Sekarang perasaan Aris mulai cemas dengan keadaan istrinya yang tampak pucat. Istrinya duduk di kursi sambil memegangi kepalanya.
" apa yang sedang kamu rasakan ? " tanya Aris dengan menatap istrinya sambil berdiri disampingnya
" rasanya perutku mual dan agak pusing dari tadi "
" nanti kita ke dokter ya...sekarang kita makan dulu "
" ya, sayang " jawab Sinta dengan menganggukan kepalanya dan mulai meraih piring di depannya. Aris pun kembali duduk di kursi. Tidak lama kemudian mereka sarapan pagi bersama
Setelah diperiksa oleh dokter khusus perempuan. Aris lalu membantu Sinta turun dari ranjang pemeriksaan. Mereka berdua kemudian menuju meja. Di sana dokter yang memeriksanya sudah duduk dan siap memberikan penjelasan tentang kondisi istrinya.
" Silakan duduk Bu Sinta " ujar dokter wanita itu. Sebuah hijab yang terbalut rapi terlihat menutupi rambutnya. Kaca mata juga tampak menempel di kedua matanya. Aris dan Sinta pun duduk di kursi yang berada di depan meja itu.
" istri saya sakit apa dok ? " tanya Aris dengan menatap dokter itu
" begini pak...sebenarnya ini kabar bagus bagi kalian berdua...setelah saya memeriksa Bu Sinta, ternyata Bu Sinta hamil dan usai kandungannya sudah satu bulan "
" hamil dok ? " ujar Sinta, perlahan perasaan bahagia merayap di hatinya
" ya, anda hamil " jawab dokter dengan yakin sambil memberikan senyuman
" aku hamil sayang...aku hamil " kata Sinta dengan menoleh ke arah Aris yang duduk di sampingnya
" iya sayang...kamu hamil " ujar Aris dengan terharu bahagia. Saking bahagianya dia mendengar kabar itu, dia pun langsung memeluk istrinya
" selamat ya pak, sebentar lagi kalian akan jadi orang tuanya. Tolong...di jaga baik-baik ya bu kandungannya " ucap dokter wanita itu sambil melayangkan senyuman kembali. Karena dia juga ikut merasakan kebahagiaan mereka berdua.
" baik, dok...saya akan jaga baik-baik putra pertama kami ini " jawab Sinta sambil melepas pelukannya. Kemudian, dia mengusap-usap bagian perutnya.
Selama perjalanan meninggalkan rumah sakit tempat Sinta melakukan pemeriksaan. Seketika saja, Aris menjadi pendengar yang baik bagi istrinya. Sembari mengemudi, dia juga mendengarkan Sinta yang sejak tadi terus berceloteh tentang kebahagiaannya, jika dia hamil.
" sayang sebentar lagi kita akan punya anak " Ucap Sinta dengan raut bahagia
Deg....
Tiba-tiba saja perkataan dari istrinya itu membuat sebuah kalimat seketika saja muncul di kepalanya.
Sebentar lagi
Batin Aris. Perlahan dia kembali mengingat penyakitnya yang sesaat tadi sudah tidak dia pikirkan, karena pikirannya beberapa menit yang lalu di penuhi dengan kekhawatiran tentang kondisi istrinya
" dokter tadi mengatakan usia kandunganmu sudah berapa lama ? " ujar Aris sambil memalingkan wajahnya ke Istrinya
" dokter bilang sudah 1 bulan " jawab Sinta masih dengan raut bahagianya
" 1 bulan jadi masih ada 8 bulan lagi anak itu masih di dalam kanduanganmu " Kata Aris yang tampak mulai menunjukkan raut wajah tidak bahagia sambil terus menatap kedepan dan memegang kendali mobil.
" memangnya kenapa ? "
" tidak apa-apa, aku tidak sabar menunggu anak kita lahir " mendengar jawaban Aris yang masih menunjukkan raut ketidak kegembiraan, membuat Sinta tidak yakin dengan apa yang dia katakan
" Tapi....aku lihat kamu tidak gembira "
" aku gembira mendengar kabar kita akan punya anak, tapi tiba-tiba saja aku kepikiran soal penyakit..." Aris tiba-tiba terhenti karena dia sadar akan keceplosan. Tapi, hal itu semakin membuat Sinta menjadi penasaran
" penyakit ? Penyakit apa ? " Sinta menatap suaminya penasaran.
" Hmmm " Aris berusaha keras mencari kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan istrinya.
" penyakit apa sayang ? Atau kamu sedang sakit ? Katakan saja " tanya Sinta yang benar-benar ingin tahu
" tidak...tidak..aku tidak sakit. Lupakan saja hal itu, nggak penting juga kok...aku cuman kepikiran soal penyakit dalam tanda kutip penyakit kerja karena aku pasti akan sibuk dan waktu luangku pasti cuman sedikit untukmu " Kata Aris sambil merasakan aliran keringat dingin yang tampak di mukanya, yang terus menatap fokus ke depan
" Ooh gitu...aku kira kamu sakit. Kamu tidak usah mempermasalahkan soal itu. Walaupun, kamu sibuk kerja aku akan terus menjaga bayi ini dengan baik " Sinta kambali mengusap-usap bagian perutnya
Untung saja aku segara sadar. Coba kalau tadi aku keceplosan, pasti Sinta akan terkejut
Batin Aris yang lega mendengar perkataan Sinta yang percaya padanya. Sebenarnya di dalam otaknya, dia sedang memikirkan soal penyakitnya yang sangat ganas. Penyakit itu akan membuat usianya terasa sangat singkat. Tapi, dia tidak tahu kapan tepatnya dia akan menghadap Sang Pencipta. Dia pun mengandai-andaikan waktu kematiannya di dalam batinnya
Kalau seandainya usiaku berhenti besok, aku pasti tidak dapat melihat anakku ini, aku harap aku dapat melihat anak pertamaku.
Kini dia memalingkan wajahnya beberapa detik ke istrinya yang sangat bahagia. Tidak lama kemudian, dia kembali memandang ke depan untuk fokus menyetir
" Oh iya, ini aku antar kamu ke kantor kan ? " tanya Aris sambil melambatkan laju mobilnya dan berhenti di lampu merah.
" iya " jawab singkat Sinta
" aku kira kamu akan libur ke kantor "
" memang kenapa ? "
" Karena kamu sejak tadi terlihat sangat bahagia. Aku pikir kamu memutuskan tidak ke kantor hari ini dan akan istirahat di rumah " Aris kembali menjalankan mobil saat melihat lampu berubah hijau
" aku kan masih bisa bekerja dan kandungan ini juga belum terlalu menggangguku untuk bekerja. Kalau nanti usia kandunganku sudah mencapai 6 atau 7 bulan baru aku akan minta cuti "
" Tapi, kamu juga harus ingat, jaga baik-baik anak kita dan juga jangan sampai terlalu lelah "
" iya sayang, aku akan ingat terus nasihatmu " jawab Sinta sambil menatap Aris dan menunjukkan senyuman
Tidak lama kemudian, akhirnya Aris memberhentikan mobilnya tepat di depan kantor Istrinya bekerja.
" kita sampai ? " Ujar Aris saat mobil telah berhenti.
" aku bekerja dulu ya " Jawab Sinta sambil membuka pintu mobil. Namun, tiba-tiba saja suaminya menghentikannya untuk membuka pintu itu. Dia pun langsung mengarahkan matanya kepada suaminya di barengi pergerakan kepalanya yang mengikuti ke arah mana dia mengarahkan pandangannya.
" tunggu, dulu "
" iya sayang, ada apa ? "
" aku mau mengatakan sesuatu ke anak kita " Aris pun perlahan mendekatkan wajahnya ke bagian perut Sinta sambil mengusap-usap lembut perut Istrinya itu.
" Sayang, jangan nakal ya...ibumu mau kerja dulu, ayah juga mau kerja...tetap sehat ya kamu di dalam rahim ibumu " ucap Aris sambil terus mengusap-usap lembut bagian perut Sinta. Setelah itu, dia menegakkan kembali tubuhnya.
" ya sudah, kamu boleh berangkat bekerja " ucap Aris sambil tersenyum ke istrinya yang juga sedang menatapnya bahagia
" baiklah sayang, aku kerja dulu, kamu hati-hati ya " setelah mengatakan itu, Sinta langsung mengecup pipi suaminya. Kemudian, dia melanjutkan membuka pintu dan langsung menjatuhkan kakinya ke bawah. Tidak lama kemudian, dia mulai berjalan masuk ke kantor tempat dirinya bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments