" Tadi malam, kamu pulang jam berapa ? " tanya Sinta sambil menaruh nasi di piringnya. Di atas meja sudah banyak sekali lauk untuk sarapan pagi. Semua itu adalah buatan Bi Siti. Pagi-pagi sekali dia sudah bangun lebih awal dari pada kedua majikannya.
" Hmm..jam 12.00 " Aris menggeser kursi kemudian dia duduki. Ternyata piringnya telah diisi nasi dan lauk oleh istri tercinta. Sebelum makan dimulai, dia minum segelas air putih di samping piring yang ada dihadapannya. Rasanya kerongkongannya siap untuk melancarkan makanan yang sudah dikuyah untuk masuk ke perut.
" ngomong-ngomong maaf ya..aku nggak sempat bawa oleh-oleh buat kamu " kata Aris. Lalu, dia menyendok nasi beserta lauk dan dimasukkannya ke dalam mulut.
" nggak apa-apa, yang terpenting bagiku kamu selamat sampai rumah dalam keadaan yang sehat "
" kamu memang istri yang sangat perhatian " Aris berhenti sejenak untuk menampilkan senyuman lembutnya
" kamu kan satu bulan di luar kota terus. Apa kamu pernah sakit disana ? " pertanyaan itu, membuat Aris bingung untuk menjawabnya. Dia pun terdiam cukup lama sambil memberhentikan makannya.
" sayang, apa kamu pernah sakit di luar kota ? " tanya kembali Sinta sembari menatap Aris.
" tidak, aku sehat-sehat saja disana " jawab Aris dengan gugup
" syukurlah " ujar Sinta lega. Aris masih menatap istrinya yang melanjutkan makan kembali. Lalu, beberapa detik kemudian, dia tertunduk sedih. Walaupun, rasanya dilubuk terdalam hatinya sangat menolak perlakuan itu. Tapi, dirinya terpaksa untuk melakukannya.
Maafkan...aku. Aku terpaksa berbohong
Batin aris. Kemudian, dia meneruskan sarapannya pagi itu. Beberapa menit kemudian, mereka berdua selesai. Seperti biasa sebelum pergi ke kantornya, terlebih dahulu Aris mengantar Istrinya ke tempat kerja.
Selama dalam perjalanan, Sinta menceritakan seluruh perasaannya saat dirinya ditinggal Aris pergi keluar kota. Dimana dirinya hanya ditemani pembantunya. Di tambah lagi, dia tidur di kasur yang luas tanpa kehangatan sang suami yang selalu tidur di sampingnya.
" saat kamu pergi keluar kota. Kadang aku merasa khawatir terhadap kondisimu. Aku tidak bisa mengetahui bagaimana pola makanmu dan jam berapa kamu tidur. Kadang juga perasaan rindu datang setelah perasaan khawatir yang berangsur-angsur hilang " kata Sinta sambil menatap suaminya yang fokus berkendara
" sebenarnya kamu tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja disana. Jam makanku teratur, walaupun sesekali telat " kata Aris sambil menoleh ke arahnya sebentar. Kemudian dia kembali fokus ke jalan di depannya
" perasaan yang kamu alami itu wajar. Kamu sekarang sudah menjadi istriku dan hati kita sudah saling terhubung. Ketika kamu merasa rindu. Aku juga merasakannya " tambahnya sambil terus mengendarai mobil
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Sinta. Namun, dia menunjukkan senyuman.
" Dah..sayang " Sinta keluar dari mobil dan mulai melangkah masuk ke kantor. Tiba-tiba saja Aris keluar dari mobil yang berhenti tepat di depan kantor Sinta. Dia berjalan cepat untuk menyusulnya.
" tunggu dulu " Aris tepat di belakangnya dan meraih tangannya. Seketika saja, Sinta menoleh.
