Seorang pelayan datang menghampiri meja mereka dengan membawa daftar menu.
" pak...mau pesan apa ? " pelayan memberikan daftar menu ke Aris
" ini saja..jus mangga sama fried chicken masing-masing 2 " ujar Aris sambil menunjuk gambar makanan dan minuman yang dia pesan.
" baik pak, mohon di tunggu sebentar " pelayan itu melangkah pergi.
Kini mereka berdua tinggal menunggu pesanan datang. Tapi, sejak tadi anak perempuan kecil itu terlihat menunduk malu. Mungkin dia malu pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Dia sadar bahwa pakaiannya yang jelek tidak pantas untuk masuk ke tempat bersih dan dingin seperti ini.
Aris menatap anak yang belum dia ketahui namanya itu. Dia mencoba untuk mengobrol padanya yang sejak tadi hanya terdiam dan tertunduk di kursi.
" Dek, nggak usah malu, ayo tegakkan kepalamu " anak itu tidak menanggapinya.
" Oh iya, perkenalkan nama om Aris, kalau nama kamu ? "
" aku Eva " jawabnya lirih
" Eva...? Nama yang bagus untukmu, tapi akan lebih bagus jika kamu mau menunjukan mukamu " sekali lagi Aris memintanya untuk menegakkan kepala
Perlahan pun anak itu mulai menegakkan kepala. Mata, hidung dan mulutnya sedikit demi sedikit dapat di lihat Aris yang duduk di depannya. Namun, tatapannya enggan untuk menatapnya.Tidak lama kemudian, makanan dan minuman yang di pesan datang. Pelayan yang membawa makanan dan minuman itu pun segera menaruhnya di atas meja.
" Ayo, dimakan ? " ujar Aris sambil memegang sendok.
Segera saja, Eva melahap makanan yang ada di piring dihadapannya. Aris memandang caranya makan sebelum melahap makanannya sendiri. Dia merasa anak itu, makan dengan sangat lahap bagaikan seseorang yang belum makan beberapa hari. Bahkan, baru beberapa menit saja, makanan yang ada di piring tinggal setengah.
" pelan-pelan saja, nanti tersedak " kata Aris sambil menyedok makanan di dalam piringnya. Lalu, dia masukkan ke dalam mulutnya. Mendengar perkataannya, Eva memberhetikan makannya sesaat. Lalu ,dia lanjutkan kembali dengan pelan.
" nanti nasi yang ada di sekitar mulut kamu itu, di bersihkan pakai tisu ini, ya " Aris mengunakan jari telunjuknya untuk menunjuk kotak tisu yang ada di tengah meja. Eva menjawabnya hanya dengan anggukan pelan sambil melirik ke kotak tisu itu.
Begitu lahapnya saat dia makan, sampai-sampai beberapa butiran nasi menempel di bagian samping bibirnya. Bahkan, ada juga yang jatuh ke lantai. Melihat caranya itu, Aris lagi-lagi menunjukkan senyumannya sebelum melahap kembali makanan yang sudah dia sendok.
Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka selesai makan siang dan piringnya sudah terlihat kosong. Aris mengelap sekeliling bibirnya dengan tisu. Eva pun melakukan hal yang sama. Namun, dia masih merasa malu-malu untuk melakukannya. Kebiasaan itu, baginya sangat asing. Biasanya dia setelah makan akan mengelap bibirnya dengan tangannya.
" Om, apa aku bisa minta makanannya dua lagi untuk ibu dan ayahku ? " ujar Eva pelan sambil tertunduk malu lagi
" Boleh... Pelayan " kata Aris. Seorang pelayan wanita pun menghampirinya
" ada yang bisa saya bantu ? " tanya pelayan itu dengan sopan
" Saya mau pesan lagi dua, tapi dibungkus "
" pesanannya yang sama pak ? "
" ya " jawab singkat Aris.
" baiklah, ditunggu ya pak " pelayan itu pun melangkah pergi. Aris kembali meminum jus mangga di gelasnya.
" itu di minum, tidak usah malu " ujar Aris saat melihat Eva tidak menyentuh sama sekali gelas yang ada di depannya.
" terima kasih, ya om " Eva mulai meminumnya
" sama-sama, oh iya, kamu tinggal dimana ? " tanya Aris
" aku tinggal di pinggir kota "
" pinggir kota ? Cukup jauh lho..itu dari sini. Kamu kesini naik apa ? " tanya Aris yang begitu bertanya-tanya pada Eva yang jauh-jauh datang ke tempat itu.
" jalan kaki " jawabnya pelan
" jalan kaki...apa kaki kamu tidak sakit ? Kenapa kamu jauh-jauh datang kesini ? "
" aku ingin menukarkan koran ini, koran ini sisa kemarin yang tidak habis terjual. Tapi, aku malah di tolak. Katanya aku tidak bisa bekerja dengan baik "
" Hmm, begitu " jawab Aris dengan manggut-manggut paham
Tidak lama kemudian, pelayan datang dan memberikan 2 nasi box yang diletakkan di dalam kantong plastik. Aris segera mengeluarkan uang dari dompetnya dan langsung membayar semua pesanannya.
" terima kasih, pak " Pelayan itu menerima uang dan berjalan pergi
" ini makanan buat ibu dan ayah kamu " Aris menyodorkan kantong plastik yang berisi 2 nasi box itu ke hadapan Eva.
" makasih ya, Om "
" sama-sama " ujar Aris sambil tersenyum. Kemudian, dia kembali melanjutkan minum, lewat sedotan di dalam gelasnya sampai habis.
" Kamu setelah dari sini mau kemana ? " tanya Aris sambil menarik tisu dan mengelapkannya kembali ke area bibirnya. Kini gelasnya sudah kosong.
" pulang " jawab Eva singkat
" kalau begitu, Om akan antar kamu sampai rumah...habiskan dulu minumannya nanti kita baru keluar " dengan segera, Eva langsung menghabiskan minumannya. Setelah melihat minumannya habis, Aris langsung mengajaknya untuk keluar dari restoran
" ya sudah...ayo kita keluar, kamu yang bawa nasinya biar om yang bawa korannya " Aris bangkit berdiri dan mengambil tumpukan koran yang ada di bawah kursi Eva. Lalu, mereka berdua pun melangkah pergi.
Aris memandu Eva yang berjalan di belakangnya untuk menuju mobilnya. Dia langsung membuka pintu mobil dan menyuruh Eva masuk. Sebelum dia juga masuk ke dalam, terlebih dahulu dia membuka bagasi belakang dan menaruh tumpukan koran disana. Setelah itu, dia langsung masuk ke mobil dan bergegas mengendarainya.
Di dalam mobil, Aris kembali mengajak ngobrol Eva yang duduk di bangku sampingnya. Eva tampak memangku kantong plastik yang berisi nasi untuk kedua orang tuanya.
" Kamu sekolah tidak ? " tanya Aris sambil memalingkan wajahnya ke Eva sesaat
" aku tidak sekolah " jawabnya mulai sedih
" tapi dulu, kamu pernah sekolah kan ? "
" pernah om, sampai kelas 3 " mendengar jawabannya, Aris sangat merasa kasihan padanya. Dia sangat kasihan, karena Eva belum dapat banyak ilmu di dunia pendidikan. Tapi, dia harus terpaksa berhenti. Hatinya pun berkata.
Kasihan juga anak ini. Masih kecil tapi harus terpaksa putus sekolah.
" ayah dan ibu kamu kerjanya apa ? " Aris kembali bertanya
" pemulung " ujarnya lirih
" Oh, iya rumah kamu arahnya kemana ? " tanya Aris yang sejak tadi mengendarai mobilnya lurus saja.
" belok kanan, setelah lampu merah " jawab Eva dengan menyorot ke arah jalan setelah lampu lalu lintas. Sebelum melintasi jalan itu, Aris memberhentikan mobilnya sejenak saat lampu lalu lintas tiba-tiba berubah warna merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments