Secangkir racun kopi

Selesai merapikan dan membersihkan kostnya, Zidan menyiapkan keperluannya untuk masuk kerja hari ini dan apa saya yang di minta di email sudah ia siapkan.

Dan saat keluar kamar ia keluar bersamaan dengan Aisya, hijap rapih menutup dada dan juga kartu pegawai yang di kalungkan.

"Eh dah mau berangkat bang?"

"Kerja dimana?" Tanya Aisyah.

"Hotel Posaiden." Jawabnya singkat lalu melewati Aisyah.

Sedikit dingin ini, Aisyah cuek sajalah lagian buat apa ia tahu sesuatu dari abang itu.

Nanti dia memang sedang menjaga hati.

Keduanya keluar kost dan Zidan naik ojek yang sudah ia pesan datang tepat saat ia keluar gerbang, pas sekali waktunya.

Perjalan ke posaiden cukup beberapa puluh menit sampai akhirnya tiba dan segera Zidan masuk untuk wawancara.

Duduk di ruang tunggu bersama orang yang memang sedang menunggu. Tiba-tiba satpam menghampiri Zidan.

"Permisi Pak, anda yang namanya Zidan?"

"Oh iya, pak saya."

"Saya di minta beliau memanggil bapak, untuk wawancara karena, disini bukan tempatnya." Jelas satpam itu. Zidan mengangguk saja dan mengikuti langkah satpam itu pergi dari ruang tunggu yang sepertinya, Zidan baca semalam ini tempatnya.

"Di sini silakan." Kata satpam itu dan melangkah masuk setelah mengetuk.

Sorang laki-laki tegap duduk di kursinya dan kaca mata kotak kecil bertengger di hidungnya.

Sibuk membaca kertas-kertas dalam map.

Saat masuk Zidan bingung harus apa tapi, ia tak memperlihatkan rasa gugupnya.

"Saya Bisma." Katanya sambil menatap Zidan. Dimintanya duduk di hadapannya dengan berdiri dari duduknya tanpa bersalaman, kelima jarinya mengarahkan kursi didepan mejanya.

Bisma memperhatikan wajah Zidan dengan perlahan bahkan semua bentuk tubuh ini mirip Baj*ngan itu.

Kesal dalam hati Bisma sekarang.

"Siapa nama lengkap?"

"Zidan... Zidan Haidar Agasarah." Ingin menjawab dengan nama palsu tapi, hatinya merasa berat, bailah asli saja toh didepannya ini juga orang asing tang tidak di kenal.

"Tinggal dimana?" Tanya sambil menggulir layar tablet di tangannya.

"Di sebrang daerah jauh dari perkotaan, Saya... Tinggal di panti." Tempat tinggal ini membuat Zidan terpaksa jujur padahal panti asuhan itu harus tetap di rahasiakan kata Umma Fatin.

Kaget seluruh badan Bisma, ia tegang sekarang, kenapa ini sama seperti yang Sarah tulis di kertas saat hujan itu kertas yang hampir hancur karena hujan itu masih jelas ia ingat.

"Panti asuhan? Kemana orang tua kamu?" Pura-pura Bisma tenang dan seolah ia tak paham juga ingin tahu saja apa yang terjadi kenapa tinggal di panti asuhan.

"Saya dari bayi disana dan saya tidak seberapa ingat tapi, saya tak mau mencari tahunya, saya akan melanjutkan hidup saya sendiri." Tegas dan tidak mudah goyah ini adalah prinsip juga tekad sarah, keras kepalanya dua kali lipat lebih besar dari Sarah.

Ah ya, Bisma mulai hampir melewati batas kerena jawaban tegas dan jelas anak muda ini.

"Kenapa kamu melamar di hotel ini, bukannya ini berbeda dari jurusan di sekolah Smk yang kamu ambil?"

Pertanyaan nya sejak tadi membuat Zidan harus bertahan sabar dan juga hati-hati.

"Kamu tidak perlu membuka rahasia pribadimu pada saya, Saya hanya hrd disini dan kamu bisa langsung bekerja sebagai petugas kebersihan."

"Terimakasih jawaban jujur kamu, karena umur masih dua puluh tahun dan tubuhmu besar, hampir saya terkecoh."

"Ini formulir dan isi semuanya disini sekarang aku akan menunggumu."

Setelah selesai mengisi Bisma menerima dan membacanya.

"Maaf pak, saya akan menjawabnya pertanyaan tadi."

Bisma menurunkan kertas dan menaruhnya di atas tabletnya.

"Saya rasa ini aneh jika saya percaya dengan orang yang baru saya temui tapi, saya merasa Bapak bisa membantu saya."

"Katakan saja ini waktu kita hanya berdua karena aku tak ada jadwal lagi setelahnya." Bahasa Bisma sudah tidak formal lagi.

Zidan menatap cemas lalu tenang lagi.

"Saya mencari perempuan bernama Sarah dan saya mau bertanya untuk apa ia menaruh saya disana, lulusan saya dan juga keinginan kerja saya bisa berubah tergantung kondisi."

"Saya sengaja mencari tempat tinggi agar saya bisa melihat banyak tempat dari ketinggian."

Bisma tersenyum tipis, kalimat terakhir yang di ucapkan mirip dengan Algaz saat akan menjadikan Sarah istri terbaiknya, satu-satunya.

Tapi, Badai datang saat pohon semakin tumbuh tinggi keatas dan juga terlihat kokoh, indah di pandang.

"Saya pernah mendengar nama itu, dia pemilik butik terkenal dengan banyak produk ia jual, Mall dekat Hotel ini yang paling besar adalah miliknya, ia mengelola dari sebelum menikah."

Sepertinya ini akan mudah pikir Zidan akan akan segera bertemu dengan ibunya, dan banyak pertanyaan muncul di kepalanya.

Zidan senang sampai ia tak bisa menahan kesedihannya. Bisma melihat ekspresi terluka yang tertutupi dari wajah datarnya.

"Hari ini saja mulai kerjanya karena saya butuh, silakan datangi orang tadi, yang menemuimu, dia ada dimeja resepsionis namanya Galen."

Zidan mengangguk dan keluar dari ruangan Bisma.

Di saat itu Bisma juga keluar dari ruangan hrd.

"Panggil Hard ke sini." Panggilnya lewat telpon yang baru saja tersambung.

Tak lama Hrd datang dari lif lain saat Zidan turun.

"Jangan ada yang tau kalo aku sendiri yang mewawan carainya, ini membuatku pusing, jika bukan karena Ibu ini tak akan mau aku lakukan."

Zidan di beri tugas pertama untuk membuat kopi dan kopi itu itu di berikan pada tamu yang sejak tadi membuat ulah.

Saat akan mengambil tugas membersihkan seseorang tanpa sengaja memberinya perintah.

"Kau yang disana, bukannya masuk dapur dan berikan kopi ini!" Teriak orang itu yang Zidan sendiri tidak tau dia siapa.

Zidan menurut saja.

Saat kopi di hantarkan mereka yang melihat Zidan terpana bahkan mereka sengaja membuat ulah di dalam kopi itu.

"Ini racun! Siapa yang membuat kopi dengan racun didalamnya?" Teriak wanita cantik dengan balutan baju formal didepan meja bundar resto hotel.

Zidan melangkah pergi dengan acuh setelah meletakkan kopi dan tak berhenti saat orang itu berteriak keras.

Wanita yang membuat onar itu mendekat ke Zidan dan menyiramnya dari belakang.

Buakn baju Zidan yang basah tapi, Bajunya.

"Saya yang bertanggung jawab atas resto, Saya Aisyah... Saya tidak bisa membiarkan ini terus terjadi, Kamu pegawai baru silakan pergi ambil bagian tugasmu, kamu bukan bagian Resto ini tapi kebersihan."

"Maaf." Bisiknya.

Zidan pergi begitu saja dan wanita tadi masih syok dengan air jeruk yang di siramkan ke bajunya oleh Aisyah.

"Maaf atas ketidak nyamanannya," ucap Aisyah pada semua pelanggan Resto hotel ini.

Petugas keaman datang menyeret perempuan tadi.

Zidan yang mengambil tugasnya seketika di hampiri seorang laki-laki yang sepertinya satu bagian dengannya.

"Halo kenalan, Gue Salman." Mengulurkan tangannya, Zidan tersenyum tipis menyambut dan menjawab namanya.

"Oh Zidan."

"Tenang aja Zid kamu gak salah kok, ketauan orang itu sendiri mau buat nama baik hotel ini jelek, waktu itu udah ada yang kena tapi, nasibnya buruk dia malah di penjara dengan tuduhan berat tapi, dia emang ada hubungannya karena disendiri gak tau itu."

"Ya udahlah lagian itu masa laku sekarang kita harus kerja."

Salman dan Zidan mengambil jalur beda untuk membersihkan setiap kamar yang sudah di beritahu oleh petugas, yang mana tamu sudah tidak ada.

Saat pintu ruangan tempat Zidan bertugas di buka saat itu dari dalam pintu ruangan Algaz dan istri keduanya di tarik buka.

Ternyata hanya kamar mereka bersebelahan. Algaz kekuar dan Zidan masuk kedalam kamar itu.

Perempuan yang mengikuti Algaz keluar menoleh kebelakang melihat pegawai kebersihan yang tampan.

Dari maskernya saja sudah bisa terlihat kalo dia tampan pikir istrinkedua Algaz.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!