Perhatian Bab.1

Pagi telah tiba. Sang surya mulai merangkak naik. Perlahan sinarnya masuk lewat kaca jendela. Baru saja tirai yang menutupinya dibuka oleh Sinta yang bengun lebih awal dari suaminya.

Matahari yang semakin naik membuat sinarnya semakin dekat ke wajah Aris. Cahayanya juga menerangi kamarnya. Aris merasa terganggu dengan cahaya yang telah mengenai tepat di matanya yang masih tertutup. Dia pun tampak mengerjap pelan. Setelah matanya terbuka, dia melihat ke arah jendela dimana seluruh cahaya itu datang. Ternyata sang surya terlihat tepat sejajar dengannya yang masih terbaring di ranjang kamarnya di lantai 2. Rasanya hal itu membuat pandangannya sangat silau.

Dia mencoba menghalangi cahaya yang mengarah ke arahnya dengan telapak tangannya. Tidak lama kemudian, dia mengangkat tubuhnya. Tangannya dia gerakkan menuju ke ponsel yang terletak di sampingnya. Dia ingin memastikan jam berapa dia bangun.

" Aku bangun kesiangan " Gumamnya saat melihat jam yang ditampilkan dilayar ponselnya menunjukkan pukul 09.15 pagi. Dia pun langsung beranjak meninggalkan ranjangnya dan menuju lemari pakaiannya. Dia langsung mengambil baju dan celana yang akan dia kenakan. Kemudian, dia menapaki anak tangga untuk turun ke lantai satu.

Setelah dia menginjakkan kaki ke lantai bawah. Dia lalu menuju kamar mandi.

" Bi...Sinta sudah berangkat ? " tanya Aris sambil berdiri di dekat meja makan dengan sudah mengenakan pakaian rapi. Dia juga memandang makanan yang tertata di meja. Bi Siti pun datang menghampirinya sambil membawa sebuah gelas berisi air putih.

" Bu Sinta sudah berangkat sekitar sejam yang lalu " jawab Bi Siti sambil meletakkan gelas itu ke hadapan Aris yang sudah duduk dan siap untuk sarapan. Piringnya lalu dia isi nasi dan lauk yang telah dipersiapkan di atas meja.

" kenapa dia tidak membangunkan saya ? "

" Tadi ibu bilang, dia tidak tega membangunkan anda karena tadi malam anda lembur sampai larut malam dan pasti anda sangat lelah " Bi Siti pun berjalan kembali ke dapur saat melihat Aris menyendok nasi dan lauk di piringnya. Kini Aris sarapan tanpa ditemani istrinya. Dia terus melahap makanan di piringnya sampai habis. Beberapa menit kemudian, piringnya sudah terlihat kosong. Dia pun langsung meminum gelas yang berisi air putih. Setelah itu, dia mengambil tisu untuk mengelap area bibirnya.

Kemudian dia menggeser kursi sedkit ke belakang untuk memberinya ruang untuk keluar. Dia pun langsung beranjak pergi dari kursi dan menuju ruangan kerjanya. Dia langsung menata dokumen dan dimasukkan ke dalam tasnya. Tak lupa laptop juga dia masukkan ke dalam tas.

" Bi...saya berangkat tolong jaga rumah dan saya minta tolong tumpukan dokumen di atas meja saya itu dibawa ke mobil " kata Aris saat keluar dari ruang kerjanya. Bi Siti pun segera mendekat dan menjawabnya.

" Baik..pak " jawab Bi Siti dengan rasa hormat sambil masuk ke dalam untuk mengambil dokumen yang diminta Aris. Aris pun segera bergegas keluar rumah dengan menenteng tas kerjanya. Dia pun langsung masuk ke dalam mobil dan menunggu sebentar dokumen yang dibawa pembantunya datang. Setelah dokumen itu dimasukkan ke dalam mobil, dia pun langsung beranjak pergi menuju perusahaannya.

" Bagaimana aku bisa kesiangan ? " Gumamnya sambil menyetir. Saat dia lembur beberapa hari sebelumnya dia belum pernah bangun terlambat. Ini pertama kalinya dia mengalami hal itu

" apa ini karena tadi malam ? Aku susah sekali tidur "

" rasanya tadi malam aku sangat sedih, penyakit ini memang sangat menyiksa, tidak heran jika ada pendapat yang mengatakan seseorang yang menderita ini akan meninggal dalam waktu dekat "

" Walaupun, itu hanya pendapat di internet, tapi aku rasa pendapat itu memang ada benarnya. Aku rasa beberapa hari ke depan waktuku akan sedikit untuk hidup. Sama seperti waktuku yang sedikit untuk memberikan perhatian pada Sinta. Mungkin dengan alasan penyakit yang aku derita ini, aku bisa memberikan perhatian yang sangat berharga bagi Sinta "

Gumam Aris sambil terus berkendara di keramaian jalan kota dan melaju di antara berbagai jenis kendaraan. Gedung-gedung tinggi bergerak menjauhinya saat mobilnya berjalan semakin cepat. Dia terus meratapi penyakitnya yang akan membuat waktu meninggalnya semakin dekat. Entah kapan hari itu tiba.

Aris tiba-tiba memberhentikan mobilnya di depan toko bunga. Dia langsung turun dari mobil dan masuk ke dalam toko. Banyak sekali jenis bunga yang terpampang di kaca toko yang lebar. Gradasi warna bunga membuat toko itu tampak menarik.

Seorang perempuan yang merupakan pegawai toko menghampirinya saat dirinya sudah berada di dalam toko.

" bapak mau pilih yang mana ? " katanya dengan ramah

Aris terlihat memandang berbagai bunga yang ada di sana. Warna-warna cantik membuatnya sedikit bingung. Terlebih lagi, dia juga tidak tahu bunga apa yang menjadi kesukaan istrinya.

" saya beli bucket bunga mawar, tapi nanti dikirimkan ke perusahaan Sparkling Corporation atas nama Sinta Putri Andini. Lalu bilang saja dari Aris Prasetyo "

" baik pak, saya catat dulu alamat pengirimannya " Perempuan itu mengeluarkan sebuah nota bergaris. Kemudian, dia mencatat dimana tempat pengiriman bunga yang di pesan Aris.

" berapa semua biayanya ? "

" Mari ikut saya kesana sebentar pak " perempuan itu mengajaknya untuk menuju kasir. Sekitar 15 menit didalam, kini Aris membuka pintu untuk melangkah keluar. Lalu setelah di dekat mobilnya, dia langsung masuk ke dalam. Sebelum dia menyalakan mobil, dia keluarkan nota biaya yang dia dapatkan. Dia memandang nota itu sebentar.

Semoga Sinta suka dengan bunga ini dan ini akan jadi awal sikap perhatianku.

Batinnya sambil menatap kumpulan angka di nota itu yang harganya lumayan mahal. Setelah itu, nota itu dia masukkan ke rak pada dashboard. Dia pun segera menyalakan mobil dan berjalan kembali.

" selamat pagi pak " sapa karyawannya yang berpapasan dengan saat ingin menginjakkan kaki masuk ke dalam kantor.

" pagi " jawabnya singkat. Dia berjalan menuju ruang kerja sekretarisnya untuk memintanya mengambil dokumen yang telah dia lembur tadi malam yang sekarang masih berada di dalam mobilnya. Dia cukup kerepotan jika dia membawa masuk dokumen itu bersamanya saat ini. Karena di tangan satunya dia membawa tas kerjanya dan dokumen itu pun cukup bertumpuk-bertumpuk banyak.

" Bu Susi, dokumennya yang kemarin saya bawa ada di dalam mobil, tolong diambil, ini kuncinya nanti kembalikan ke saya " ujar Aris sambil menyerahkan kunci mobilnya

" baik pak " Bu Susi langsung bangkit dari kursi dan menerima kunci mobil direkturnya. Kemudian, dia bergegas berjalan pergi. Aris pun mulai melangkah untuk menuju ruang kerjanya. Belum sampai di depan pintu ruangannya. Ponselnya terasa bergetar. Dia pun langsung mengeluarkannya dari saku celananya. Dia lihat layar ponsel untuk tahu siapa yang menelponnya. Di layar itu ditampilkan nama Wira. Aris pun segera menerima panggilan itu.

" Halo, Wir "

" Ris, bisa aku bertemu denganmu, ada sesuatu yang ingin aku katakan "

" Baiklah, kapan ? "

" kalau sekarang, di cafe merona "

" Baiklah, aku segera kesana "

" aku tunggu "

Aris memasukkan kembali ponselnya ke saku celananya setelah panggilan itu berakhir. Dia pun langsung membalikkan badan dan melangkah keluar dari kantor miliknya.

" ini pak, kuncinya " Bu Susi mengembalikan kunci mobilnya, saat berpapasan dengannya di pintu keluar kantor. Aris pun langsung menerimanya dan melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobil.

Aris mengedarkan pandangannya ke seluruh pelanggan yang ada di dalam Cafe. Dia mencari dimana Wira duduk. Akhirnya, matanya menemukan Wira yang duduk sendiri sambil menikmati minumannya. Aris pun segera menghampirinya.

" Wir ? " sapa Aris

" Ya, oh ayo duduk ris " kata Wira sambil menatap Aris. Aris pun langsung duduk kursi.

" kamu mau pesan apa ? biar aku pesankan " ujar Wira sambil melambaikan tangannya ke atas. Pelayan yang melihatnya, langsung menghampiri

" ada yang bisa saya bantu ? " tanya pelayan yang sudah siap menulis pesanan mereka berdua

" Aris kamu mau pesan apa ? " tanya Wira kembali

" Hmm...samakan aja " jawab Aris singkat

" ya sudah, orange juice " kata Wira pada pelayan

" Baiklah, di tunggu sebentar " Pelayan langsung beranjak pergi.

" apa yang ingin kamu katakan ? "

" begini ris...mungkin ini akan membuat kamu sedikit terkejut dan sedih. Ini tentang penyakit kamu "

" apa ? Bilang saja ? "

" setelah aku berbicara dengan dokter yang sudah lama di bidang saraf. Dia mengatakan kalau penyakit kamu itu bisa mengurangi usia hidupmu. Karena penyakit itu akan terus menyiksamu. Terlebih lagi, belum ada penanganan khusus untuk itu "

" jadi kamu mau bilang aku akan mati dalam beberapa hari ke depan ? "

" maksudku bukan begitu ris...tapi gini kemungkinan usia hidupmu itu akan pendek "

" aku sudah tahu kalau tentang itu "

" tahu dari mana ? " Wira mulai heran

" tadi malam aku sempat untuk cari-cari di internet "

" Oh..maafkan aku kalau begitu, aku terlambat memberitahumu. Karena sebenarnya pemahamanku tentang penyakit itu masih terbatas "

" tidak apa-apa "

Tidak lama kemudian pelayan datang menghampiri mereka sambil membawa minuman yang telah dipesan.

" silakan diminum " ujar pelayan itu sambil menaruh pesanan ke atas meja. Setelah itu, dia melangkah menjauh.

" terus setelah kamu tahu semua tentang penyakit yang kamu derita. Apa yang ingin kamu lakukan ? "

Aris meminum dulu orange juice di hadapannya.

" aku ingin waktu hidupku yang mungkin hanya sebentar bisa membuat Sinta selalu mendapat perhatianku. Aku sering sekali meninggalkannya karena aku sangat sibuk bekerja "

" tapi, apa kamu sudah memulainya ? "

" tadi pagi saat aku pergi ke kantor. Aku membeli bucket bunga untuk dikirim ke kantor tempat bekerja Sinta " Aris melirik jam tangannya " dan sekarang mungkin sudah diterimanya "

" aku ingin sekali membantumu. Tapi, aku harus bantu apa ? , tentang penyembuhan penyakit itu pun tidak ada jadi aku tidak bisa membantumu, maafkan aku "

" tidak apa-apa, tidak usah dipikirkan, lain kali jika aku butuh bantuan, aku akan segara menghubungimu "

Drzt...drzt...

Ponselnya kembali terasa bergetar. Dia pun langsung mengeluarkannya. Ternyata yang menelponnya adalah Sinta.

" aku jawab telepon dari Sinta " ujar Aris pada Wira yang sedang minum. Wira pun menganggukan kepala. Aris langsung mendekatkan ponselnya ke telinga

" sayang, terima kasih bunganya "

" kamu suka ? "

" aku suka banget, tapi tumben kamu kirim aku bunga ? "

" aku cuman ingin kamu tambah semangat dalam bekerja. Jadi aku kirimin bunga itu "

" memang sih aku langsung tambah semangat, kamu juga semangat ya kerjanya "

" ya, kamu juga "

" see you "

" see you too "

Setelah panggilan itu berakhir, ponselnya lalu dia taruh ke atas meja. Tiba-tiba saja kepalanya terasa berputar-putar dan rasa nyeri pun muncul di kepalanya. Dia pun langsung memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan. Wira yang melihatnya langsung merasa khawatir

" ris..ris..kamu tidak apa-apa kan " tanya Wira sambil menatap cemas Aris

Rasa nyeri itu kembali menyiksa kepalanya. Dia benar-benar tidak tahan dengan itu. Seketika saja Aris jatuh tak sadarkan diri dari kursinya. Sontak semua mata pelanggan cafe tertuju pada mereka berdua.

" Aris ? Bangun Aris ? " wira seketika saja bangkit dari kursi dan langsung menghampiri Aris yang tergeletak. Dia berusaha membangunkan Aris. Namun, Aris tetap tak sadarkan diri. Dia pun semakin panik dan khawatir. Akhirnya, dia langsung meminta tolong pelayan restoran untuk membantunya membawa Aris masuk ke dalam mobilnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!