Beberapa jam setelah makan malam selesai, Aris dan Sinta mulai berjalan masuk ke dalam kamar. Mereka berdua lalu tidur bersama. Sebelum merebahkan tubuhnya ke atas kasur, Aris mematikan lampu ruangan terlebih dahulu. Kemudian, Sinta menghidupkan lampu tidur yang cahayanya tidak terlalu terang. Setelah itu, Aris berjalan ke kasur dan merebahkan tubuhnya di samping istrinya. Lalu, dia menarik selimut hangat sampai mencapai tubuh bagian atasnya. Selimut itu dia gunakan bersama Istrinya. Tidak lama kemudian, mereka pun terlelap.
Tik...tak...tik...tak...tik...tak..
Suara jam dinding mengisi kesunyian di dalam kamar. Jam itu, sudah menunjukkan pukul 01.20 dini hari. Tiba-tiba saja, Aris terbangun karena kerongkongannya terasa kering. Dia pun mengangkat tubuhnya dan duduk sejenak di atas kasur. Sebelum beranjak turun dari ranjang, dia menoleh sebentar ke Istrinya yang sudah tertidur pulas.
Dia terus menapaki anak tangga satu persatu untuk sampai di lantai 1. Setelah dia mencapai di lantai bawah, dia pun melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk minum air putih yang akan membuat kerongkongannya basah kembali.
Setelah sampai dapur, dia langsung mengambil gelas kosong yang sangat bening. Lalu, dia mengisi air putih ke dalamnya melalui kran pada dispenser yang telah dia buka.
Krucuk...krucuk...krucuk...
Perlahan gelas yang tadinya kosong, kini mulai terisi dengan air putih. Setelah dia rasa cukup air yang mengisi gelasnya, lalu dia menutup kran pada dispenser. Setelah itu, dia langsung mendekatkan bibir gelas yang sedang dia pegang ke bibirnya. Dia langsung meneguk air itu. Rasanya air yang telah masuk ke perutnya sudah membasahi kerongkongannya. Dia terus meminum air itu sampai habis.
Namun, secara perlahan dia merasakan kepalanya pusing. Kamudian, dia menaruh gelas yang dia pegang. Tangannya lalu dia gunakan untuk memegangi kepalanya. Rasanya pusing itu seperti yang biasa dia rasakan. Semakin lama rasanya semakin nyeri yang sangat menyiksa. Akhirnya, dia terus memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan.
" kenapa harus kembali terasa disini ? " kata Aris sambil meringis manahan sakit yang sedang dia rasakan. Menurutnya rasa sakit itu, muncul di waktu dan tempat yang tidak tepat.
Beberapa saat kemudian, dia mencoba untuk berjalan kembali ke kamar. Namun, rasa nyeri yang kembali muncul di kepalanya itu, membuat dirinya cukup terhambat untuk dapat melanjutkan langkahnya. Dia pun terhenti dengan satu tangannya bersandar pada tembok. Dia merasakan seakan-akan tubuhnya akan jatuh. Beberapa menit berlalu, dia masih terlihat menahan sakitnya dan terus bersandar pada tembok
Bi Siti yang kebetulan barusaja keluar dari kamar mandi dan kini dia sedang berjalan menuju kamarnya yang berada di dekat dapur, melihat Aris yang bersandar ke dinding dangan meringis kesakitan dan tangan yang satunya memegangi kepalanya. Sontak Bi Siti langsung menghampirinya.
" bapak kenapa ? " ujar Bi Siti sambil menatap khawatir majikannya.
" kepala saya sakit bi..." jawab Aris sambil meringis menahan sakit di kepalanya. Napasnya juga tampak sesekali dia tahan.
" tunggu disini dulu pak, saya akan panggil Bu Sinta dulu " baru ingin melangkah pergi, tiba-tiba saja Aris melarangnya.
" bi...jangan bi...aku tidak mau membangunkan istriku, lebih baik Bi Siti bantu saya berjalan sampai ke sofa ruang tamu "
" baik, pak. "
Bi Siti pun segera membantu Aris untuk berjalan sampai ke ruang tamu. Walaupun, langkahnya begitu pelan.
Setelah sampai di sofa ruang tamu. Bi Siti lalu membantu majikannya untuk berbaring di atas sofa. Hingga kini, Aris masih merasakan nyeri pada kepalanya yang sejak tadi masih saja menyerang tanpa ampun. Dia terus menunjukkan raut wajah kesakitan. Beberapa menit kemudian, Aris tampak menutup mata dan tak sadarkan diri. Seketika saja, Bi Siti yang sampai sekarang masih merasa khawatir padanya, langsung panik. Dia begitu bingung untuk melakukan apa. Jika dia panggil istri majikannya, dia takut nantinya Aris akan marah padanya. Tapi, jika dia tidak melakukannya, dia tidak tahu untuk melakukan apalagi. Pikirannya kini mulai kacau balau.
" aku panggil sajalah Bu Sinta. Terserahlah, kalau Pak Aris nantinya akan marah " akhirnya Bi Sti nekat untuk melakukan apa yang dilarang Aris, karena dia kini sudah semakin panik. Namun, belum sempat dia mengangkat kaki. Matanya menangkap pergerakan kelopak mata Aris yang mengerjap pelan.
" Pak Aris ? " panggil Bi Siti untuk memastikan majikannya sudah sadar. Perlahan kelopak mata Aris pun mulai terbuka penuh. Kini Bi Siti bisa bernapas lega.
" Bi, saya mau minum " ujar Aris dengan nada yang begitu rendah.
" baik pak, saya akan segera ambilkan " Bi Siti segara beranjak pergi untuk menuju ke dapur. Dia langsung mengisi gelas kosong dengan air putih. Kemudian, dia langsung membawanya menuju ke majikannya yang masih terbaring tak berdaya di sofa.
" ini pak " Bi Siti menyerahkan gelas yang dia bawa ke Aris. Untuk meminumnya, Aris mencoba bangun dan duduk di sofa.
" sini pak gelasnya " Bi Siti mengambil kembali gelas yang tampak isinya berkurang setelah di minum Aris. Aris pun langsung menyerahkan. Setelah itu, dia menyandarkan kepalanya ke belakang.
" Bi...tolong jangan beritahu siapapun...soal apa yang sedang terjadi pada saya saat ini " ujar Aris sambil menatap pembantunya
" memangnya bapak kenapa ? " Tanya Bi Siti sambil berdiri dan memandang majikannya.
" sebenarnya saya sedang sakit bi..dokter bilang saya sakit penyakit yang langka dan belum ada penyembuhannya. Jadi kadang-kadang saya merasa sakit kepala seperti tadi "
" apa Bu Sinta sudah tahu soal kondisi bapak ? "
" belum...jangan sampai Sinta tahu. Saya tidak mau merepotkannya. Tolong jaga rahasia ini ya bi "
" baik pak "
" kalau begitu...saya mau kembali ke kamar " Aris mencoba berdiri. Setelah itu, dia melangkah kembali ke kamar.
Menu untuk sarapan pagi telah siap di atas meja. Aris yang sudah memakai pakaian rapi mulai berjalan menghampirinya. Namun, saat sampai sana dia tidak melihat istrinya. Beberapa menit yang lalu, dia melihat istrinya yang sudah mengenakan pakaian kantor keluar dari kamar. Dia mengira, kalau istrinya sudah berada di meja makan.
" Bi, Sinta mana ? " tanya Aris sambil duduk di kursi
" tadi, sepertinya ibu ke kamar mandi " jawab Bi Siti sambil menuangkan air putih ke gelas untuk kedua majikannya. Tidak lama kemudian, dia melihat Sinta keluar dari kamar mandi. Tapi, rasanya Sinta tampak pucat. Dia pun bangkit dari kursi dan bergegas menghampiri istrinya.
" kamu sakit ? " Aris mulai khawatir
" tidak tahu, tiba-tiba saja rasanya mual "
" ayo aku bantu kamu jalan sampai ke meja makan " Aris langsung merangkul istrinya untuk membantunya berjalan sampai ke meja makan.
" ini minum air putih dulu " Aris dengan sigap langsung meraih gelas yang sudah berisi air putih. Lalu, dia berikan kepada istrinya yang sudah duduk di kursi .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments