Penyiksaan dibuatnya

Karina adalah istri kedua ayahnya dan Karina bukanlah gadis dari daerah yang jelas. Dia perempuan dengan status dan asal tidak bisa di jelaskan dengan baik, Zidan memeriksanya sampai keakar dan kenapa Zidan mencari tau tentang ibu tirinya, ya penasaran?

Zidan tak jelas dan paham maksudnya Karina menyukai ayahnya tapi, ini bukan murni kesalahan ayahnya ataupun Karina ini semua memang keduanya yang mudah dekat dengan siapapun bahkan sekarang sudah memiliki ayah dan segalanya juga Farida yang seperti itu, Karina ibu tirinya, tatap bersama banyak laki-laki berumur dan bahkan seumuran dengan ayahnya Zidan. Wanita macam apa Karina ini?

Semuanya berawal dari Karina di bawa kolega perusahaan Ayahnya Zidan untuk melamar kerjaan dan tidak tau situasi macam apa, mereka bisa terjebak dalam club diskotik biasa, pinggiran kota dalam keadaan mabuk mereka melakukan hal itu.

Ayahnya dulu janji akan berhenti minum tapi, sesuatu membuatnya berubah yaitu melihat kedekatan Pakde Bisma dan Ibunya melalui Bude Ari.

Ayahnya mungkin mencari tahu dan ayahnya Zidan bukan orang yang mudah mengungkapkan isi hati hingga sekarang, Zidan bingung juga marah.

Zidan semakin kesal ia mengingat hal itu, yah itulah mereka berdua.

"Jika anda tak jujur terpaksa saya akan buat anda tersiksa...." Zidan terkekeh mengangkat wajahnya yang semula menatap kesamping keluar jendela lalu menunduk. Ia duduk dengan posisi menghadap Karina yang duduk menyamping di atas kasur.

Karina menoleh tak suka.

Tatapan mata mereka bertemu saat Zidan menatap langsung kedepan dan bertemu matanya.

"Apa! Kau mau apa hah, aku juga tak tahu apapun." Keras kepala dan yakinnya ia tak salah apapun.

Menghela nafas lelah, dengan kalimat perlawan Karina yang Zidan dengar jelas, semakin menyulitkan nafasnya.

"Anda melahirkan Farida karena anda merasa Farida adalah anak dari ayahku berharap ia akan berguna tapi, Farida sebenarnya punya kecocokan Dna dengan orang lain yang baru meninggal dua tahun lalu karena kecelakaan tertabrak truk. Dalam keadaan Hamil Farida sehat tapi, cacat setelah di lahirkan dan itu ketahuan tidak langsung butuh beberapa hari. Bibir sumbing anak itu pasti karena kecerobohanmu bukan?"

Membulat tak suka, ia mau mengumpat, kenapa Zidan membuatnya tersudut, jelas ia tak salah, Karina tidak mau di kataka. ceroboh.

Karina terdiam pias wajahnya saat tangan Zidan yang lain memainkan pena jadul yang jika tertusuk mampu merobek kulit.

"Kenapa? Apa anda tertarik dengan pena ini?" Tanya dengan senyuman ramah.

Zidan berdiri dan melangkah ke belakang sofa.

Menusuk pena sampai membuat suara tusukan yang membuat Karina sendiri merinding.

"Sial.. apa yang mau kau lakukan?" Katanya penuh ketakutan dan terpojok.

Zidan tersenyum bersadar setengah badan bungkuk di atas sandaran sofa, tepat samping pena yang masih menancap.

"Alasanmu mengambil ayahku dari ibuku, apa kau pernah merasa di curangi ibuku? Apa ibuku pernah mau membuat hidupmu sengsara? Apa ibuku pernah mengusik kehidupan cinta mu atau..."

"Tidak.. Tidak semua tidak ada jawabannya kau tidak usah ikut campur, ibumu sudah tidak ada dan kau belum tentu putra daru Sarah mungkin bayi itu ia buang karena stres, dasar wanita gila."

Jeritan Karina melengking saat tancapan pena tepat menembus lukisan di atas kepala kasur. Melewati hidungnya sedikit menggoresnya.

Membuat luka di wajahnya ia sangat syok dengan perbuatan Zidan.

"Siapa yang kau bilang gila, kau tak mungkin bicara seperti itu jika tak mengincar apapun, kau hanya orang miskin dengan sifat yang buruk melebihi pengemis, aku jijik."

Meludah Karina di samping nya dan tersenyum senang.

Zidan menatap dengan geli, keberanian Karina ini sangat bisa dibilang sangat gila.

"Lihat kaca, Apa hewan bisa mengetahui jika mereka cantik."

Marah sudah Karina menghampiri Zidan mau mencakar dan menjambaknya tapi, tidak bisa karena keburu Zidan menindihnya diatas kasur dengan tangan di bungkus Jaket dan sarung tangan Karet.

Zidan terlihat lebih seram, ini adalah pemandangan yang pernah Karina lihat sebelumnya, Zidan memperhatikan wajah dan ekspresi hingga tatapan itu bergetar ketakutan.

"Aku memintamu mengatakan alasannya tapi, malah membuatku semakin dekat dengamu, jika penggoda itu memang pintar merayu ya."

Karina marah dan ingin menendangnya tapi, Kaki Zidan mengunci pergerakannya.

"Wanita aneh yang menutup seluruh tubuhnya dengan kain hitam bahkan kecantikan yang disembunyikannya aku iri dan aku menyukai ayahmu, kau puas!" Terkejut Zidan dengan ucapan Karina.

"Tidak mungkin." Tegas Zidan.

"Caramu bicara pasti hasil didik buruk perempuan aneh, kan... Hahaha Kau lihat lah bagaimana ayahmu tunduk pada tubuhku dan ucapanku, dia gila karena kecantikanku, bukankah itu menjelaskan Ibumu jelek dan buruk rupa."

Menahan amarahnya Zidan melepaskannya dan menjauh.

Ia ingin membunuh wanita itu sekarang juga.

"Kenapa kau takut dengan rayuan ibu tiri? Ya kupikir tak masalah jika bermain dengan anak angkat sendiri."

Zidan meraih lehernya dan kuat mencekiknya.

"Sejauh mana kau membuat ibuku tersiksa, Kau akan merasakannya sampai rasanya dunia tidak berpihak padamu, Ibuku masih tidak menerimamu sebagai istri ayahku sampai meninggal dan memilih menyembunyikan aku, karena tahu, ibuku tau aku bisa membuat kedua orang penghianat menjadi orang yang benar-benar tersiksa jika berhadapan langsung."

Hampir kehilangan nafasnya, Karina terus meminta dan bergerak agar lepas sari cengkraman tangan Zidan.

Oksigen tak bisa ia rasakan, lehernya hampir patah rasanya.

"Jika kau mengatakan semuanya yang terjadi disini, ku pastikan semua aib mu akan terbongkar kau akan jadi gelandangan yang bisa di tendang kesana kemari."

Menjatuhkannya kelantai dan menatapnya dengan rasa simpati sekaligus benci dalam hati.

Terbatuk tak henti, Karina sangat tersiksa rasanya, ia tak mau melawan lagi, ia harus mengalah, ya... itu memang harus mengalah, tatapan matanya seperti mencari semua barang yang terjatuh, miliknya sendiri.

"Aku akan pergi, hubungi saja aku jika kau bosan hidup." Katanya sambil berlalu pergi.

Karina menatap datar punggung Zidan. Ia mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

***

Di sini hotel Posaiden sedang ada acara amal di ballromnya di lantai sepuluh.

Banyak tamu penting hadir hanya sebanyak seratus dua belas orang saja.

Tapi, lima orang lainnya sama sekali bukan tamu.

Zidan yang hari ini menggunakan pakaian rapi, atas paksaan Nenek Tika. Terkejut dengan lima orang mendatanginya dan memborgol tangannya.

Terdiam semuanya bahkan sampai Nenek Tika syok pingsan di tahan Kakek Daka.

Bisma menahan tangan Zidan dengan cepat.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Kami dari kepolisian diminta untuk membawa Zidan ke kantor karena melakukan tindak pembunuhan pada Saudari Karina Aditya."

Zidan terdiam bingung wajahnya.

Anak ini memasang ekspresi psikopat yang mengerikan.

"Aku Pamannya dan kalian tidak bisa membawanya, surat perintah mana?" Tanya Bisma.

Salah satu dari mereka memberikannya dan membawa Zidan keluar.

Farida terdiam bingung Aisyah memegang tangan Farida.

"Kakak capek kita keruang istirahat bentar yaa nyusul nenek."

Tak bisa bicara Farida hanya diam, begitu juga Bisma. Ia murka saat itu juga tapi tetap tenang.

Memberikan surat perintah penangkapan dan mereka berlima keluar ruangan.

Sepeninggalan mereka Zaki mengambil alih dan meminta semua tamu tenang.

Bisma keluar menelpon seseorang.

Di dalam mobil polisi yang membawanya Zidan menghela nafasnya.

"Anda harus tenang agar kami tak melukai anda, Tuan muda."

Zidan menebaknya dan tebakannya benar.

"Ayahku lagi?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!