Situasinya

Baru akan melangkah masuk kedalam ruang kebersihan Zidan melihat para resepsionis sedang bicara di samping ruang kebersihan, ruangan loker dan ganti khusus pegawai perempuan.

Zidan mendekat dan meminta nomor ponsel mereka.

Seketika itu hawa tak nyawan terasa di dekatnya lebih tepatnya memperhatikannya.

"Udah ini aja.."

"Iyaa Zul..."

"Zulikah aja Zidan.. kita beda dua tahun santai."

Zidan mengangguk malu, lirikan matanya mengikuti gerakan tubuh yang berbalik pergi meinggalkan Zulikah.

Zidan pergi setelah mendapatkan apa yang ia mau sekarang tinggal ia atur mau bagaimana jadinya.

"Ini kesepakan kerja ya aku akan bayar untuk mendapatkan informasi dari teman-teman mu mengenai Algaz, Bisma dan keluarganya." Isi pesan chat yang terkirim ke Zulikah.

Tersenyum tipis Zulikah menerusan pesan chat itu kedalam grup pesan miliknya yang terlihat rahasia karena isi grup itu adalah hal-hal yang tak boleh banyak orang luar grup ini tahu.

Pesan masuk dari Zidan di masukkan Zulika kedalam grup dan admin mengubah bentuk chatnya ia membuat semua orang yang ada di kontak telpon Zulika menghubunginya. Pesan dari Zidan yang di ubah admin grub lalu di teruskan masuk ke ponsel mereka masing-masing, seketika itu mereka mendapatkan kiriman uang masuk nilainya cukup untuk mendapatkan informasi detail, uang dari Zidan cukup banyak dan Zulika mengirim mereka uang balasan informasi yang masuk.

"Semudah ini cara kerjanya, Zidan...Zidan." Kata Zulika lalu keluar dari ruang loker pegawai dengan jaket levis dan celana panjang kantong samping.

Sebelum semuanya lancar didapatkan.

"Apa yang bisa di bersihkan?" Tanya Zulika.

"Bagaimana kalo perkenalan dan tukar nomor ponsel?"

"Pertanyaan di balas pertanyaan, Zidan apa yang kamu mau cari?"

Zidan tersenyum.

"Scan nomorku simpan." Katanya Zulika melakukannya lebih dulu dan Zidan mengetik beberapa kalimat.

Seketika Zulika tersenyum.

"Tebakan yang benar, Aku sedang sendiri." Zulika tersenyum manis dan menatap semua teman perempuan yang tadi bersamanya dan memainkan mata.

"Haah yaa, Zidan mau apa?" Tanya mereka.

Orang di balik pintu mendengarkannya.

"Boleh minta juga?" Kata Zidan. Senyumannya sangat manis. Mereka hampir gagal fokus.

"Udah ini aja?" Tanya Zulika.

"Iya Zul."

"Kita duluan yaa kalian jangan kelamaan disini."

Zidan tersenyum ramah lalu di tinggalkannya keduanya di ruangan ini. Sepi sekali.

"Jadi Zidan ? Apa yang mau kamu dapatkan, Ega membocorkannya kalo aku tahu, sungguh sengsara yang tidak menyenangkan... Kau tau ini kasus kematian yang rumit."

Zidan tersenyum berbalik pergi...

Akh yaa senyuman itu membuat Zulika tertekan.

Dari kepergian Zidan. Zulika dengan cepat mendapatkan apa yang ia cari dan keuntungan yang di bagi rata.

*****

Saat hari berganti dengan cepat dan tidak terasa musim juga berganti bahkan Zidan bisa menghitung beberapa kali ia bisa demam.

Ini hanya lelah saja, ia akan berangkat kerja walau hidungnya terus pilek.

Dengan masker hitam, Zidan masuk kerja hari ini.

"Lu tahu apa tentang kelurganya, Bu Sarah itu mati karena sabotase rem," ucap seorang penerima tamu.

"Mana ada kayak gitu, mobil semewah itu sistemnya keamanannya tinggi."

Zidan berlalu pergi saat melewati pintu depan hotel.

Di saat yang sama di area dapur.

"Kemarin Pak Bisma dapet kunjungan perempuan di ruangannya itu aneh tapi, statusnya duda sih."

Zidan menghela nafas bukan informasi ini yang Zidan mau, kenapa ini terus bermunculan.

Waktu berjalan mendorong troli alat kebersihan tak sengaja mereka berpapasan.

Nenek Tika keluar dari ruang area pengawas mall dan sempat melihat Zidan yang berjalan mendorong troli kebersihan dengan masker hitamnya.

Nenek Tika sudah melewatinya tapi, perasaannya tidak tenang.

Saat selesai Zidan dengan tugas kebersihannya, dari arah lain di belakangi Zidan tiba-tiba Ucup menghampirinya.

"Bodyguardnya Bu Tika nyariin Lo katanya mau di minta ketemu Bu Tika."

Zidan menatap Ucup.

"Ngapain? Siapa bu Tika itu, aku gak kenal lah." Katanya sangat malas, jujur saja Zidan tidak siap jika ini kejutan karena sejak tadi jantungnya terus bedebar tak karuan.

"Zidannn.." Jerit suara di tahan Ucup. Gemas rasanya.

"Udah ayo, lu tuh di tungguin dodol!"

Mendorong nekat troli Zidan supaya si empunya mengikutinya.

Kini didepan pintu kamarnya Nenek Tika, orang tinggi besar tegap itu mengetuknya mewakili Zidan. Zidan tak banyak bicara mengikuti bawahan dari orang bernama Bu Tika ini.

Mendengar suara dari dalam baru keduanya membuka dan masuk.

"Zidan.. masuk nak." Suara nya membuat Zidan sesak.

Siapa dia?

"Zidan." Suara Bisma terdengar dan dia ada dihadapan nenek itu dengan minum sesuatu didalam cangkirnya.

"Maaf saya..."

Tatapan Nenek Tika berembun. Bisma memperhatikan sikap Zidan.

"Kau tidak lelah, duduk lah." Katanya, Zidan mematuhi ucapan Bisma.

Bisma mulai menegakkan duduk nya dan serius ekspresinya.

"Zidan salim dan sapa nenek dari ibumu."

Debarannya semakin kuat Zidan tidak bisa menahannya ia menangis seketika itu menunduk tanpa mau mengangkat kepalanya.

"Zidan... cucuku, boleh nenek peluk nak?" Umma Tika menunggu jawabannya.

Sampai isakan terdengar menyedihkan.

"Iya..." Segera Nenek memeluk sang cucu yang lama ia rindukan bahkan tangan Zidan sangat memilukan, ah ya perkumpulan dua orang yang membuat Bisma hampir menangis juga.

"Nenek... Neneknya Zidan." Tanya nya sambil menangis dan itu sempat memperlihatkan wajah bocah cengeng yang membuat Bisma sadar kalo anak ini sangat kuat bahkan ia sangat menerima semua keberatan dalam hidupnya tanpa ibu dan ayah yang selalu mendukungnya.

Zidan malang dan tak akan pernah bisa terlihat lemah.

"Nah sekarang apa yang Zidan minta ke Om Bisma? Nenek mau kamu tinggal sama Nenek ya... nenek cuman ada kakek, semuanya sibuk," ucap Nenek Tika.

"Boleh nek?"

Nenek kembali menangis dengan pertanyaan Zidan yang terdengar biasa tapi, Nenek mendengar itu seolah Zidan sangat di larang menemui sampai dekat dengan kakek neneknya dan di hukum menjauhi keluarganya.

"Boleh sayang boleh, Cucu nenek.. Boleh..."

Zidan tersenyum. Seketika sadar dan menatap Bisma malu-malu. Cepat-cepat wajahnya di bersihkan dari air mata.

"Semuanya sudah di siapkan, terserah kamu mau bagaimana kamu harus urus ini Zidan." Meletakkan tumpukan dokumen.

"Zidan mau membayar ayah..." Nenek menggeleng memegang tangan Zidan.

"Nak... ayah kamu itu ud!h hidup dengan ustri barunya, Zidan gak usah urusin mereka ya."

"Tapi, perlakuan ayah ke Umma itu buat Zidan sakit Nek, Zidan gak mau punya darah daging dari laki-laki yang gak bisa tanggung jawab dan jaga diri bahkan bisa sampai membuat malu Umma diulang tahun pertama ku, Nek... nenek percaya Zidan gak akan melewati batas kan?"

Nenek Tika terdiam.

"Nenek percaya, dan sekarang nenek akan pulang dan bilang pada kakek dulu ya." Katanya pamit karena ponselnya sudah berdering dengan nomor dari sang suami.

"Iyaa.. nek."Nenek yang melangkah keluar situasinya berubah seketika.

"Dasar licik, kau sangat berbeda, apa yang kau rencanakan rubah gila."

"Pakde tidak bisa menembunyika. ekspresi itu, kenapa Pakde tidak memberi tahu ku lebih cepat kenapa harus bertele-tele."

"Selama ini Algaz selalu memperhatikan mu, situasinya tak akan bisa berpihak padamu, bagaimana dengan kejutanku.. Mengerikan atau membuatmu cengeng."

"Diam lah pakde, aku malu."

Bisma tertawa terbahak bahak. Sampai kedua asistennya didepan pintu bergidik ngeri mereka berdua merinding sebadan dan kaget sekaligus saat lebih keras tawa Bisma di dalam sana.

"Kurasa hari ini kau akan mati."

"Tidak bisa kau sudah di minta mencetak buku yasin dengan fotomu."

Keduanya saling mengumpat karena saking kaget takut dan khawatir berlebihan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!