Perkataan Aisyah

Saat masuk keruang kerja ayahnya Aisyah bingung harus mulai dari mana.

"Ayah tau Zidan?"

"Pekerja baru?"

"Iyaa.. Yah ayah menyamar jadi Hrd juga untuk melihat langsung."

"Tadinya Aisyah tidak tahu tapi," ucapnya berhenti.

Bisma tau putrinya pasti penasaran dan itu adalah hal yang tidak membuatnya kaget apapun yang Aisyah lakukan ia membebaskannya dan itu adalah kebanggaannya.

"Aku lihat biodatanya... aku pernah mendengar sesuatu tentang Zidan dari ayah dan Om Zaki, orang bawahan ayah."

Bisma terdiam. Seketika menghela nafasnya.

"Ayah mengantuk, kamu juga harus tidur... besok kamu ambil cuti untuk istirahat dan periksa kesehatan lalu kembali lagi lah ke kostan mu."

Bisma bangkit dan meninggalkan Aisyah sendiri di ruang kerjanya berdiri mematung.

"Aku harus usaha sendiri demi adik dari Tante Sarah."

****

Didepan gedung tinggi ini Zidan berdiri menatapnya dari bawah.

"Aku bukan orang yang bisa mencapainya dengan mudah tapi, jika pijakan menara rusak bagian atas akan jatuh ke bawah kaki ku dengan sendirinya, ini menarik."

Sambil berjalan masuk dengan ekspresi datar dan santainya.

Zidan berhenti melangkah saat melihat seorang perempuan menghadap keluar pagar balkon lantai lima di balkon tiga lantai lima.

"Permisi, mau di bersihkan bisa kembali..."

"Eh.. maaf yaa." Katanya dengan sopan."

"Sedih banget ya mb..."

"Sedih? Orang kayak aku gak bakalan bisa sedih pak, saya biasanya di hujat keluarga sendiri, besok saya harus bayar hutang keluarga pake tubuh saya." Bicara panjang lebar dengan bibir sumbingnya membuat Zidan mendengarnya dengan penuh perhatian.

"Mereka harus memenuhi kebutuhan mbknya dan mbknya juga akan bertanggung jawab membayarnya, orang tua mana yang tega melakukan itu." Kata Zidan sambil mengelap meja kaca dan membersihkan kursi juga menyapu.

"Orang tua ku pak... Eh.. maaf pak."

"Gak masalah mbk saya bisa jaga rahasia."

Farida mengangguk dan tersenyum.

"Maaf pak kalo boleh tau siapa namanya ya, saya bisa inget kalo lagi main kemari, soalnya saya gak tau harus kemana?"

"Saya Zidan mbk, kerja tukang kebersihan disini."

"Oh, iyaa makasih ya Pak mau ngobrol sama saya, biasanya orang-orang jijik ngobrol sama saya... ehm maaf kita baru kenal apa boleh saya tau tempat yang bisa mempekerjakan orang cacat kayak saya... Farida.. nama saya."

Zidan terdiam.

"Kerja ya? Saya belum paham mbk saya baru di kota ini, gimana kalo mbk bantuin saya aja, kebetulan saya ada ide... tiap hari kita janji disini makan siang istirahat."

Farida senang mendengarnya saling bertukar nomor telpon.

Saat sopirnya Farida datang Zidan sudah tidak disana dan sudah pergi.

Zidan duduk di ruang ganti sambil membalas pesan Umma Fatin yang menanyakan kabarnya dan sudah makan juga istirahat teratur atau ibadah yang tepat waktu.

"Dan.. Lu mau langsung balik, Dika mau ajak makan bakso gajian dia." Suara Ucup didengar pemilik nama.

"Lu ajak Zidan lu dapet jatah satu, bercanda.. Dan yuk makan bareng bertiga aja."

Zidan tersenyum.

"Kuy gas lah.." Ajaknya balik.

Jika ini di lihat mereka yang sering melihat tampang datar Zidan, mereka akan mengira Zidan punya kepribadian ganda atau alter ego.

Hari ini bersenang-senangnya anak muda seusai pulang kerja. Zidan bersama Ucup dan Dika mampir ke tempat makan kaki lima yang tidak jauh dari tempat kerja duduk mereka bertiga setelah Dika memesan tiga porsi bakso.

Waktu yang sama seorang laki-laki paruh baya dan seorang wanita muda mampir hanya untuk membeli bakso disana. Mata Zidan memperhatikannya dan sempat melihat jika wanita cantik itu hamil.

***

Pagi yang cerah datang untuk memulai hari lalu berjalan setiap detiknya dan jamnya menghasilkan uang.

Tepat jam istirahat Zidan membersihkan bagian Balkon lima.

Saat itu juga Farida datang dengan wajah terlihat tamparan keras di pipinya.

"Kita mau mulai.. bantuan apa pak?" Tanya Farida tapi, Zidan merasakan sesuatu memanas disana.

Apa yang terjadi dengan pipinya kenapa anak itu bisa di tampar.

"Kamu kalo gak enak badan gak papa bisa kirim pesan aja." Kata Zidan penuh perhatian.

Tiba-tiba Farida menangis.

"Nanti malam aku mau nikah Orang tua ku udah dapet dan dia mau nikahin aku asal aku gak bisa hamil aja." Semakin sedih dan tidak jelas bicaranya.

Zidan berlutut memegang kedua sisi pegangan kursi rodanya.

"Kamu menolak?"

"Iya."

"Di paksa?"

"Iya."

"Apa yang mau kamu lakukan?"

"Aku mau hidup normal Pak aku mau kayak mereka aku mau punya temen jalan-jalan juga aku harus bisa jalan kayak mereka semua tapi, gak bisa..."

Sambil terus menangis Farida tiba-tiba berucap.

"Kalo Kak Zidan masih ada dan ibunya masih ada mungkin ibu akan ngegugurin aku karena gak mau kalah saing sama istri pertama ayah, Aku tau keluargaku itu bukan kekurga yang di bentuk dari cinta dan kasih sayang tapi, harta juga keserakahan, Kak Zidan...."

Sesak rasanya. Zidan didepannya kenapa ia merasakan sakit luar biasa ini didadanya. Mau tak mau ia harus ikut campur.

"Farida kamu panggil aja aku Kakak atau abang, umurku belum terlalu tua, aku juga tidak jauh beda dengan kamu umurnya."

Farida terdiam.

"Heh hehe iya bener?" Menangis sambil tertawa.

Zidan merasa sakit didadanya berkurang walau nyeri luar biasanya masih terasa.

"Dengerin kakak... kalo ada apapun telpon dan kirim pesan langsung, saat kamu merasa gak nyaman apapun itu, beneran terjadi atau enggak, kakak akan bela kamu, kebetulan kakak gak punya adik dan kakak hidup sendiri."

Farida merasa ada sosok pelindung bukan orang yang ia sukai melainkan sosok kakak yang ia rasakan. Zidan jelas memasang pembatas sebelum semua kemungkinan perasaan tak seharusnya terjadi, demi untuk berjaga-jaga siapa yang harus dia cari tahu.

Saat malam tiba tepat pukul sembilan malam Zidan baru akan masuk kedalam kostnya.

"Kak Zidan bisa kerumah ini alamatnya, bawa aku pergi kak."

Dengan cepat Zidan berlari keluar dari area kost. Aisya sempat melihatnya saat akan memasng pintu kost ia merasa terganggu.

Kelakson motor berbunyi tepat di belakang Zidan. Area kost sudah jauh dari sini.

"Mau kemana Dan? Dah malem ini!"

Aisyah curiga dengan sosoknya tapi, ia harus tau apa yang mau Zidan lakukan sekarang ia terganggu dengan sikap Zidan tadi yang mendadak lari pergi.

"Setir nih mau kemana.. terserah!"

Zidan dan Aisyah mereka pergi dengan motor langsung ke perumahan elit kawasan yang biasanya sulit orang biasa masuki.

Aisyah tahu tempat ini.

Satpam disana kebetulan sekali tak curiga. Aisyah harus tetap diam dan tenang.

Berhenti motor mereka di halaman rumah Farida langsung Zidan mau menerobos masuk tarikan di jaketnya membuatnya menoleh.

"Dan, mau kemana?"

"Rumah siapa ini?"

Zidan terdiam.

"Aku harus bantu orang, mereka butuh aku, setelah ini aku harus menjauh."

Keras kepala dan sulit di cegah, Aisyah harus masuk kerumah Algaz ini. Kakinya masuk kerumah yang membuatnya kehilangan tante sarah.

Zidan tidak tau dia berurusan dengan siapa.

Baru mereka masuk halaman dan menginjak kaki di teras suara teriakan kencang terdengar. Langkah kaki memelan.

"Tolong, Maafin... maafin Farida bu, Farida gak mau ngelawan, Farida salah Bu tapi, Farida gak mau nikah tolong lepasin bu..."

"Arghhh aduh sakit... hikss sakit bu..."

Pintu terbuka tanpa di persilahkan dan semua mata di ruangan itu tercengang.

"Farida..."

"Kak Aisyah !"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!