Zidan duduk diam dia Balkon Lima saat asik meminum susu murni kaleng ia mendengar suara deheman.
Menoleh ternyata Aisya membawa sesuatu di plastik.
"Makan nih!" Katanya menyodorkan bungkus plastik.
"Apa ini?" Katanya bertanya.
"Masih banyak urusan sama ayah, apa aja yang di omongin."
"Umma." Jawab Zidan singkat dan membuka kotak bekal berisi roti dan buah.
"Umur kita beda, gak nyangka Aku ketemu kamu di saat gak terduga, kita masih sepupu, Zidan panggil aku kakak ya..." Zidan melirik seketika menatap kedepan.
"Dianggep setuju." Zidan diam saja dengan ucapan Aisyah.
Aisyah adalah kakak sepupu dari Pakde Bisma dan Algaz adalah ayah kandungnya.
Aisyah itu sepupu dari pihak ayah dan yang bisa membatu Zidan untuk nanti jika di butuhkan, dari kata Ega adalah Pakde Bisma. Apa yang akan Zidan lakukan dengan semua hubungan yang terkelupas memperlihatkan warna nya masing-masing.
Harusnya ia lebih dulu bertemu kakek nenek kandungnya kenapa hanya bertemu pakde dan Aisyah juga Ayah yang tidak tau malu itu.
Mengingat ayah nya, Zidan melihat tangan yang di kepalnya sempat memukul wajah ayahnya.
Lecetnya hampir hilang dan sekarang hanya mengambil keputusan tepat kedepannya. Apa Zidan harus ikut dengan perkataan Bisma, percaya dengan Bisma, apa Farida akan selamat.
Anak itu, Farida tidak sekuat Zidan dia perempuan dan bisa saja terluka lebih cepat. Zidan tak bisa melepaskannya lagi pada Algaz dan Istri yang tak bertanggung jawab atas anak.
"Diem aje.. mikir apaan Zidan?" Aisyah mengkagetkannya mengetuk pelan meja depan wadah bekal yang rotinya tinggal sepotong lagi.
"Hidup ku."
Zidan mengambil semua rotinya dan menutup lalu memberikan pada Aisyah lagi.
"Terimakasih makan siangnya, Kakak." Ucapnya sempat terjeda lalu membuat Aisyah senang.
"Ini tidak akan mudah kedepannya Zidan semua orang tau kamu Zidan kecuali, mereka bisa jaga rahasia, saat ini ayahku mungkin berusaha menyembunyikannya dan menutup setiap kebocoran yang tiba-tiba terlihat."
Mendecih Aisyah. Melihat wadah bekal dan memakan anggur dengan santainya.
"Ini buah yang enak kenapa dia gak mau."
Selesai kerja Zidan pergi ke rumah sakit ia mau menjenguk Bude Ari yang pernah jadi asisten di rumah Ummanya.
Saat akan mendatangi kamarnya. Zidan merasa melihat sesuatu.
"Hei!" Teriaknya seketika menarik kerah baju orang itu sampai robek dan terlihat tato ular di lehernya bentuknya besar di leher belakang hanya bagian badan ular.
Zidan membuat kegaduhan sampai membuat beberapa perawat yang ada didalam kamar pasien sebelah keluar.
Polisi datang kerumah sakit dan mendatangi Zidan. Masih berdiri didepan ruang rawat Bude ari yang di penuhi keluarga pasien yang penasaran.
Bude Ari meninggal, Zidan tidak bisa mengejar orang itu. Marah pada dirinya sendiri dan semua orang Zidan marah, ini pasti perbuatan Bisma ia sengaja melakukannya.
Zidan tak bisa tinggal diam.
Tak lama dokter tampan mendekat kearah Zidan tinggi menjulang dan kaca mata kotak kecil.
"Kamu yang sering datang jenguk ibuku?" Zidan tadinya marah tapi, mendadak terdiam.
"Iya."
"Boleh bicara sebentar." Katanya mengajak Zidan untuk pergi dari sana sebentar.
Disini di balkon keduanya menatap keluar pagar balkon rumah sakit diatap.
"Apa yang ibuku bicarakan padamu, Kamu masih keliatan mudakan, aku pasti lebih tua darimu?"
"Iya, Aku hanya membicarakan tentang keluargaku."
Laki-laki di sebelah Zidan tersenyum dan memebenahi kaca matanya.
"Kamu tau, aku tidak menangis atau terkejut, aku tahu kamu pasti tau siapa aku, aku sudah mempersiapkan diri kemungkinan ini karena ayahku juga barusan kecelakaan siang tadi dan malam ini ibuku, aku memindahkan semua keluargaku jauh dariku sekarang, kaluargamu sangat berbahaya ya." Katanya terdengar menyedihkan, Zidan bingung maksudnya apa dugaan Zidan salah, kalo ini perbuatan anggota keluarganya.
"Nama kamu Zidan Haidar Agasarah, putra sematawayangnya Ibu Sarah Aziklia? Iya kan?" Melihat kebawah lalu menghadap ke Zidan.
Zidan masih diam tangannya terkepal kuat.
"Sebelum kamu muncul semuanya baik-baik saja dan kamu tau keluargaku diambang kehancuran saat kamu mendekat, Aku tidak percaya kamu di buang Bu sarah, beliau memang baik tapi, kamu mirip dengan Pak Algaz, jadi tolong urus kelurgamu dengan baik dan kabari aku jika kalian sudah berbaikan, jangan membuat keluargaku hancur."
Putra Bude Ari, Aryansyah berjalan pergi dengan langkah tegapnya dan air mata, ia kecewa dan marah sendiri kenapa ia tak bisa memukul wajah itu wajah yang membuatnya kesal tapi, mata itu milik Bu sarah. Aryan sadar siapa Bu sarah dan Zidan pasti akan membantunya walaupun terlambat.
Di depan rumah Bisma, sudah hampir sunyi daerah ini Zidan mengetuk pintu pagar dan tidak ada sahutan. Memanjat masuk dan berjalan keteras dengan sangat santai.
"Pakde! Buka pintunya!" Teriak Zidan emosi.
Berjalan kesamping dan melihat di tepi kolam ikan dekat taman seseorang duduk disana dan di belakangnya laki-laki yang sering didekatnya.
"Ada apa?" Santainya.
Mendekat Zidan dan Zaki juga mendekat.
"Zaki." Panggil Bisma membuatnya berhenti dan mengerti untuk pergi membiarkan Tuannya bicara dengan keponakannya.
"Malam ini Bude Ari meninggal karena orang lain dan Pakde Yanto juga kecelakaan, putranya Aryan mendatangiku, dia tidak marah atau memukulku, Apa yang Pakde lakukan, Pakde jelas memiliki kekuasaan luas tapi, jangan libat kan mereka, aku akan patuh tapi, jangan lukai siapapun Pakde!"
Meletakkan bukunya dan menepuk kursi disebelahnya.
Zidan melihatnya saja.
"Duduk dulu Zidan aku akan jelaskan padamu, nak."
Zidan menurut dan duduk.
"Aku tidak tau apapun yang mereka lakukan aku mengakui, aku memang mengamati dan menjagamu tapi, aku bukan kriminal, aku tak membuat mereka tutup mulut dengan cara itu, kau sedih?"
Zidan menatap lain arah, buang muka menghi dari perhatian Bisma.
"Bagian ini gak akan gak kamu temui, Pakde tau perasaan itu."
Karena Bisma merasakannya saat melihat mayat Sarah didalam mobil yang menabrak pembatas jalan. Putranya duduk bersama Bisma sekarang.
"Kehidupan kamu tidak mudah, apa yang mau kamu lakukan, lakukanlah Pakde akan bantu tapi, kamu harus bicara dengan Pakde."
Amarah Zidan sudah sangat tak bisa di tahan ia terus marah dan marah kenapa mereka di libatkan kenapa ini sulit sekali, kenapa malah merenggut nyawa? Kenapa?
"Zidan tidak mau."
Bangkit dan bernjak dari sana.
"Pakde tidak bisa melakukan apapun jika kamu tidak mau, Mereka yang tiada mungkin akan bertambah karena kamu tidak bisa membantu mereka, jika Pakde yang melakukannya Pakde sama saja ikut campur tanpa tahu malu, jika kamu disana Pakde ada alasan membantu mereka, dan itu jelas."
Zidan yang sudah melangkah beberapa langkah berhenti mendengar ucapan Bisma.
"Zidan bisa sendiri."
Keras kepala! Bisik Bisma.
Di tempat yang tak jauh dari sana pria yang baju belakangnya sobek karena tarikan Zidan di tampar habis oleh pria yang punya kuasa atas dirinya.
"Lakukan dengan benar jangan sampai anak itu tahu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments