Beberapa saat lalu mereka berdua sudah beranjak keluar dari ruangan tempat mereka mengobrol. Kini mereka sudah cukup jauh dari ruangan itu.
" Terima kasih ya, sudah meluangkan waktu untuk berbicara denganku " ujar Aris sambil berjalan menuju mobilnya yang berada di area parkiran. Disampingnya, Wira berjalan menemaninya sampai sana.
" Tidak apa-apa, setelah ini kamu mau pulang ? " tanya Wira
" aku kembali sebentar ke kantor "
" baiklah, oh iya aku akan janji memberi informasi terus tentang penyakitmu "
" terima kasih, aku sampai harus merepotkanmu "
" tidak usah dipikirkan, sebagai dokter direpotkan itu biasa "
Langkah mereka terhenti setelah sampai di area parkiran. Aris langsung berjabat tangan sebentar dengan Wira. Kemudian, dia menuju mobilnya.
Dia pun langsung menutup pintu mobil dan segera menyalakan mesin. Setelah itu, dia mulai mengendarai mobilnya meninggalkan rumah sakit.
Di tengah perjalanan perutnya mulai merasakan kelaparan. Dia pun melirik jam tangannya untuk sesaat. Jam itu menunjukkan pukul 13.15 siang. Akhirnya, dia memutuskan untuk makan siang di restoran dekat pinggir jalan kota yang dia lalui.
Beberapa waktu ke depan matanya belum mendapatkan pemandangan sebuah restoran. Dia pun cukup butuh waktu lama untuk mencari sebuah restoran. Tidak lama kemudian, dia melihat tempat yang dia cari. Segera saja dia menuju kesana.
Setelah mobil di parkirkan dengan aman. Dia bergegas masuk ke dalam untuk memesan makanan. Namun, barusaja dia sampai di depan pintu. Telinganya tak sengaja menangkap suara keributan.
Dia pun mengurungkan langkahnya untuk masuk ke dalam. Matanya terus mencari dimana sumber suara itu. Tiba-tiba sorot matanya terpaku pada beberapa orang yang sedang mengerumuni anak kecil di depan ruko samping restoran.
Dia langsung menghampiri kesana. Suara yang dia dengar semakin jelas. Suara marah-marah, tangisan dan maki-makian bercampur menjadi satu.
" hei, cepat pergi !!, kamu sangat menggangu saja !! " kata itu keluar dari seorang laki-laki yang cukup tua dengan badan yang agak gemuk. Ternyata, dia adalah pemilik restoran. Raut wajahnya begitu marah pada anak kecil yang sedang menangis dan mengenakan pakaian yang sangat lusuh. Bahkan, ada beberapa bekas noda yang masih menempel jelas di bajunya.
Anak itu hanya bisa duduk disana sambil menutupi mukanya yang di penuhi air mata. Sebuah tumpukan koran yang tebal tegeletak di depannya.
" ayo dek, pergi....malah nangis, dasar !! kamu itu ya " ujar seorang laki-laki kurus dengan mengenakan topi hitam yang melindungi rambut lebatnya. Dia merupakan seorang tukang parkir. Dapat dilihat dari rompi yang dia kenakan begitu khas selayaknya seorang tukang parkir.
Dua laki-laki itu terus saja menyuruh anak kecil yang malang itu untuk pergi. Namun, anak itu hanya menangis. Keadaan itu membuat hati Aris begitu tersentuh. Langkah kakinya langsung dia percepat menuju depan ruko itu.
Saat sampai sana, dia mencoba bertanya kepada mereka berdua. Sebenarnya apa yang sedang mereka permasalahkan sampai-sampai mau mengusir anak kecil itu.
" maaf pak, ada apa ini ? " Seorang laki-laki yang merupakan pemilik restoran itu langsung menoleh ke arahnya.
" ini pak...anak ini dari tadi menangis saja, membuat pelanggan saya terganggu "
Aris langsung menatap anak kecil itu. Kini dia dapat melihat kondisi anak itu dengan jelas. Ternyata anak itu masih menangis sampai terisak-isak. Rambutnya begitu kumel dan kulitnya berwarna hitam.
Koran yang ada di hadapannya tak luput dari pandangannya. Tangannya meraih salah satu koran di lembar paling atas. Lalu, dia lihat tanggal berapa koran itu diterbitkan.
Koran yang dia ambil ternyata sudah di terbitkan kemarin dan beritanya pun kabar yang topiknya untuk dibicarakan kemarin. Dia kembali menatap anak itu. Tangannya menaruh kembali koran yang dia pegang. Dengan pelan, dia mencoba mendekatinya yang duduk di dekat pintu ruko yang tertutup rapat.
