Setengah jam yang lalu, Aris telah sampai di perusahaannya. Kini dia sudah berada di ruang kerjanya. Duduk di kursi sambil meneliti dokumen yang di berikan oleh sekretarisnya. Satu persatu kata dia baca sampai selesai. Di akhir membacanya, dia langsung menandatangani dokumen itu jika dia menyetujuinya.
Aris bertanggung jawab atas seluruh perusahaannya. Dari kantor pusat tempatnya selalu bekerja, dia selalu melakukan komunikasi dengan pimpinan cabang yang dia percaya untuk memimpin perusahaan cabangnya yang sudah tersebar di berbagai kota. Setiap tiga bulan sekali, dia juga melakukan kunjungan langsung ke perusahaan cabangnya itu.
Sejak tadi, Aris begitu sibuk meneliti satu persatu kertas yang terdapat di dalam stopmap. Kini matanya sudah mulai lelah dengan aktivitasnya itu. Dia pun menaruh kembali kertas yang belum sempat dia baca. Namun, kertas itu sempat dia pegang ditangannya. Dia lalu menyandarkan kepala ke belakang sambil menghela napas sebentar. Beberapa detik kemudian, dia berdiri dan beranjak meninggalkan kursinya.
Dia tampak melepas jasnya, kemudian dia selimutkan ke punggung kursi. Kakinya lalu dia langkahkan ke dekat jendela. Dia berdiri di sana sambil memandang panorama di luar kantornya. Matanya melihat sang raja cahaya mulai bergerak turun. Jalanan pun terlihat begitu macet.
Dia merenungkan kembali perkataan Jaffar bahwa kita tidak tahu kapan kita meninggalkan dunia ini, itu semua rahasia ilahi. Menurutnya perkataan itu, benar. Dia memang tidak tahu kapan tepatnya dia meninggal. Walaupun, banyak pendapat yang menyebutkan penyakit yang sedang dia derita dapat mempercapat dia meninggalkan dunia ini.
" semua manusia itu sama ? " Gumam Aris sambil berdiri dan menatap sang surya yang perlahan tenggelam. Seketika saja, dia ingat pada Eva dan keluarganya. Secara harta dan kedudukan memang mereka lebih rendah dibandingkan dengannya. Tapi, ketika mengingat kembali obrolannya dengan Jaffar, dia rasanya tidak ingin mengatakan jika mereka lebih rendah darinya.
....eyangku sering berpesan kepadaku untuk menyayangi sesama manusia...
Kalimat itu tiba-tiba saja muncul di otaknya dan membuat dirinya ingin sekali meringankan beban Eva dan keluarganya. Sejak dia bertemu dengan mereka, memang di dalam hatinya, dia ingin sekali membantu. Tapi, karena kesibukannya dia melupakan hal itu dan kini dia kembali mengingatnya. Dia pun membulatkan niatnya untuk membantu Eva dan keluarganya.
" kalau memang kita harus menyayangi sesama manusia, baiklah aku akan membantu Eva " gumamnya dengan mantap
Dia melirik jam tangannya. Jam itu menunjukkan pukul 15.50 sore. Kemudian, dia kembali memandang keluar jendela. Namun, tiba-tiba saja dia kembali mengingat niatnya yang akan memberikan perhatian yang berharga pada Sinta.
" oh iya beberapa hari ke depan kan. Aku harus selalu perhatian pada Sinta, jangan sampai aku lupa hal itu " dia pun bergegas kembali ke kursinya dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Dia ingin segera pulang lebih awal, tidak seperti biasanya yang selalu pulang lebih malam.
Baru saja dia melangkah keluar dari kantor. Langkahnya lalu dia percepat menuju mobilnya. Dia langsung masuk ke dalam dan menutup pintu mobilnya. Untuk memastikan dia dapat pulang lebih awal dari istrinya, dia pun mencoba menelpon ke nomer telepon rumahnya.
" aku coba telepon rumah, semoga saja aku bisa pulang lebih awal dari Sinta " aris menscroll nomer kontak yang ditampilkan dilayar ponselnya. Setelah dia menemukan nomer telepon rumah, dia pun langsung mengkliknya. Ponselnya lalu dia dekatkan ke telinganya. Beberapa kali suara dengungan pun dia dengar. Tidak lama kemudian, Bi Siti menerima panggilannya.
" Halo ? " suara Bi Siti
" Halo Bi, Sinta sudah pulang belum ? "
" Belum pak "
" baiklah kalau gitu Bi. Saya cuman mau tanya itu saja "
" ya pak "
Panggilan itu pun berakhir. Aris pun segera memutar kunci untuk menyalakan mesin mobilnya. Setelah suara mesin terdengar, dia pun langsung mulai menjalankannya.
" Oh iya, Sinta kan biasanya pulang naik taksi. Sekali -kali lah aku coba jemput dia pulang " Akhirnya yang tadinya dia ingin untuk segera pulang ke rumah, langsung memindahkan rutenya untuk pergi ke kantor istrinya.
" kamu kalau pulang dijemput atau naik taksi ? " tanya Intan sambil berjalan di samping Sinta. Mereka berdua berjalan bersama menuju pintu keluar kantor. Mereka pun tampak membawa tas mereka masing-masing.
" aku naik taksi, kalau kamu ? "
" aku bawa mobil sendiri, apa kamu mau bareng ? "
Baru saja beberapa langkah dari pintu. Sinta begitu terkejut melihat sang suami berdiri di depan kantornya. Dia pun terhenti.
" kenapa kamu berhenti, Sin ?, gimana kamu mau bareng aku atau tidak ?" tanya Intan sambil berhenti beberapa langkah lebih di depan dari Sinta. Dia melihat Sinta tersenyaum sambil menatap seorang laki-laki yang sedang berdiri di depan kantor dan tampak laki-laki itu memandang kearah mereka berdua
" Oh, aku tahu jawabannya....ya sudah aku duluan ya Sin..." ujar Intan yang mulai sadar bahwa laki-laki itu adalah suami Sinta. Dia pun bergegas pergi menuju mobilnya
" ya... " jawab singkat Sinta. Setelah itu dia berjalan mendekati Aris. Dia begitu senang suaminya datang menjemputnya. Inilah pertama kalinya dia di jemput oleh Aris
" Kejutan " ujar Aris sambil menatap lembut Sinta yang sudah berdiri di hadapannya
" tumben kamu jemput aku...biasanya kamu kan pulang lebih malam "
" mulai hari ini sampai seterusnya aku akan selalu mengantarkanmu dan menjenputmu pulang "
" ayo, pulang " Aris langsung merangkul istrinya. Dia pun lalu berjalan kembali ke mobil bersama sang istri.
" kalau kamu sering menjemputku, apa kamu sudah menyelesaikan pekerjaanmu di kantor ? " tanya Sinta sambil menatap suaminya yang sedang menyetir.
" sudah, aku pastikan semuanya selesai sebelum aku menjemputmu " jawab Aris sambil menoleh ke arah Sinta sesaat
" baiklah, kalau begitu "
" menurutmu bagaimana kejutanku tadi ? Apa kamu benar-benar terkejut "
" hmm...gimana ya, tadi itu aku terkejut karena kamu tiba-tiba berdiri di depan kantor. Ini kan pertama kalinya kamu menjemputku, setelah satu bulan lebih beberapa minggu pernikahan kita. Sebulan yang lalu, kan. Kamu sibuk di luar kota terus. Jadi menurutku ini sangat membahagiakan untukku "
Syukurlah, kalau apa yang aku lakukan ini dapat membuatnya senang
Batin Aris setelah mendengar perkataan istrinya yang membuat hatinya begitu lega
" oh iya, bunga yang aku berikan ke kamu, masih kamu simpankan di kantor "
" masih, bunga itu akan aku jadikan penyemangat dalam aku bekerja "
" sebenarnya, aku bingung harus milih bunga apa di tokonya ? Jadi aku putuskan saja untuk membeli bunga mawar itu. Kamu benar-benar suka kan ? "
" ya, aku sangat menyukai bunga itu dan bunga apapun yang kamu beli juga aku suka. Kecuali bunga yang tidak di jual di toko " Sinta tersenyum pada suaminya
" syukurlah kalau kamu menyukainya, tadi harganya lumayan mahal. Tapi, kalau kamu senang dengan bunga itu aku tidak akan mempermasalahkan soal harganya. Yang terpenting bagiku, kamu bahagia dengan perhatianku " ujar Aris sambil fokus mengemudi. Tidak terasa, hari menjelang petang, dan sebentar lagi sang bulan akan tampak di atas langit malam ditemani bintang yang bertebaran dimana-mana. Aris terus berkendara menyusuri jalan untuk pulang ke ruamahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments