Diskotik terbesar

Zidan tidak akan membiarkan kejadian itu menghilang begitu saja, ia harus mencari tahu juga kenapa ibunya bisa meninggal dan menabrak pembatas jalan walau hasilnya memang hal wajar Zidan tetap akan cari tau.

Disini tepat jam dua belas malam Zidan pergi ke diskotik terbesar di ibu kota, dari informasi Ucup bilang disini harus bisa tahan sampai pagi, Ucup menjelaskan tetang hal yang aneh bakalan Zidan lihat disana.

"Menjijikan." Katanya melihat wanita dan pria duduk sambil berciuman dan bahkan ada yang melakukan di tempat umum ini di dekat teman-temannya yang masih minum dan menghisap sesuatu dari sedot kaca atau tabung kaca.

Zidan mendekat ke bar saat melihat wajah kenalannya Ucup.

"Ucup."

Pria dengan setelan pelayan bar menatap tajam. Siapa laki-laki ini ia belum ada pemberitahuan akan di hampiri orang asing, nama Ucup membuatnya curiga.

"Ruangan belakang, ayo." Katanya mengajak Zidan pergi.

Saat masuk kesana Zidan tidak diam saja ia melihat sekitar lalu duduk di hadapan temannya Ucup.

"Nama gue Rega, panggil aja Ega, Lu tau gue dari Ucup ya, ada yang mau lu cari tahu tapi, bayarannya gak murah."

"Berapapun asal itu memang benar dan asli, jika salah aku yang akan membuatmu di permalukan."

Zidan melihat wajah yang kesal sambil tersenyum miring.

"Ok."

Ega mengeluarkan tabletnya dan mengidupkan laptopnya tepat di dalam ruangan ini hanya mereka berdua.

"Hoii.." Jawabnya saat telpon yang berdering mengganggunya, sudah di angkat.

"Iyaa gantiin gue bentar ada urusan, yaa Thanks."

Zidan mendengar dan diam saja. Sejam berlalu. Zidan memainkan ponselnya duduk di samping Ega, sampai sebuah alat printer berbunyi.

"Boleh minta email?" Zidan memberikan barcodenya dan terkirim file melalu barcode dari berbagi file nya.

Ponselnya berdering tanda file berhasil tersimpan di ponselnya.

"Gue gak akan setengahnya membantu pelanggan, Lu gak bisa nyembunyiin semuanya sekarang karena bukan lu doang yang di incer. Anak cacat, cewek itu selalu di ikuti pembunuh bayaran, kalo gasalah hampir matikan?"

"Makasih." Kata Zidan menarik kertas yang di berikan Ega dan meraih ponselnya di atas meja samping keyboard Ega. Tak mau membahas tentang Faruda waktu itu, ia pasti sudah mengorek semuanya dalam sejam lebih beberapa menit.

"Zidan Haidar Agasarah, Gue harap kita ketemu lagi." Kata Ega semangat, memutar kursi menghadap Zidan yang melangkah menjauh menghampiri pintu kekuar.

"Ini yang terakhir untuk ini." Kata Zidan.

"Hati-hati sama Algaz, dia bukan orang yang baru bermain-main." Saran ega dengan ekspresi penuh ke sombongan dan sangat senang memberi saran pada Zidan.

Zidan terdiam tangannya mau meraih pegangan pintu seketika, menoleh dan menghentikan untuk membuka pintu.

"Cuman Bisma Raden Adipati yang bisa Lo percaya sisanya lo harus dapet penilaian sendiri, informasi yang gue kasih ini termasuk bonus karena gue kasihan sama lo, kita se nasib tapi, lo tetep orang berada sedangkan gue gak bakalan bisa." Jelasnya tanpa Zidan minta.

Zidan berbalik benar-benar pergi tanpa mengucapkan apapun.

Ia keluar dari ruangan belakang bar lengkap dengan tas dan topi hitam. Tanpa ada yang kenal dengannya Zidan keluar lewat pintu belakang.

Barusan ia keluar gang belakang seseorang mengikuti dari belakang ceoat ia memukulan di leher belakang membuatnya pusing.

Jatuh berlutut dengan rasa pusing.

"Maaf Zidan." Suara laki-laki yang Zidan dengar sebelum pingsan dan benar-benar lemas tak sadar.

*****

"Jangan sampai ada yang tau mau siapapun, anak ini..." Katanya terhenti saat suara lain menyelanya.

Dalam ruangan terlihat seperti ruang kerja dengan rak buku di beberapa isi lalu karpet dan di sofa panjang itu Zidan terbaring.

"Siapa yang anda maksud tidak boleh tahu apapun, apa yang mau anda sembunyikan lagi." Zidan menatap langit-langit dan bergerak duduk tiba-tiba memperhatikan lantai yang bayangannya kabur dimatanya, menggeleng berharap reda rasa pusingnya dan menahan sakit belakang kepalanya dari ekspresi wajahnya.

Zidan bangkit dan mencari tasnya membukanya dan melemparnya sembarang tempat.

Wajahnya sangat marah ia mencari sesuatu.

"Kembalikan apa yang kudapatkan tadi, Anda tidak berhak mengganggu saya."

"Zidan.. Pakde hanya membantu Nak."

"Cih Pakde.. siapa yang anda sedang ajak bicara, saya asing dan anda asing." Jelas Zidan membuat Bisma menarik nafas dan menghela nafas panjang.

Bisma dihadapan Zidan tidak bisa lagi menentang ucapan yang akan keluar dari mulut Zidan, ekspresi anak itu begitu seram menekan orang di hadapannya tanpa mau tau dia tua atau muda.

"BERIKAN!" Bentak nya menatap Zaki.

Sasaran yang tepat. Zaki melirik Bisma.

Tau Bisma di lirik Zaki menghela nafasnya memejam matanya menahan amarahnya.

Bisma mengambilnya dari tangan Zaki yang mengulurkan plastik berisi kertas print tadi dan memberikannya pada Zidan. Mengambilnya paksa dan membaca tiap lembarnya.

Lirikan tajam di Zaki membuat seteguk ludah masuk kedalam tenggorokan Zaki.

"Minggir!" Zidan pergi membawa tas dan kertas itu untuk keluar ruangan ini.

Bisma harus menahannya.

"Jangan lakukan itu, Umma mu tau kau akan melakukan ini nak, Umma memang membuat pilihan yang tepat."

Zidan tak bisa lagi menahan amarahnya kepalan tangannya kuat.

Langkahnya terhenti tepat di depan pintu yang sedikit terbuka.

"Seberapa bahaya dia sampai Umma ku yang malang takut, Hah... aku tidak perduli apapun itu, hidup Ummaku hancur hidup adik tiriku yang tidak tau apapun juga hampir berakhir, apa aku sebagai kakak hanya diam, sebagai anak hanya diam... kalian diam saja karena kalian tidak berdiri di posisiku sebagai Zidan! Apa mau kalian Hah!Kalian tidak mencariku! Kalian bahkan pura-pura tidak kenal, apa lagi yang mau kalian tunjukkan, Apa-apa? Kalian hanya menghalangiku! Mengatakan jika pilihan Ummaku benar dan semuanya memang seharusnya jangan di lakukan, Apa yang kalian tau tentang penderitaan Ummaku selama ini, Ayahku ayah yang jijik aku sebut membuat Umma sakit bahkan ingin memulai kebahagiannya pun harus menerima wanita lain, apa ini cara yang mau kalian perlihatkan untuk menghentikan aku, Dua puluh tahun berlalu, Umma tak ada dan aku sendiri diama kalian? Dimana?"

Bisma memerintahkan Zaki keluar dan menutup pintu.

"Umma mu hanya mau kau tumbuh dengan baik dan menjadi anak yang baik dengan mencari tujuan hidup mu, Biarkan Algaz...biar Algaz mendapat karma atas tindakannya." Jelas Bisma dengan tenang.

"Zidan, Pakde memang tidak ada saat itu dan yakin satu hal Pakde ada di pihakmu ini demi hidupmu dan juga orang mau kamu lindungi. Pakde akan jaga kamu."

Tangis Zidan akhirnya jatuh, ini memalukan! Segera tangannya terus menghapus air mata yang keluar, ini membuatnya malu dan lemah.

Menghapusnya dan melangkah kepintu segera keluar.

"Baik-baiklah Pakde akan membiarkanmu tapi, kamu dengarkan ucapan Pakde untuk kali ini, Kamu harus bisa hidup dengan baik urus semua yang ibu mu tinggalkan, Pakde akan membebaskanmu." Tangan Bisma terangkat tanda menyerah.

Zidan kembali menghentikan langkahnya tepat didepan pintu.

Zidan berbalik dan menatap Bisma. Tersenyum Bisma menurunkan kedua tangannya.

****

Kembali bekerja setelah malam tadi tertahan di rumah Bisma. Dalam malam hingga waktu subuh Zidan hanya ingin tenang dan diam, berakhir sendiri dengan kesepiannya.

Ia tertawa hanya menutup kesedihan nya ia banyak bicara dan bergaul seperti tanpa tidak ada hal yang harus di tutupi.

"Woyy bro, gimana semalem diskotiknya lumayan, ketemu Ega?"

"Zidan!" Panggil Ucup, merasa tak ada sahutan apa melamun anak ini.

"Eh iyaa, cup, apaan !"

"Gimana?" Tatapannya penasaran alis turun naik.

"Manteb lah lumayan ngilangin stres, nyoba gue disana."

"What.. apa lo nyoba apaan, cerita ama gue penasaran gue masalahnya gue gak bisa ke diskotik karena bokap ustad komplek juga pak Rw."

"Adalah, ntar tanya ae dika." Ucup bingung.

"Kok Dika sih?"

Dika yang sedang di sebut namanya malah berpapasan.

"Ceweknya cakep." Bisik Zidan seketika itu Ucup meringis seperti mendapatkan bahan ejekan untuk Dika. Merasa tatapan keduanya mencurigakan Dika pura-pura tenang.

Ucup memanggil Dika dengan horor. Mengumpat sebal langsung pergi tanpa mau mendengar suara dari Ucup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!