Siang ini, dia baru saja meninggalkan kantor. Dengan mobil sedan hitamnya dia melaju di keramaian kendaraan. Aris berencana untuk bertemu temannya yang merupakan seorang dokter. Namanya, Wira Praja.
Dulu dia adalah teman sekelasnya pada waktu SMA. Namun, sejak kuliah mereka berdua saling berpisah dan menekuni bidang yang berbeda-beda. Wira di bidang kedokteran sedangkan dirinya di bidang ekonomi.
Semenjak itu, dia sudah sangat jarang bertemu dengannya. Tapi, beberapa tahun kemudian, dia bertemu kembali tanpa sengaja di sebuah festival. Saat itu dirinya masih berstatus pacaran pada Sinta. Mereka berdua baru saja masuk ke dalam tempat berlangsungnya acara. Tidak di sangka kalau disana ada stand yang dijaga oleh Wira. Pertemuan pun berlangsung.
Mereka berdua saling berbincang-bincang akrab. Tak lupa dia juga mengenalkan Sinta padanya. Sesuatu yang humoris juga sempat meraka jadikan pembahasan.
" Wira ? " sapa Aris berdiri di depan stand.
" Aris ? " Wira berjalan menghampirinya.
" Apa kabar ? " ujar Wira kembali. Meraka berdua pun langsung berpelukan.
" baik, baik...sudah lama kita nggak ketemu lagi " Aris mulai melepas pelukannya. Senyuman tak lupa dia tampilkan
" wah..aku sampai pangling..lihat penampilan kamu...terakhir kita bertemu kan pas wisuda SMA dulu " jawab Wira dengan ceria. Matanya terus menatap Aris yang ada dihadapannya.
" Oh iya...ini kenalkan namanya Sinta, pacar aku " Sinta pun langsung bersalaman dengan Wira.
" ngomong-ngomong kamu sudah kerja ? " tanya Aris untuk memulai obrolan
" belum...ini juga aku cuman bantu om sama tanteku. Kebetulan dia penjual es krim. Jadi momen ini menjadi kesempatan yang sangat menguntungkan. Kalau kamu ? "
" yah..sedikit-sedikit sudah belajar bisnis sama papa ku "
" wuhh...keren-keren " Wira menggeleng kagum
" ngomong-ngomong kapan kalian nikah ? " tanya Wira sambil memandang Sinta dan Aris bergantian
" tunggu ajalah undangan datang ke rumah mu. Sekarang kamu tinggal dimana ? "
" Rumah no.10 di Jalan anggrek. Kapan-kapan kamu datang kesana ? "
" baiklah, ya sudah aku jalan-jalan dulu menikmati festival ini "
" ok...selamat datang aku ucapkan " kata Wira sambil bersalaman dengan Aris. Tidak lama kemudian Aris dan Sinta pergi meninggalkannya.
Waktu berjalan begitu cepat dan pernikahan Aris dengan Sinta tinggal menghitung hari. Berhubung Wira adalah teman akrab atau dia sudah menganggapnya seperti keluarga. Jadi dia berencana untuk mengirimkan undangan langsung ke rumahnya.
" permisi " kata Aris sambil mengetuk pintu. Selang beberapa waktu kemudian seorang wanita membukakan pintu. Dia merupakan Bi Isah pembantu di rumah Wira.
" Ya, cari siapa ? "
" Saya cari Pak Wira, apa dia ada di rumah ? " tanya Aris sambil menatap Bi Isah yang ada di hadapannya.
" maaf pak..Pak Wira sudah pergi bekerja "
" ngomong-ngomong Pak Wira kerja dimana kalau tahu ? "
" dia pernah bilang ke saya di Rumah Sakit Sehat Peduli "
" Ya sudah kalau begitu...saya cuman mau memberikan undangan padanya, tolong nanti di sampaikan ya bi.. " Aris menyerahkan undangan kepada Bi Isah. Kini undangan, ada di tangan pembantu itu.
" baik pak, nanti saya sampaikan "
" baiklah, saya pergi " Aris membalikkan badan dan melangkah menuju mobilnya yang berhenti di depan rumah Wira. Bi Isah pun langsung menutup pintu.
Wira Praja merupakan seorang anak yatim piatu. Status itu diberikan saat dirinya masih di bangku SMA. Ayah dan ibunya harus meninggalkannya untuk selamanya setelah sebuah kecelakaan terjadi. Sehingga, sejak saat itu dia hanya tinggal bersama Bi Isah. Bi Isah sudah bagaikan orang tua pengganti. Walaupun, dia hanya lah seorang pembantu.
Dia tak mempermasalahkan status Bi Isah. Ada alasan kenapa Bi Isah masih bertahan di rumahnya. Yaitu karena pesan terakhir ayah dan ibunya. Orang tuanya sangat percaya terhadap kinerja Bi Isah. Jujur, dapat di percaya, amanah dan rendah hati. Semua itu adalah sikap yang sangat di sukai kedua orang tuanya.
Sudah sangat lama Bi Isah bekerja disana. Yaitu semenjak Wira masih anak kecil yang sangat polos. Anak kecil yang masih merepotkan dan suka bermain tanpa henti. Kira-kira saat itu umur Bi Isah 32 tahun. Dia bekerja tidak hanya untuk mengurus rumah, tetapi juga bekerja ekstra mengurus Wira kecil yang begitu nakal. Hal ini membuatnya dekat dengan Wira.
Saat itu ayah dan ibunya pergi untuk menengok sebentar bisnis restorannya. Bisnis yang sudah lama mereka tekuni bersama. Kini Restoran itu sudah berkembang pesat dan sudah memiliki cabang di berbagai kota.
Di dalam mobil mereka saling berbincang untuk mengisi kesepian. Ayahnya tampak fokus menyetir. Mobil itu terus berjalan membelah keramaian jalan raya.
Tapi, perbincangan itu tidak berlangsung lama. Saat ingin melewati jembatan, penyakit jantung ayahnya kambuh dan menyerang jantungnya begitu kasar. Rasa sakit nyeri pun terasa begitu berlipat ganda di bagian dadanya. Akhirnya ayahnya tak dapat konsentrasi dalam mengemudi. Dia terus meringis kesakitan sambil salah satu tangannya menekan dadanya. Hal itu membuat mobil yang mereka tumpangi oleng ke kanan dan ke kiri .
Ibunya yang duduk di samping ayahnya begitu panik. Dia hanya bisa berteriak dan cemas. Dia mencoba menenangkan suaminya, tapi usaha itu gagal. Mobil terus melaju tak beraturan. Hingga akhirnya, mobil terjun dari jembatan menuju ke curamnya jurang. Mobil itu sempat terguling dan mengguncang-guncangkan mereka berdua.
Mobil dapat berhenti setelah mencapai dasar jurang. Namun, kondisi mobil sudah tak berbentuk, begitu juga dengan kedua orang tuanya yang sudah mengalami luka parah. Pendarahan terjadi di sekujur tubuh mereka. Nyawa pun tak terselamatkan.
Mendengar kabar bahwa ayah dan ibunya kecelakaan, Wira sangat terkejut bagaikan melihat kilat di siang bolong. Dia langsung menangis histeris. Air matanya bercucuran dengan deras. Bi Isah berusaha menenangkannya. Tapi, Wira terus menangis.
Sebelum mereka berdua pergi, Bi Isah sempat di berikan pesan oleh ayah Wira lewat lisannya.
" Bi...tolong jaga Wira, jangan pernah tinggalkan dia. Saya pergi dulu ya Bi.. "
Mungkin kalimat itu, adalah sebuah pesan terakhir dan sebuah tanda akan kejadian ini. Wira langsung memeluk tubuh orang tuanya yang terbujur kaku dan terbaring di kamar jenazah rumah sakit. Sekali lagi, air matanya keluar dan menetes.
Saat pemakaman berlangsung, dia pun tak berdaya memandang jasad mereka berdua yang akan di masukkan ke dalam tanah makam. Sampai-sampai dia pingsan dan jatuh di samping Bi Isah yang sudah memegangi tubuhnya yang begitu lemas sejak tadi.
Ketika dia sadar, dia hanya bisa memandang nisan keduanya. Tangannya bergerak diatas pusara orang tuanya sambil menaburkan bunga. Satu demi satu kelopak bunga jatuh dari genggaman tangannya.
Di dalam hati Bi Isah. Dia berjanji untuk memenuhi pesan kedua majikannya hingga sampai sekarang. Sejak kejadian itu, Wira pun bertekad untuk menjadi seorang dokter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments