Penjahat sejak awal

Zidan diam tapi, daerah sepi adalah kesempatan.

Didalam mobil yang di kemudikan orang ini, pasti bukan polisi.

Dengan cepat Zidan membuat satu mobil gaduh suara tembakan membuat mobil semakin oleng menabrak trotoar dan pembatas trotoar.

Kedua orang di sampingnya pingsan dan dua orang didepannya juga terdiam kesakitan. Segera ia buka pintu mobil setelah semua sulit bergerak karena terkejut. Zidan juga kaget dengan kecelakaan ringan itu. Melompat keluar mobil dengan cepat.

"Heii!" Teriak orang itu kesulitan membuka pintu.

Zidan sudah jauh mereka semua, dan tempat ini tidak tau ia harus belok kanan atau kiri, Pertigaan jalan yang bukan mengarah kekantor polisi, melainkan jasad manusia tanpa nyawa akan di buang begitu saja.

Daerah jauh dari kota tepatnya perkampungan yang dekat dengan kawasan pabrik.

Ah, ya pembunuhan berkedok penangkapan rupanya.

Karina sepertinya terlalu banyak baca novel pembunuhan atau melihat film horor.

Pikir Zidan adalah Karina yang mengatur semuanya.

Sambil menatap sekitar Zidan duduk di pinggiran trotoar dan mengeluarkan kunci borgol.

"Payah." Katanya membuka dan mengantungi borgol itu ia akan menyimpannya sebagai hadiah untuk seseorang.

Tidak terasa hari berlalu dan suara adzan terdengar.

Musholla terdekat.

Selesai sholat Zidan melangkah keluar dan duduk di bawah pohon diatas kursi kayu sederhana panjang tanpa sandaran.

Dia terdiam dengan pikiran berbicara, Karina bukan wanita penurut untuk penjahat biasa. Sisi mana yang membuat ayahnya bertahan dengan perempuan itu, tubuhnya atau cara menggodanya.

Pikiran rumit yang tidak penting untuk Zidan pikirkan.

"Permisi... Saya Salma, ini ada makanan yang di beliin ayah saya, Saya di suruh kasih ke kakak." Katanya dengan malu-malu.

Wajahnya cantik tapi, ia tertunduk takut.

Zidan menerimanya kebetulan ia juga lapar. Tidak sadar saat menerimanya ada laki-laki tua tersenyum kearahnya dari teras musholla.

Zidan mengguk dengan balas tersenyum juga.

"Terimakasih." Anak perempuan itu pergi meninggalkan Zidan sendirian.

Membuka ponselnya dan melihat layarnya retak bagian tepi kanan.

Ini pasti di mobil tadi.

Saat memukul saat itu ada tinju mengarah ke dadanya.

Mencari kontak telpon Aisyah.

"Hallo kak... Aku ada di musholla Ar-rahman."

"Tidak, mereka kecelakaan, untuk apa kesana?" Sambil tersenyum Zidan mematikan ponselnya.

Membawa sekatung plastik bungkus dan mengetik pesan ke Aisyah, jika ia ada di warung nasi depan musholla.

Di kamar hotel mewah di mana Bisma Zaki Aisyah Kakek Daka dan istrinya, Hanya nenek Tika dan Kakek Daka ada kamar untuk istirahat.

  Aisyah menghampiri ayahnya saat selesai mengangkat telpon.

"Ayah, Zidan ada di tempat ini, aku kirim lokasinya ke ponsel ayah."

"Dia menelpon mu?"

Mengangguk didepan Zaki dan ayahnya. Kakek Daka keluar kamar dengan tongkat ya.

"Dimana dia, belum mati kan?" Semua terdiam dengan ucapan Kakek Daka.

"Be-belum kek, kenapa kakek?"

Menghampiri Farida dan mengusap kepalanya lalu duduk, sempat menoleh ke samping tersenyum pada Farida.

"Mereka memang meminta hak Sarah padaku tapi, aku tak memberikan izin... Sarah tau aku akan marah jika ia mengatakan Algaz berubah...Ia tahu Algaz cemburu dengan Bisma karena Sarah dan Zidan bisa nyaman dengan kalian, hubungan kalian berdua terlarang." Kakek Daka berujar dengan tegasnya dan Bisma merasa tersindir.

"Semua sudah dalam genggamannya, kita hanya manusia.. tapi, sifat asli Algaz keluar saat mendapatkan ujian itu,"

" Jika Zidan meninggal semua aset akan berpindah tangan ke walinya, Sarah tak pernah berpikir sejauh itu dan mencantumkan nama suaminya sebagai wali utama."

Aisyah terkejut dan merasa waspada.

"Impian Tante bukannya akan hilang jika sampai jatuh ke tangan Om Algaz."

Kakek Daka menggeleng.

"Kakek bisa melakukan apapun untuk masa depan keluarga kakek walaupun mereka tidak minta bantuan, Ayahmu nak, dia yang beetanggung jawab mengurusnya."

Aisyah lega seketika.

"Sekarang mungkin Karina melakukan itu karena Zidan mengganggunya, wanita itu berbahaya dia pernah menjadi penghuni penjara kelas berat."

"Ibu, apa ibu ku seorang kriminal... Maaf ya karena ibuku semua jadi sulit." Ucapan Farida membuat mereka terdiam ruangan ini seketika penuh suara Farida dan bindeng dan agak kurang jelas sedikit.

Kakek Daka tersenyum.

"Kamu Farida nak, bukan Karina... tidak perlu melakukannya..." Farida tertunduk diam sedih rasanya ia sudah ada di tengah keluarga yang harusnya hidup dengan baik malah menjadi berantakan karena kehamilannya dalam kandungan ibunya.

Memang pembawa sial itu berbeda.

Sejak awal Farida mengira jika mereka yang jahat dan membencinya ternyata setelah melihatnya secara langsung, Farida malu dengan dirinya sendiri.

Ternyata penjahatnya ia sendiri, kakak yang dulu ia idamkan bagaimana rasanya punya kakak laki-laki saat mendapatkannya Farida malah meminta jika hidup sebatang kara tak masalah, apa boleh kehidupan Farida di tukar dengan Zidan. Pasti Kak Zidan dalam pikiran Farida dan bayangannya, kalo Zidan akan bahagia lalu dirinya yang kurang seperti ini tidak akan pernah bertemu dengannya.

"Farida... Kamu kenapa? Mikirin apa?" Melihat kekanan dan kiri.

"Semua udah keluar ada yang perlu di urus asisten nenek juga udah dateng, kamu mau beli eskrim?"

Aisyah meminta semuanya keluar dengan tenang dan menghampiri Farida.

Anak yang malang, sekolah tidak bisa dan tak punya pandangan apapun terhadap dunia pertemanan dan keluarga bahkan tentang kehidupan manis pahitnya, anak yang hanya di rumah dan keluar dengan cacian juga ucapan jijik orang tak berperasaan.

Apa ia memikirkan Zidan.

"Boleh kak." Jawabnya setelah berusaha menghapus air mata dan tersenyum cerah.

Di warung ini, Zidan menatap kesana kemari tak lama sebuah mobil datang.

"Nah itu dia.. kalo gitu permisi Bu, saya pulang dulu sodara saya gak di rumah juga."

 Zidan pamit pada bapak-bapak disana juga.

Saat masuk kedalam mobil, Pakde Bisma disana.

"Apa yang mereka bilang?"

"Mereka harus membawaku dan jangan sampai terluka tapi, kurasa mereka akan langsung memulangkanku ke kuburan."

Bisma tak bisa berkata-kata lagi.

"Semudah itu?" Tanya Bisma setelah diamnya.

"Yaa tidak juga mereka pingsan dan kecelakaan aku keluar dari mobil dan berlarian lalu berhenti disini sebentar."

"Kau bertemu dengan pengurus Musholla ini?" Tanya Bisma seketika membuat Zidan mengangguk santai.

"Dia pernah membantu ibumu saat akan jatuh saat mengandung dirimu, ibumu pergi ke sini karena ada urusan pengajian yang tidak mau ia lewatkan, Ibumu sangat setia kawan, ada kawan jauh yang sering ia hubungi selain Fatin."

"Pasti dia memiliki anak perempuan bernama Salma, kau bertemu dengannya?"

Zidan menegakkan tubuhnya.

"Lalu?"

"Hanya saja kalian memiliki jalan takdir yang mirip tapi, aku tak tahu kalo kau akan nekat mengganggu Karina, dia wanita berbahaya."

Zidan menatap keluar jendela sambil memperhatikan kekuar dengan kaca masih rapat tertutup.

"Kesamaan kami adalah memiliki takdir yang keras berani dan ikhlas juga, aku laki-laki dan ibuku adalah perempuan baik-baik... aku tidak bisa biarkan itu karena aku juga punya Farida, Pakde."

Zidan menghela nafasnya.

"Aku datang menggodanya dan mengancamnya lalu melukai wajahnya di bagian hidung dengan pena jadul."

Zidan menatap kedepan.

"Om Zaki dan temannya membantuku."

Zaki tak suka ini, ia di ajak untuk di sidang bosnya, yaah anak ini.

"Zaki?"

Namanya di panggil Zaki tersenyum dari sepion atas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!