" dek...kenapa menangis ? " anak itu tidak segera menjawabnya. Laki-laki pemilik restoran itu yang tadinya diam sesaat. Kini kembali berbicara dengan nada yang keras.
" dek..jawab !! Kamu punya mulut kan " mendengar perkataannya, Aris langsung menoleh kepadanya yang masih saja menunjukkan kemarahannya.
" pak...tolong diam sebentar, biar saya saja yang tangani " ujar Aris. Sekali lagi, dia mencoba memberikan pertanyaan yang sama pada anak itu.
" dek...kenapa kamu menangis ? "
Kini anak itu pelan-pelan membuka kedua tangannya dan membiarkan mukanya yang di basahi air mata untuk dilihat.
" aku lapar om...dari tadi malam aku belum makan " kata anak itu dengan pelan.
" apa kata anak itu pak ? " pemilik restoran itu kembali bertanya
" anak ini kelaparan...apa bapak bisa memberi dia makan ? "
" apa dia punya uang ? Kalau tidak punya...jangan berharap makan di restoran saya " jawab pemilik restoran yang begitu tega
Aris kembali mencoba bertanya pada anak itu yang mulai menenangkan diri untuk tidak menangis
" apa kamu punya uang ? "
" a-aku tidak punya..om " mendengar perkataan itu, Aris merasa iba dan kasihan. Kasihan dia masih anak kecil yang sangat membutuhkan makanan. Di tambah lagi dia belum makan dari tadi malam.
" Baiklah, nanti ikut om kedalam, biar om beliin makanan untuk kamu " ujar Aris dengan lembut. Matanya yang masih berkaca-kaca terlihat mengarah ke Aris yang ada di sampingnya.
" bagaimana kamu mau kan ? " anak itu menjawabnya hanya dengan anggukan kepalanya pelan.
" sekarang bapak berdua ini kembali saja, anak ini biar saya yang tangani " kata Aris sambil memandang dua orang laki-laki yang sejak tadi memarahi anak kecil itu. Keduanya pun mulai meninggalkan tempat itu. Kini disana tinggal Aris dan anak kecil yang malang.
" ayo bangun...kita langsung masuk ke dalam " Aris meminta anak itu berdiri. Lalu dia pun berdiri, tak lupa tumpukan koran yang tebal dia bawa.
" ayo " dengan perasaan malu-malu anak itu berjalan mendekatinya. Dia kembali kasihan kepada anak itu saat melihat alas kaki yang di pakainya. Sandal yang ternyata sudah tipis. Bahkan, telapak kakinya bagian belakang dapat merasakan kasarnya permukaan lewat sebuah lubang di alas sandal itu.
Aris hanya menunjukkan senyuman lembut pada anak itu. Tidak lama kemudian, mereka berdua masuk ke dalam restoran. Laki-laki pemilik restoran itu, melihatnya masuk bersama anak kecil yang tadi dia marahi. Akhirnya dia mendekati mereka berdua.
" pak, kenapa gembel ini dibawa masuk ke restoran saya ? " kata pemilik restoran itu dengan menatap marah anak itu. Seketika saja anak itu menjadi ketakutan dan berlindung di belakang sepasang kaki Aris.
" dia ingin saya ajak makan "
" apa ? Tidak boleh...anak itu tidak boleh makan disini " Laki-laki itu mulai menolak. Pelanggan restoran yang sedang menikmati makanan di dalam sana pun langsung memandang mereka.
" kenapa tidak boleh pak ? Tadi di luar bapak bilang...kalau anak kecil ini tidak punya uang tidak boleh masuk, sekarang anak ini sudah punya uang pak " Aris mencoba melawan perkataan dari pemilik restoran itu
" tapi saya pemilik restoran ini, saya tidak mau anak ini membuat citra restoran saya ini jelek "
Tiba-tiba saja seorang pelanggan menyahut keras.
" pak biarkan aja anak itu makan, lagian anak itu juga tidak merepotkan bapak kan "
" bapak dengar sendiri kan...pelanggan bapak tidak ada yang terganggu dengan anak ini, jadi kami boleh makan disini " ujar Aris
Pemilik restoran itu terlihat berpikir. Sebenarnya dia tidak mau anak kecil yang sangat kotor baginya, masuk ke tempat usahanya. Namun, jika dia tidak mengijinkannya makan, maka reputasi dan harga dirinya akan sangat tercoreng.
" baiklah, silakan kalian berdua makan " ujarnya dengan terpaksa. Aris dan anak kecil itu pun langsung menghampiri meja yang kosong.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments