Jam dinding yang berada di ruang kerja di rumahnya sudah menunjukkan pukul 22.30 malam. Rasa kantuk berat mulai membebani kelopak matanya. Dia masih duduk di kursi kerja sambil meneliti dokumen yang di berikan sekretarisnya. Dukomen itu merupakan kumpulan dari beberapa kantor cabangnya yang harus segera mendapatkan persetujuannya.
Beberapa kali tampak dia menguap. Kemudian, dia tutupi dengan punggung tangannya. Dia terus memaksakan untuk menyelesaikan pekerjaannya malam itu juga. Tapi, rasa kantuknya memang bukan lawan yang mudah dikalahkan. Rasa itu semakin lama semakin terasa memberati kelopak matanya yang terus dia pertahankan untuk terbuka dan membiarkan matanya melihat tulisan berparagraf di dokumennya. Akhirnya, dia berhenti sejenak sambil menyandarkan kepalanya. Dia pun mencoba merilekskan tubuhnya.
Ceklek..
Sinta muncul di balik pintu yang terbuka. Dia pun berjalan masuk. Tampak kedua tangannya membawa nampan kecil dan di atasnya berdiri gelas yang berisi kopi. Memang, ketika Aris sedang lembur biasanya Sinta datang dan membawakan minuman itu. Kebetulan juga Aris suka kopi susu itu. Sinta pun langsung meletakkannya di atas meja.
" terima kasih, sayang " ucap Aris sambil menyunggingkan senyuman dan menatap penuh sayang pada Sinta
" sama-sama, sayang " jawab Sinta sambil membalas senyuman suaminya yang sangat dia sayangi.
" kamu tidur dulu kalau sudah mengantuk, nanti aku susul. Sebentar lagi juga selesai " kata Aris dengan lemah lembut
" aku belum mgantuk, aku ingin menunggu kamu selesai "
" Ya sudah, tapi apa kamu tidak merasa lelah ? "
" tidak, malahan aku merasa segar "
" Y sudah kalau begitu " tiba-tiba Aris berdiri dari kursinya dan mengambil sebuah kursi yang berada di pojok ruang kerjanya. Lalu, kursi itu dia pindahkan ke sampin kursi tempat duduknya.
" silakan tuan putri " Aris meminta Sinta untuk duduk di kursi yang barusaja dia pindahkan.
" terima kasih pangeranku " jawab Sinta sambil beranjak duduk di kursi itu. Malam itu, akhirnya Aris ditemani istrinya sampai selesai lemburnya. Di sela-sela sambil menyelesaikan pekerjaannya mereka berdua tampak mengobrol. Rasa kantuk yang menyerang mata Aris pun tidak terasa begitu berat. Dia pun dapat menyelesaikannya dengan lancar dan senang, karena di sampingnya ada bidadari yang akan selalu menemaninya sampai maut menjemput.
Aris mengangkat kembali tubuhnya dari kasur. Lalu, di duduk bersandar pada sebauh bantal yang dia tempelkan pada punggungnya. Sinar lampu tidur menjadi temannya saat itu. Sebelumnya, dia sudah berbaring beberapa menit untuk tidur. Tapi sampai lewat tengah malam, dia masih berusaha untuk jatuh ke alam mimpi. Dia merasakan matanya enggan untuk terlelap. Rasanya ada sesuatu yang menggangu pikirannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk bangun.
Dia pun menatap istrinya yang sudah tertidur pulas di sampingnya. Selimut tebal dan hangat sudah menutupi tubuhnya. Saat melihat wajah manis istrinya, dia kembali memikirkan soal penyakitnya yang sempat tidak dia pikirkan untuk sesaat. Percakapannya dengan Wira pun terngiang kembali di kepalanya.
Tapi yang buat aku begitu sedih, penyakit ini belum ada obatnya
Kalimat itu kembali membuat dirinya menjadi gelisah. Dia sangat mempertanyakan apa benar memang tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Dia pun meraih ponselnya yang berada di dekat lampu tidur di atas lamari kecil disampingnya. Dia langsung membuka browser internet untuk mencari informasi lagi tentang cara penyembuhannya.
Jari-jari tangannya langsung mengetik nama penyakitnya di kotak pencarian. Setelah dia klik, satu persatu blog yang membahas penyakitnya muncul. Dia langsung klik salah satu di antaranya. Dia pun melihat beberapa kata yang terangkai menjadi kalimat dan tersusun dalam beberapa paragraf.
Jangan pernah meremehkan penyakit ini...penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang langka. Gejalanya seperti nyeri pada kepala, iritasi mata, dan sakit pada punggung. Penyakit ini sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Seseorang yang mengalami penyakit ini akan merasa sangat tersiksa dalam kehidupan sehari-harinya. Akibat penyakit ini bisa membuat seseorang yang menderitanya meninggal dalam waktu dekat.
" meninggal dalam waktu dekat " gumam Aris lirih. Dia pun termenung dangan tidak percaya bahwa penyakit yang sedang dia derita akan mengurangi waktu hidupnya di dunia. Kemudian dia kembali menaruh ponselnya ke posisi semula.
Dia tampak mengusap mukanya yang sedih. Dia merasakan bahwa kematiannya sudah sangat dekat. Dia tidak tahu untuk kemana lagi mencari seseorang yang tahu lebih detail tentang penyakit ini dan juga cara penyembuhannya. Dia sudah pergi menemui temannya yang merupakan seorang dokter. Tetapi, tidak ada percakapannya dengan dia yang membuatnya sangat lega tentang cara penyembuhan penyakit yang dia derita.
Matanya kembali dia arahkan ke istrinya. Dia menatapnya cukup lama. Tiba-tiba saja matanya tampak mulai berkaca-kaca. Tidak di sadari ada satu butiran air mata keluar menuruni pipinya dan jatuh membasahi selimut yang menutupi tubuh istrinya. Dengan segera, dia berusaha menahan kesedihannya itu. Dia mencegah agar tak ada lagi air mata yang jatuh.
Apa aku harus sembunyikan ini semua darimu ? Tapi, jika aku katakan yang sebenarnya kepadamu, aku tidak mau kamu sedih. Maafkan aku
Batin Aris sambil mengusap rambut istrinya. Tidak lama kemudian, dia memberikan kecupan di keningnya. Istrinya pun tampak merasa nyaman dengan perlakuan itu.
Aku harus bagaimana lagi untuk bisa menyembuhkan penyakit ini ?
Batin Aris dengan perasaan yang mulai putus asa. Tiba-tiba saja ada salah satu percakapannya dengan Pak Somad yang muncul di ingatannya.
dia pernah cerita ke saya, kalau dirinya ingin memberikan perhatian lebih pada ibunya. Dia ingin sekali mencari uang dan akan dia belikan makanan yang enak untuk ibunya. Dia berpikir agar ibunya dapat merasakan makanan yang mahal sebelum dia meninggalkannya untuk selamanya
Kalimat itu kini teringat jelas di kepalanya. Dia pun berpikir bahwa kondisi yang di alami Eva hampir sama dengannya. Akhirnya, dia berencana untuk memberikan perlakuan yang istimewa dan berharga pada istrinya seperti yang dilakukan Eva, sebelum waktu berakhir hidupnya tiba. Dia pun memantapkan diri untuk melakukan hal itu. Dia kembali membelai rambut istrinya yang lembut.
Setelah itu, dia kembali membaringkan tubuhnya. Matanya menatap langit-langit kamar sebelum dia memejamkan matanya. Gelap, tak ada cahaya di atas sana. Cahaya lampu tidur tidak dapat mencapai langit-langit kamar yang sedang dia lihat. Dia merasakan bahwa dalam hitungan hari, dia akan segera melihat kegelapan itu dan meninggalkan semua cahaya yang telah dia lihat di dunia ini.
Tangannya mulai menarik selimut yang dia gunakan bersama istrinya. Kini tubuh bagian atasnya sudah tertutup selimut tebal itu. Hangat, sangat terasa menjalar ke dadanya. Perlahan dia mulai menutup matanya. Dia akan bersiap untuk menyambut hari-hari dimana dirinya masih di takdirkan untuk menghirup napas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments