Aris mulai membuka matanya perlahan. Dia terbaring di sebuah kasur untuk pasien. Ruangan putih tampak dimatanya. Saat kelopak matanya telah dia buka penuh. Dia begitu bingung karena merasa tempatnya berada sekarang, beda jauh dengan ruangan pertemuan tadi.
Aris mengangkat tubuhnya yang masih lemas. Dia pun duduk di atas kasur sambil penglihatannya mengelilingi penjuru ruangan itu.
Ceklek...
Seorang pria paruh baya muncul dari balik pintu. Pakaian putih bersih melekat di tubuhnya. Stetoskop tergantung di lehernya bagaikan sebuah kalung. Sepertinya dia adalah seorang dokter. Dia melangkah ke arahnya yang sudah sadar dan terbangun diatas kasur.
" Saya dimana ? " tanya Aris. Dokter itu kini berada di dekatnya
" Bapak sekarang ada di rumah sakit " jawaban itu, membuat dirinya merasa bingung. Beberapa pertanyaan pun muncul di kepalanya. Kenapa dirinya ada di rumah sakit dan apa yang terjadi.
" Apa yang terjadi ? Seingat saya..tadi berada di ruang pertemuan. Kemudian tiba-tiba saja kepala saya rasanya sakit "
" saya akan jelaskan. Tapi, sebelumnya saya periksa dulu kondisi anda " Dokter langsung membaringkan kembali tubuh Aris. Stetoskop mulai dia gunakan. Pemeriksaan itu berlangsung singkat.
" Mari pak kesana " Dokter itu menunjuk sebuah meja tempatnya biasa bekerja. Lalu, dia berjalan kesana. Aris pun langsung turun dari ranjang dan duduk di kursi depan meja. Saat ini, dokter itu siap menjelaskan semuanya.
" Begini pak, dari hasil pemeriksaan kami, anda menderita penyakit yang dapat dikatakan jarang ditemukan di dunia medis. Penyakit itu dinamakan Credula cerobrum morbo. Gejala awalnya, seperti yang bapak rasakan, yaitu sakit pada kepala "
" apa, Dok ? " Aris benar-benar tidak percaya bahwa di dalam dirinya ada sebuah penyakit. Dokter pun kembali melanjutkan penjelasannya
" penyakit itu menyerang bagian otak. Gejala lainnya ada iritasi pada mata dan sakit pada punggung "
" apa itu bisa disembuhkan, dok ? " sebelum menjawabnya, dokter menghela napas panjang seakan-akan dia merasa tidak ada harapan untuk sembuh. Dengan berat hati dia mulai berbicara kembali.
" sebenarnya kami tidak yakin, penyakit itu bisa di sembuhkan total. Penyakit ini tergolong langka pak "
" Apa ? yang benar saja dok ? " Dokter yang sedang dia ajak bicara hanya mengangguk pelan untuk menanggapinya. Aris tampak gelisah. Dia tidak yakin penyakit yang ada di tubuhnya adalah penyakit yang sangat langka.
Selama perjalanan pulang, di dalam mobil dia kembali memikirkan perkataan dokter. Di sampingnya duduk Bu Susi, yang sedari tadi menemaninya dan bahkan tahu apa yang terjadi serta bagaimana kondisinya. Sopir mengendarai mobil menuju bandara.
sebenarnya kami tidak yakin, penyakit itu bisa di sembuhkan total. Penyakit ini tergolong langka pak
Kalimat itu kembali terangkai di kepalanya dan berputar-putar disana. Aris begitu termenung, lama kelamaan dia pun melamun.
Aku benar-benar tidak percaya kalau tubuhku ada penyakit yang jarang banget di alami orang
Batinnya, sambil terus memikirkan ungkapan dokter. Akhirnya dia merasa gelisah dan cemas. Beberapa kali dia tertunduk dan sesekali menatap keluar melalui kaca mobil di sampingnya.
Bagaimana perasaan Sinta jika tahu kondisi ku seperti ini. Aku tidak mau dia bersedih. Aku benar-benar tidak tahu untuk berbuat apa ?
Kalimat itu diungkapkan lewat hatinya yang sangat bingung atas kondisinya. Kepalanya sekarang terasa penuh dengan beberapa penjelasan dokter tentang penyakitnya. Di tambah lagi dia juga memikirkan perasaan istrinya, jika mendengar dirinya menderita penyakit.
Tak terasa mobil telah berhenti di bandara. Sopir bergegas keluar dan membukakan pintu untuk Aris. Beberapa detik yang lalu, Bu Susi telah keluar dan sekarang sedang menunggunya di luar mobil.
" Mari pak " sopir berdiri dekat pintu mobil disamping Aris yang telah dia buka. Seketika saja, Aris keluar dari lamunannya. Dengan segera kakinya dia jatuhkan ke luar dari mobil. Sebelum melanjutkan langkahnya dia menyempatkan untuk merapikan jas yang dia kenakan.
" Bu Susi...tolong jangan katakan tentang kondisi saya kepada siapapun terutama kepada istri saya " ujar Aris sambil menatap mata Bu Susi
" baik pak, mari jalan, sebentar lagi pesawat akan take off "
Mereka berdua langsung berjalan menuju pesawat yang beberapa menit sebelumnya telah mendarat.
Pukul 00.10 malam. Aris sudah sampai di rumah. Kini dia berdiri tepat di depan pintu. Rasa lelah selama perjalanan pulang, merayap di sekujur tubuhnya. Perlahan dia mulai membuka pintu.
" aku, pulang " ujarnya sambil melangkah masuk. Lampu di ruang tamu masih menyala begitu terang. Suasananya begitu sepi dan sunyi. Tidak seorang pun dia lihat di sana. Dia pun bergegas masuk ke kamar.
" aku pulang sayang " katanya begitu lirih saat membuka pintu kamar dan melihat istrinya yang sudah tidur. Selimut tebal menutupi tubuhnya di atas ranjang. Senyuman pun dia layangkan pada istrinya.
Jas yang dipakai langsung dia lepas. Tas kerjanya diletakkan di meja dekat tempat tidur. Tak lupa sepatu berkilaunya dia lepas dan di taruh di dekat pintu. Dia pun langsung beranjak naik ke ranjang. Dia berbaring di dekat istrinya. Dia sempatkan sejenak untuk membelai rambut Sinta yang begitu halus.
Maafkan aku...aku harus sembunyikan kebenaran tentang kondisi tubuhku.
Batinnya sambil mengusap rambut Sinta. Lalu, beberapa menit kemudian dia putuskan untuk tidur. Lampu yang tadinya masih hidup sekarang dia matikan. Kini, selimut tebal telah menutupi seluruh tubuh mereka.
Baginya, malam itu adalah malam yang menyedihkan. Dia sangat tidak menyangka tubuhnya akan terserang oleh penyakit. Terlebih lagi penyakitnya adalah penyakit langka. Dia pun memutuskan keesokan harinya untuk konsultasi kepada temannya yang sekarang berprofesi sebagai dokter. Dia pun akan selalu mencegah istrinya untuk tahu tentang kondisinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments