Rumor yang keren

Saat dalam ruangan rapat, semua berkumpul dan seorang sengaja mengeraskan suara tontonan berita di ponselnya.

Perhatian itu membuat beberapa pejabat perusahaan menoleh dengan rasa penasaran yang sangat tinggi.

Nama Zidan wanita dan kehamilan semuanya di sebutkan, mereka langsung saling pandang.

Bukannya Tuan Daka akan membuat pengumuman jika cucu dari putrinya Bu Sarah dengan menantunya Algaz, sangat buruk pernikahan mereka lalu sekarang akan ada rapat menggantikan tugasnya sepenuhnya bahkan kursi kepemimpinan akan di berikan pada cucu laki-laki nya.

"Bukannya sebelumnya di berikan Bu Sarah dan akan..."

"Menjadi orang kaya sangat rumit tentang hak dan harta warisan juga kedudukan. Seperti ada dalam kerajaan yang bingung dengan pemilik tahtanya..."

"Kurasa itu tidak akan terjadi, Anak itu sudah menghamili wanita dan kini mau duduk di kursi pemimpin.."

"Kurasa itu tak masuk akan apa mereka tak menganggap putri cantik keluarga lain dari suaminya, maksudku anak haram itu!"

"Siapa yang bilang itu cantik dia jelek dan buruk rupa."

"Berita itu jelas jika ia menghamili seorang wanita dan bertemu di taman."

Zidan masuk dengan membuka pintu lalu membuka lebar layar didepan mereka semua.

"Di temukan mayat wanita dna pria di gudang dekat hitan dan disana di temukan sebuah benda, anting milik seorang wanita..."

Repoter menjelaskan juga jika pemilik anting itu bukan wanita yang mati di gudang bersama pria tapi, orang lain yang membunuh mereka, cctv jalanan menunjukkan ada mobil van hitam melintas pulang pergi saat terjadinya pembunuhan itu, dokter mengatakan ini baru di bunuh malam tadi.

Zidan menatap pria yang terlihat cemas ekspresinya.

"Melihat apa yang terjadi, setelah rumor menyebar lalu ada pembunuhan wanita yang sama yang duduk dengan Zidan sebelumnya..."

"Itu pasti ulah Zidan." Suara salah satu dari mereka.

"Mungkin itu, Aku yang membunuhnya atau wanita, karena pria tak memakai anting jika itu kekasihku juga tak mungkin bisa kalian memikirkannya bersama ku?"

Semua terdiam ikut pucat takut dengan ucapan Zidan barusan.

Mereka tak menyangka jika yang di hadapan mereka adalah Zidan yang di maksud, apa ini anak umur dua puluh tahun itu, ini mengejutkan mereka yang sama sekali tak siap apapun.

Kakek Daka masuk dengan santai, Zidan mematikan layar besarnya. Lalu duduk di kursi kosong.

Kakek mulai bicara dan memutuskan tanpa adanya basa-basi jika Zidan yang sekarang ada di hadapan mereka akan bertanggung jawab di bawah pengawasannya sampai di biarkan memegang kendali sendiri, semuanya terdiam.

Jika dari kalian yang tidak setuju katakan sekarang dan mengangkat kaki juga sekarang atau pindah jabatan juga bisa.

"Kami menerimanya."

Zidan melihatnya, dia paling kesal disana.

"Saya tidak setuju, apa mau dikata jika pemimpin perusahan muda ini memiliki scandal tentang menghamili wanita dan membunuh seseorang dalam semalam dengan meninggalkan barang bukti anting."

Semua terdiam dan mengangguk.

"Kami juga berpikir itu tak mungkin, karena, Anda harus memeriksakan kondisi kesehatan cucu anda."

"Anak bau kencur mengurus perusahaan besar, apa iya dia anak dari Putrinya."

"Nama kalian aku simpan jika kalian tidak mau dalam masalah kalian bisa meminta maaf pada Kakek ku sekarang."

Tidak ada satupun yang bergerak.

Zidan tersenyum.

"Aku beri waktu sampai besok pagi paling telat jam sepuluh pagi."

"Tidak akan kami meminta maaf karena salah apa kami?" Kata mereka yang membuat semua juga merasa ini tak salah.

Kakek Daka terkekeh dalam hati tapi, wajahnya tetap tersenyum, kelicikan dari menantunya terlihat di wajah cucunya tapi, putrinya sangat tak mau melakuakn ini dan justru menerimanya.

Tiba-tiba bunyi pesan masuk di ponsel mereka yang mengatakan ketidak setujuan mereka setelah mereka mengatakan kalo mereka menyetujuinya dan menerimanya sebagai penerus perusahaan ini dengan di bawah pengawasan sang kakek.

Keluar Zidan mengikuti sang kakek yang merasa ini sudah tidak nyaman baginya juga kesehatannya. Asistennya mengekor lalu Zidan paling belakang.

Setelah pintu tertutup satu-persatu dari mereka menjauhi mereka yang menolak dan mencari aman dengan keluar ruangan.

Sampai di lobi utama kantor Zidan sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian santai.

Ia punya rencana sendiri dan akan menikmati hal menarik.

Memang bukan hal yang mudah menjadikan diri untuk tampil sempurna di mata manusia, apa yang harus Zidan lakukan makan hingga bagaimana cara ia tidur dan bernafas setiap hari.

Mereka hanya tau ketika itu bisa mereka lihat dan percaya.

Naik taksi mengarah ke pemakaman umum, sampai dan melihat tempat ini begitu sepi, langkahnya tetap melaju perlahan dengan setiap pijakan batu vaping.

Didepan kuburan sang ibu, sebuket bunga yang sebelumnya ia beli dan minta Umar anak buah Zaki menunggunya.

Tentang Umar dia laki-laki yang sama yang membantunya menangkap orang aneh yang mengintipnya di lokasi kecelakaan sang ibu.

"Terimakasih mar." Katanya.

Umar mengangguk dan memberikan ruang untuk Zidan dan makam ibunya.

Zidan mengusap pelan nisan sang ibu yang berdebu lalu meletakkan setiap tangkai tanpa bungkus bunga.

"Ini gak seberapa ya Umma, Zidan belum bisa manggil Umma jelas Umma udah pergi, Kenapa Umma milih jalan ini, kita bisa hidup bersama walau Umma gak sama ayah lagi," ucapnya.

"Umma tau, Zidan datang ke kota dan hampir lama sudah banyak keluarga yang menemui Zidan lebih dulu, seperti apa lingkungan orang-orang Umma sampai Zidan merasa kalo Zidan bukan anak yang lahir dari perempuan biasa, ini lebih dari kata Luar biasa Umma."

Zidan bangkit dan melihat kesekeliling lalu berjalan ke lain arah ia memandangi nisan pak Yanto dan Bude Ari.

Ini akibat Zidan mendekati mereka jadi lah umur mereka pendek.

Masing-masing mendapatkan tiga tangkai bunga.

Zidan di tengahnya dan berdoa, setetes air mata jatuh.

"Kita jalan Umar." Kata Zidan melangkah mendekati Umar yang masih tegap berdiri menunggunya.

Ia merasa merinding dengan hawa aneh didekat Zidan. Mungkin tidak membuat masalah adalah cara yang baik.

Didalam mobil setelah keduanya masuk bersama Zidan di belakang seorang melewati mobilnya dan itu adalah ayahnya.

Ia memperhatikan sang ayah mendekati makam sang ibu dan mengambil bunga dari Zidan lalu membuangnya.

Zidan mengepalkan tangannya.

"Tuan?"

"Tunggu sebentar Umar." Katanya.

Umar paham jika Zidan tak mau pergi dari tempat itu, Umar juga melihat plat mobil Algaz, sebelum masuk ke mobil.

"Baik." Jawabnya mempersilakan Zidan melakukan apa yang di maunya.

Di depannya Algaz duduk membaca doa dan berdiri berbalik badan, Zidan berdiri disana dengan pakaian santai tapi, sopan.

"Hari ini sangat cerah bahkan cuaca ini berpihak pada ku karena aku mau melihat Umma." Kata Zidan.

Algaz tersenyum.

"Kurasa awan mendung selalu membuatku ragu untuk keluar karena takut akan terkena hujannya." Jawabnya.

"Tidak semua hal bisa didapatkan, materi dan uang mu bukan apa-apa nya di bandingkan kesehatan dan kebahagian Umma ku."

Algaz tersenyum lagi.

"Dia memang Umma mu, dia juga istriku, masih istriku, aku tidak menceraikannya dan ia yang pergi dariku."

Mendecih.

"Anda sudah bisa paham jika Umma ku itu istri anda tapi, perbuatan anda seolah lupa punya anak berusia setahun dan istri yang sakit, sejauh mana Ayah melukai Umma Zidan tidak akan bisa membalasnya tapi, jika Ayah minta maaf pada Zidan jangan harap mudah mendapatkannya."

"Kurang ajar, kau sendiri menghamili wanita dan membunuhnya." Bentak Ayah didepan wajah Putranya.

Ekspresi datar Zidan sangat membuat siapapun merinding, Algaz bisa merasakannya.

"Ayahku saja tidak percaya dengan putranya dan menuduhnya, pantas kalian berdua cocok mengkhianati Umma." Berbalik pergi setelah melirik nisan Umma dengan wajah sedihnya tanpa Ayahnya sadar kesedihan di mata itu terlihat jelas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!