticristal?"
Laila hampir tak bisa berkata apa apa saat melihat pedang yang haus darah di tangan Alan.
Pedang Anticristal, dengan kata lain pedang antisihir.
"Ya. Kau benar. Pedang ini lebih sulit dibuat daripada peluru karena itulah kami hanya bisa membuat tiga saja. Tapi kurasa tak perlu memberi detail kepada orang yang akan mati kan?"
"Sial!!"
Dan babak baru pertempuran akan terjadi antara Alan dan Laila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Vincent Da Vinci
lama btl kura cuci hidung, ke dia berak batu dulu 😂😂😂😂😂
2023-08-26
0
Rudi
gak bagus banyak bacot nya, mc pun gak guna dan gak muncul2 gara2 di wc kebayang gunung
2023-06-30
0
Raysonic Lans
,Mc nya lagu PuP
2023-03-06
0