" Selamat bekerja, sayang " Aris lalu mencium kening istrinya. Romantis pasangan itu, sangat terasa pagi itu di depan kantor. Setelah melepaskan bibirnya dari kening Sinta. Dia menatap hangat matanya sambil mengeluarkan senyuman. Tangannya juga tak lepas untuk menggenggam tangan hangat nan lembuat istrinya
" aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Walaupun, aku di luar kota tapi aku selalu memikirkanmu " mendengar perkataan itu, Sinta membalas tersenyum dan tiba-tiba saja dia memeluk tubuh Aris yang ada di hadapannya.
" Ya sudah aku bekerja dulu sayang, i love you " kata Sinta sambil melepas pelukannya
" Baiklah " ujar Aris yang masih berdiri di posisinya. Sedangkan, istrinya sudah mulai berjalan masuk ke kantor. Dia melambaikan tangan kepada Sinta yang sesekali menoleh ke arahnya. Ketika dia tidak dapat melihat tubuh Sinta lagi yang sekarang sudah di dalam kantor. Dia pun beranjak meninggalkan posisinya dan melangkah menuju ke mobil yang terdiam cukup lama. Tak lama kemudian, mobil itu pergi.
" Wouih..Kelihatannya kamu sedang bahagia. Wajahmu benar-benar terlihat berbinar-binar " ucap seorang perempuan yang seumuran dengan Sinta, namanya Intan. Kebetulan saja berpapasan saat masuk ke dalam. Mereka berdua kemudian berjalan menuju ruang kerja bersama-sama.
" Cerita dong, ? "
" Hmm...suamiku sudah pulang dari luar kota. Aku sangat bahagia " ucap Sinta ceria
" Oh gitu, memang suami kamu sudah berapa hari di luar kota ? "
" 1 bulan " ujar Sinta singkat
" lama banget, memang suamimu kerjanya apa ? "
" Dia seorang direktur "
" pantas saja kalau dia sering keluar kota. Ngomong-ngomong kamu dibeliin oleh-oleh nggak ? "
" tidak " jawab Sinta sambil menggelengkan kepala
" Kenapa ? "
" aku tidak butuh oleh-oleh yang terpenting bagiku dapat melihatnya sehat "
" Aku salut sama kamu, ternyata kamu istri yang perhatian. Ya sudah aku masuk ke ruangan kerja ku " Dia langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Sinta masih berjalan beberapa langkah untuk sampai ke ruang kerjanya. Rasanya pagi itu dia mendapatkan suntikan semangat yang membuatnya lebih bergairah untuk melakukan pekerjaan.
Pukul 11.15, hampir mendekati waktu istirahat kerja.
" Bu Susi tolong ke ruangan ku, saya tunggu " kata Aris sambil menelpon lewat telepon di atas mejanya. Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu di ketuk.
" Masuk " Bu Susi langsung berjalan menghadap Aris.
" saya akan pergi dulu, tolong kalau nanti ada seseorang yang mencari saya, tolong kamu handle " Aris berdiri dari tempat duduknya.
" baik pak " dengan segera Aris beranjak meninggalkan ruangannya. Bu Susi berjalan tepat di sampingnya. Sebelum melangkah jauh dari pintu, dia berhenti sejenak di depannya sambil menatap Bu Susi.
" Oh iya..anda masih ingatkan apa yang saya katakan di bandara waktu itu " tanya Aris
" Masih pak "
" Tolong...jangan sampai seluruh pegawai kantor tahu kondisi saya. Saya tidak mau merepotkan mereka semua. Baiklah, saya pergi " Aris melanjutkan kembali langkahnya. Sementara Bu Susi masih berdiri dan memandangnya yang semakin lama semakin jauh.
Sebenarnya aku kasihan pada Pak Aris. Tidak aku sangka dia menderita penyakit yang begitu langka. Yang lebih membuat aku salut, dia tidak mau merapotkan orang-orang disekitarnya.
Batin Bu Susi dan tidak lama kemudian dia beranjak pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments