Zidan naik kedalam taksi yang di kemudikan Pak Yanto, orang yang mengatakan istrinya sakit dan Zidan harus ikut untuk tau ceritanya.
Ini keputusan besar yang membuatnya harus ikut pergi dengan orang asing yang baru di kenalnya. Berbahaya dan sangat beresiko.
Zidan gak akan mau tau apa akhirnya nanti saat di perjalanan menuju rumah sakit malah ia yang diantar kerumah sakit.
"Maaf saya sedikit penasaran jika anda tidak mau menjawab saya gak akan tanya lagi."
Zidan diam saja mendengarkannya.
"Siapa dan apa hubungan kamu dengan Bu Sarah, dia orang yang sangat tertutup."
Zidan diam dan menoleh keluar jendela.
Pak Yanto tersenyum.
"Saya punya anak laki-laki seumuran kamu mungkin dia lebih tua dari kamu, Dia anak beruntung karena Bu sarah menyayanginya saat ia mau mengucapkan terimakasih karena Bu Sarah dia bisa menjadi dokter spesialis di usia muda dengan usaha dan bantuan Allah melalui Bu Sarah dia jadi bisa membantu adik-adik nya juga."
"Jasa Bu Sarah besar bagi kehidupan ekonomi keluarga saya."
Tidak sadar keduanya sudah memarkirkan taksi di parkiran.
Turun dari mobilnya, Zidan melihat pak Yanto berjalan masuk dan mengikuti saja tanpa bicara.
Terus langkah ini berjalan sampai akhirnya berhenti di ruang rawat umum yang kebanyakan penghuninya sudah lanjut satu kamar diisi tiga orang.
"Anak anada dokter tapi, kenapa?"
"Ibunya yang tidak mau merepotkan anaknya jadi memilih untuk ada di ruangan ini."
Sebentar Zidan tidak ikut masuk kedalam tirai.
Tiba-tiba pak Yanto memanggil nya lagi.
"Nak, Sini." Ajaknya malu sedikit rasanya.
"Oh... Pak Algaz eh- maaf!" Suaranya lemah dan kaget juga kecewa.
"Saya Zidan bu, saya boleh bicara sebentar sama ibu, hem kalo ibu... gak bisa jawab banyak ibu bisa kasih tau beberapa kata aja, saya gak maksa..." Lembut dan penuh perhatian.
Pak Yanto mau pergi tapi, Zidan melihatnya lalu menggeleng. Jadilah ketiganya di situ dengan pasien yang sudah pada tidur.
"Kita keluar saja takut mengganggu."
Zidan menatap Pak Yanto dan segera mengambil kursi roda.
Disini di lorong rumah sakit yang sepi. Ketiganya duduk bersmaan kecuali, istri pak Yanto di kursi roda.
"Saya pernah bekerja di rumah Bu sarah dari beliau di jodohkan dengan Pak Algaz, Saya sangat berterimakasih pada beliau... dan kalo boleh tau siapa kamu ya nak?"
"Saya anak temannya Bu sarah ibu saya minta tolong buat jenguk Bu sarah, Ibu saya udah gak ada tapi, beliau mau tau kabar sahabatnya."
Keduanya terdiam sedih, bagaimana bisa anak ini mencari sahabat ibunya tanpa tau dimana tempatnya dan membuat keributan sebelum sampai kerumah sakit ini.
"Ada cerita menyedihkan nak sebelum saya sakit ini, Bu Sarah di kabarkan meninggal karena kecelakaan dan anak yang di bawa bersamanya juga susah di temukan. Suaminya pak Algaz menikah saat istrinya atau Bu sarah ini baru mengandung putranya dan saat putranya lahir mau ulang tahun di acara pertama setahunnya kelahiran putra pertama mereka."
"Pak Algaz datang membawa seorang perempuan yang sedang mengandung dan dihadapan keluarga mereka Pak Algaz memperkenalkan nya sebagai istri kedua..."
"Tidak ada yang tau kenapa Pak Algaz berbuat seperti itu namun, Bu Sarah sakit keras dan menahannya sampai acara ulang tahun pertama putranya dan berharap, jika hari itu adalah hari bahagia keluarga, malah datang badai besar di keluarganya."
"Kejadian itu cepat dan tidak ada kabar sampai dua hari Bu Sarah pergi dari rumah, tiba-tiba di kabarkan meninggal, saya sakit mendengarnya, selama ini Bu sarah banyak menyimpan rasa sedih dan luka saat ia harus berusaha berobat dan hamil sendiri, Pak Algaz jarang ada di sampingnya karena alasan sibuk bekerja."
"Apa anak itu lahir dengan keadaan kurang, maaf saya terlalu ingin tau karena..."
"Tidak ada nak, Anak yang tampan dan sehat... anak itu di kasih nama Zidan Haidar Agasarah."
"Nama yang di berikan Pak Bisma dan Bu Sarah, karena alasannya Pak Algaz yang jauh tak bisa hadir. Pak Bisma datang mewakilkan keluarga juga Pak Algaz, didepan Nyonya Tika dan Tuan Daka, Anak itu di azani. Saya sedih mengingat hari-hari dimana beliau sakit dan berjuang untuk bisa sehat terus dalam kehamilan... Keajaiban Allah anak lahir sehat tanpa cacat juga Bu sarah terlihat sangat sehat."
Sambil sedih dan berkaca-kaca.
"Saya mengurus bayi itu sampai usianya sepuluh bulan lalu sampai usia setahun Bu Sarah lah yang mengurusnya, kamu tau Bu Sarah itu kebingungan mengurus Zidan... katanya.. Bibi Zidan harus makan ini atau ini saat tiga tahun nanti atau mau di ajari mainan apa, mandinya harus seperti apa sabun atau alat mandinya yang seperti apa untuk Bayi bi."
Cerita tentang sang Ibu yang tiada membuat hati Zidan tergores berulang kali.
"Maaf saya berbohong pada kalian, Jika saya Zidan Haidar Agasarah apa kalian percaya?"
Terdiam keduanya. Seketika itu tangis istri Pak Yanto pecah dan mengusap kepala Zidan mencium dahi dan mengusap wajahnya. Tangisnya tak bisa di hentikan.
"Anakku Zidan sudah besar dua puluh tahun berlalu nak.." Masih dengan tangisnya. Zidan juga sedih. Air mata yang membuatnya malu tak bisa di hapus hilang permanen.
"Kenapa kamu pergi nak, kenapa gak sama Bibi aja, sedih bibi makan kamu banyak... apa yang terjadi nak..."
Zidan balik bercerita jika selama ini ia dipanti asuhan diurus Fatin teman dari ibunya dan Fatin sendiri memintanya pergi di usia dua puluh tahun.
Bisma siapa? Zidan tidak paham. Istri Pak Yanto menjelaskan siapa itu Bisma.
"Maaf menganggu waktu istirahatnya, Pakde Bude, Zidan pamit pulang ini sudah malam dan Bude lagi sakit..."
"Iya Zidan... Bude akan sehat makasih udah jenguk bude Zidan... Zidan kamu mau pulang kemana biar pakde anterin."
Sambutan yang hangat dan seperti keluarga.
Zidan merasa semakin dingin.
"Makasih Bude."
Kini Pakde Yanto Zidan memanggilnya dan semua berubah karena cerita panjang lebar yang di ceritakan sangat mengebu-gebu dari Bude Ari, istri Pakde Yanto.
Dalam taksi yang hanya ada mereka berdua.
Zidan sempat melihat argonya, kosong.
"Pakde Zidan boleh minta tolong, Pakde dan Bude tau siapa Zidan dan mohon simpan ini semua jangan ada yang tau sampai Zidan sendiri yang datang ke Bude dan Pakde."
"Siapa nak yang membuat kamu takut?"
"Enggak ada Pakde, hanya Zidan mau melihat sesuatu yang gak akan bisa Zidan liat kalo ada yang tau lebih cepat siapa Zidan."
Sampai didepan kost. Zidan melepas sabuk pengaman dan mencium tangan Pakde Yanto.
"Makasih Pakde tumpangannya ini, Zidan bayar, Zidan gaenak Pakde kerja argo pakde gak di nyalahin."
Kaget dan mendorong kembali tangan Zidan.
"Enggak usah Zidan, pakde gak mau buat ini jadi hal yang semakin buat pakde sedih, Kamu udah seperti anak Pakde, anggap karena Ibumu membantu keluarga Pakde."
Zidan tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Zidan masuk Pakde, Assalammualaikum."
Saat Zidan turun dari taksi Pak Yanto saat itu juga orang yang terus di pekerjakan Bisma mengawasinya dari jauh.
Ia pergi setelah Zidan masuk ke kost dan masuk untuk istirahat di kamarnya.
"Pak Yanto dan istrinya sudah bertemu dengan nya." Laporan yang Bisma terima dari bawahannya itu seperti angin malam yang dingin.
"Pastikan tetap diam."
"Tuan Zidan sendiri yang meminta keduanya untuk tidak bicara pada siapapun dan itu sudah saya dengar sendiri saat mereka bicara dengan keadaan jendela mobil taksi sedikit terbuka."
Hanya di baca oleh Bisma dan kembali ia fokus dengan buku yang sedang ia baca.
Ruangannya di ketuk.
"Ayah.. Aisyah masuk?"
"Iya Ais," jawabnya lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments