Masih didalam ruangan Nenek Tika tadi, keduanya masih saling diam untuk saling pandang di beberapa menit sebelumnya Zidan buka suara.
"Kejadian kecelakaan Umma pertama yang akan aku cari tahu dan aku akan tahu siapa saja yang terlibat, lalu aku akan datang ke Pakde..."
Bisma tersenyum.
"Itu kecelakaan kosong tak ada apapun yang akan kamu temukan."
"Baiklah, Pakde udah bilang gitu, aku harus lebih teliti lagi mencarinya," ucap nya dengan percaya diri. Seketika itu ponsel Bisma berdering dengan nama Algaz.
"Pakde masih berhubungan dekat." Kata Zidan melihat layar ponsel Bisma dengan nama yang membuat Zidan marah sekali sekarang.
"Keluarga, bagaimana? Dan jika benci dengan saudara jangan perlihatkan, jika bisa buat dia kalah dalam permainannya yang sok sok an mau jadi super hero."
Zidan tersenyum miring.
"Superhero yang masa penahannya di penjara di perpendek atau tidak akan pernah di penjara... Zidan mau Umma ada didekat Zidan dan orang itu yang buat hancur semuanya sampai nyawa Umma akhirnya milih pulang ke Allah."
"Jika kamu memang marah jangan lupa, jika ayahmu tidak ada kamu tidak akan terlahir." Bisma yang sebelumnya menatap kedepan berakhir menatap Zidan yang berdiri didepannya.
Mendecih dan pergi dari sana.
Kedua pengawal di depan pintu terkejut dan hanya diam panik.
Didalam ruangan. Bisma menarik nafas panjangnya.
"Wanita tangguh itu melahirkan pangeran api yang tak akan padam dengan sendirinya, butuh siluman es yang membuatnya tenang untuk waktu yang lama."
Kilasan kalimat dalam buku yang Bisma baca.
****
Kembali ke kost dan keluar setelah pukul sepuluh malam. Aisyah yang baru saja akan keluar melihat Zidan terlihat rapi, mau kemana dia?
"Keluar kemana?"
"Liat Farida kak." Jawabnya.
Zidan terdiam kaget mendapat lemparan kunci.
"Bawa motor, bonceng gue, Lo nyetir sana." Zidan tersenyum gemas.
Ini ya, rasanya punya kakak dan akhirnya ada nenek, Zidan tak pernah berharap kalo punya semuanya dengan lengkap ternyata semuanya terjadi sekarang.
Saat di perjalanan keduanya terdiam.
Tiba-tiba Zidan berhenti di mini mart.
"Aku beli dulu kak, keknya Farida suka roti ini sama susu coklat." Kata Zidan dengan semangat.
Aisyah tersenyum senang bagaimana ia bisa melihat pemandangan ini sekarang dulu ia berharap jika ia bisa melihat Zidan dan melihat anak dari Om kurang ajar itu.
Ternyata memang Farida di takdirkan bahagia dengan Zidan dan Zidan menjadi kakak yang baik.
"Udah?" Tanya Aisyah melihat Zidan keluar menghampirnya membawa dua kantong putih dan di gantungnya di bagian depan tengah antara Zidan dan stang motor.
"Kamu tau? Farida banyak cerita sama Bibi dirumah kalo dia bahagia bisa ketemu kakaknya, Dia bilang sama Bibi didapur kalo kakaknya mau menikah Farida harus tau calonya dan gak akan ganggu hidup kakaknya setelah nikah, biarin Farida mengurus dirinya sendiri, begitu kata Bibi yang di ceritain Farida."
"Farida sayang banget sama kamu, Zidan." Tiba-tiba Aisyah tersenyum senang dan melihat Zidan memundurkan motornya dari parkiran.
Aisyah memberikan uang parkir pada tukang parkir.
"Iyaa pasti itu, aku kakaknya dan kita saudara, yang gak wajar kalo dia mau jadiin kakak satu ayahnya sebagai suami." Celetukan Zidan membuat wajah Aisyah berubah murung.
"Gelep amat Zidan, gak enak ah lu mah ya mau diajak melow malah ngomongya gak jelas dan aneh gitu.. hiss risih gue, geli rasanya."
Zidan terkekeh.
Aisyah kembali tenang dan diam. Saat motor kembali melaju kencang selap selip di jalan raya.
Saat sedang di lampu merah keduanya berhenti di samping mobil mewah dan tinggi.
"Sayang... enggak gitu lah." Kata sang wanita.
Zidan tak sengaja melihatnya dari luar kaca mobil yang sedikit terbuka, matanya membulat kaget.
"Dasar pel*c*r." Lampu kembali hijau.
Langsung Zidan melajukan motornya.
Sampai di kediaman Bisma. Aisyah membuka gerbang dan membiarkan Zidan masuk memarkirkan motor di samping garasi motor sang ayah.
Melangkah masuk bersama membawa plastik putih berisi makanan untuk Farida.
"Asalamualaikum.... Far.."
"Walaikumsalam Kakak... mana yang kakak beli, apa kakak beli coklat?"
Zidan mengeluarkan semua barangnya diatas meja makan. Farida juga melihatnya membukanya sendiri.
"Gimana kabarnya Far... Kakak ada waktu sebentar sekarang."
Farida tersenyum lebar.
"Gak papa kak, aku baik aja." Farida membuka dan menyusunnya.
Seketika itu suara ponsel Zidan menghentikan keduanya bicara.
Zidan mengangkat telpon cukup jauh dari Farida dan Aisyah.
Farida mengeser apel dan jeruk ke arah Aisyah yang duduk di kursi makan tepat, di sebelah Farida.
Menoleh Aisyah tersenyum mengambil apel dan dan membawa lagi piring dan pisau buah.
"Apa kakak punya rencana lain?" Kata Farida.
Aisyah tersenyum memotong apel untuk Farida makan bersama dengannya.
"Kamu ngomong apa Farida, sekarang kamu fokus buat pemulihan karena oprasi itu masih butuh proses pemulihan lukanya, sangat dalam jahitan dantulang tengkoraknya, dan harus rajin di cek juga." Tersenyum Aisyah.
Ia harus menjaga apa yang bisa ia jaga.
Lemas Farida karena jawaban Aisyah tidak memuaskan untuknya. Melirik kebelakang melihat punggung kakaknya yang masih menelpon seseorang.
Cuman Zidan yang Farida punya tapi, kenapa Zidan selalu mencari masalah, seharusnya Farida tidak membuatnya masuk kedalam rumah waktu itu, ini semua gak akan terjadi dan dia akan menikah dengan pria tua itu, lalu dirinya yang sekarang tidak akan ada disini bersama suasana ini.
Kecupan di pucuk kepala mengkagetkan Farida. Menoleh keatas.
"Kakak!"
"Kakak pulang dulu ya, kamu istirahat lagi, butuh sesuatu bilang kakak, kalo bis bantu kakak bantu... Umma Sarah juga gak akan marah bantuin kebutuhan kamu."
Farida mengerti. Zidan mengatakan itu karena tahu seperti apa hubungan mereka dan kenapa Zidan menjelaskan itu, Farida anak yang perasa dan dia punya beberapa hal yang bisa membuatnya ketakutan.
Farida tersenyum menatap sebotol selai stowberi dan coklat dalam satu wadah.
Umma Sarah, itu ibunya kakak kan, Apa Farida memang penghalang, dimana tempat Farida tidak bisa di terima mereka marah melihat Farida bernafas hidup dan memperhatikan mereka.
Ini tidak adil jika di rasa tapi, Farida menerimanya.
Zidan pamit pulang dan Aisyah juga pulang setelah meminta bibi membantu Farida kekamarnya.
Dalam diam Zidan mengemudikan motor keluar area perumahan.
****
"Kak, rumah Zulika dimana?"
"Apa urusan lo belom selesai ama dia di ruang loker pegawai cewek?"
Zidan tersenyum di balik helmnya.
"Oh iya.. Bisa gitu?"
Aisyah malas menjawabnya.
"Ini penting." Kata Zidan.
"Gak usah kerumahnya, gue bisa pusing karena ulah lo ama Om Algaz bisa kena ke orang rumah Zulikah juga."
Zidan mengangguk sambil memarkirkan motor di depan indomart.
"Telpon aja Zulika minta dia kesini."
Zidan menelponnya dan tak lama setelah telpon terputus mobil merah berhenti didepan indomart.
Ketiganya duduk dan mengambil minum yang Aisyah belikan.
"Ini semua udah gue cetak semuanya bersih dan, Lu mau yang kek mana udah ada, Gue rasa Ega juga akan kasih hal yang sama."
Zidan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas punggung yang ia bawa sejak tadi dan mencocokkannya dengan apa yang Zulikah berikan.
"Ada perbedaan saat di menitnya." Gambar yang diambil dari vidio berdurasi dua puluh lima menit semuanya di ambil setiap sepuluh detik.
"Ini ada mobil lain tapi, platnya kosong."
Aisyah penasaran dengan ucapan Zidan. Zulika fokus dengan tabletnya seketika memperlihatkannya.
"Ini?" Katanya.
Zidan mengulang setiap durasi yang hilang.
"Dapat ini dia." Katanya langsung mengambil semua dan meminta Zulika mengirimkan vidio itu.
"Terimakasih Zulika, ah tapi, boleh minta tolong lagi."
"Ok."
Keduanya saling pamit dan pergi ketempat berbeda.
Sampai di kost Zidan masuk kekamarnya.
Baru akan melangkah Aisyah menghentikannya.
"Apapun yang terjadi jangan terlalu keras pada mereka, karma Tuhan ada, Zidan."
Zidan tetap diam dan masuk tanpa sikap menanggapi ucapan Aisyah, cukup diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments