Setelah berjam-jam menembusnya keramaian di jalan yang semakin padat dan hari yang mulai menjelang sore. Akhirnya Aris rampai ke tempat yang diarahkan Eva. Dia pun memberhentikan mobilnya. Lalu ,dia keluar.
" Eva, dimana rumah kamu ? " tanya Aris sambil memandang sekelilingnya berada. Dia hanya melihat permukaan air danau yang cukup besar. Pohon-pohon besar pun mengepung di sekelilingnya.
Dia begitu merasa heran dan bertanya-tanya. Apakah Eva dan keluarganya tinggal di sekitar sini. Danau itu memang letaknya di daerah pinggir kota. Namun, memang ada jalan tanah yang sepertiaya biasa di lalui kendaraan untuk sampai danau itu. Sejak tadi Aris selalu mengendarai mobilnya mengikuti jalan itu dan akhirnya sampai di tempat berdirinya sekarang.
" Eva, kamu benar tinggal disini ? Tapi, om tidak lihat ada rumah satu pun di pinggir danau ini ? " Aris menatap Eva yang berdiri disampingnya.
" iya om, aku tinggal disini " jawabnya sambil menganggukan kepala. Aris kembali mengedarkan matanya ke sekitarnya dan menatap dengan teliti. Tapi, tidak ada satu pun rumah yang dia lihat.
" Dimana rumah kamu ? " tanya Aris kembali. Pelan-pelan anak kecil itu mulai melangkah menuntun Aris ke rumahnya. Aris pun mengikutinya sambil membawa tumupkan koran milik Eva. Mereka terus melangkah menyusuri pinggir danau. Sesekali mereka bertemu seorang pria yang sedang memancing.
Dari kejauhan Aris mulai melihat sebuah rumah. Eva terus menuntunnya kesana. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah itu. Aris begitu tercengang melihat kondisi rumah itu. Menurutnya rumah itu sudah tidak layak huni. Banyak sekali tambalan pada tamboknya yang masih tersusun dari anyaman bambu. Gentengnya pun tidak tertata rapi. Seolah-olah genteng itu siap untuk jatuh ketika ada sebuah getaran yang cukup kuat.
Aris berdiri sejenak menatap kondisi yang sangat miris dari rumah Eva yang sekarang tepat di depan matanya. Sementara Eva, sudah berjalan masuk ke dalam sambil membawa kantong plastik yang berisi nasi box.
Tok...tok...tok...
Eva mengetuk pintu rapuh rumahnya. Seorang pria yang tampak tua keluar dari pintu yang terbuka. Seketika saja, Aris bergegas meninggalkan tempat posisinya berdiri dan menghampiri mereka.
" Eva, kamu kemana aja ? Dari kemarin kamu nggak pulang ? " pria itu memeluk sedih Eva di depan pintu. Aris begitu bingung saat melihat suasana itu. Sepasang kakinya terus melangkah mendekati mereka.
" maafkan..aku pak " kata Eva sambil menangis.
" kamu nggak usah pergi-pergi lagi. Biarkan bapak aja yang kerja " ujar pria tua itu, yang ternyata ayah Eva. Tidak lama kemudian, Ayahnya melepas pelukannya dan menatap Eva dengan berkaca-kaca.
" kamu bawa apa ? " ayahnya memandang sebuah kantong plastik hitam yang di pegang Eva
" aku bawa nasi buat bapak sama ibu " ujar Eva terbata-bata sambil menangis.
" sudah jangan menangis, sana kamu masuk temui ibumu " kata ayahnya sambil mengelap airmatanya. Eva pun bergegas melangkah masuk. Kini, tatapan ayah Eva mengarah pada Aris yang dari tadi sudah berdiri tegap di belakang anaknya.
" bapak, siapa ? " tanya ayah Eva yang sangat bingung
" Saya yang antar anak bapak pulang ? Oh iya, ini koran yang tadi di bawa Eva " ujar Aris sambil mendekatkan tumpukan koran yang dia bawa ke depan ayah Eva.
" maaf ya pak, anak saya harus merepotkan anda " ayah Eva langsung menerima koran itu.
" Oh iya perkenalkan pak, nama saya Aris " kata Aris sambil mengajak bersalaman.
" saya Somad " jawab ayah Eva sambil menanggapi ajak salamannya
" ayo pak, masuk " ayah Eva meminta Aris untuk masuk kedalam rumahnya. Aris melangkahkan kakinya masuk. Kini dia tahu bagaimana kondisi di dalam rumah itu. Tanah halus masih menjadi lantai. Tidak ada satu lampu pun yang terpasang dan juga tidak ada televisi sebagai hiburan.
" maaf ya pak, kondisi rumah kami kurang nyaman " ujar ayah Eva yang merasa mulai tidak enak dengan suasana rumahnya.
" tida apa-apa, pak " Ucap Aris dengan sopan. Aris pun langsung duduk di sebuah kursi kayu panjang.
" bapak sudah lama tinggal disini ? "
" sudah, kira-kira sudah lima tahunan " ujar pak Somad sambil duduk di samping Aris.
" bapak tinggal berdua saja sama Eva ? "
" kami tinggal bertiga, saya, istri saya, dan Eva "
" kalau boleh tahu, istri bapak kemana ? sejak tadi saya tidak lihat keluar "
" istri saya sedang sakit di dalam "
" apa saya boleh menengok istri bapak ? "
" boleh, mari saya antar " Pak Somad pun berdiri dan mengarahkan Aris untuk menemui istriny yang sakit. Pak Somad menuntunnya menuju kamar yang pintunya hanya sebuah kain panjang yang di gantung. Aris pun membuka kain itu.
Dia pun melihat sorang wanita yang tak berdaya terbaring di atas kasur yang ranjangnya terbuat dari kayu. Dia juga melihat Eva sedang menyuapi wanita itu.
" ini pak, istri saya " ujar pak Somad. Mendengar langkah kaki seseorang di belakang suaminya, wanita itu pun mengarahkan matanya ke arah Aris. Aris pun perlahan mendakat.
" saya Aris, yang mengantar anak ibu pulang " ujar Aris pelan. Wanita itu menanggapinya hanya dengan anggukan kepala.
" istri bapak sakit apa ? " tanya Aris sambil menolah ke pak Soamd
" dia menderita stroke. Kakinya mulai susah untuk di gerakkan dan dia pun sulit untuk berbicara "
" apa pernah di bawa ke rumah sakit ? "
" pernah dulu, tapi hanya 3 kali, setelah itu sudah tidak pernah dibawa kesana lagi "
" kenapa ? " tanya Aris singkat
" keterbatasan biaya, pak " kata Pak Somad sambil tertunduk sedih. Aris kembali memandang kondisi istri Pak Somad. Tatapan matanya tampak sayu dan bibirnya juga terlihat kering. Saat Eva menyuapkan makanan, tampak bibirnya bergetar untuk membuka.
Aris benar-benar merasa kasihan pada keluarga kecil itu. Tinggal di rumah yang sudah tidak layak huni. Di tambah lagi, keterbatasan biaya yang menjerat keluarga itu.
Rasanya aku ingin sekali membantu keluarga ini. Aku tidak tega melihat kesedihan mereka yang selalu hadir di seluruh kehidupan mereka sehari-hari.
Kata itu terucap dari dalam hatinya. Sejak tadi, Aris berdiri termenung menatap istri Pak Somad yang begitu tampak tak berdaya. Suasana di dalam kamar pun hening untuk beberapa saat.
Aris melirik jam tangannya. Tidak di sangka sudah menunjukkan pukul 16.05 sore. Tiba-tiba saja ponselnya yang ada di saku celana bergetar. Dia pun bergegas mengambilnya dan mengangkat panggilan itu.
" maaf pak, saya keluar sebentar " Aris melangkah keluar meninggalkan kamar itu untuk mengangkat panggilan yang ternyata dari Bu Susi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
🌸EɾNα🌸
keren ceritanya aku sukaa 👍
jangan lupa feedback ke ceritaku ya
"Janji Di Ujung Mimpi"
kutunggu kedatangannya makasih 😍
2020-08-07
0