Baru mereka membuka pintu dan membuat semuanya diam. Zidan melangkah masuk.
Farida terkejut siapa perempuan disamping Zidan.
Dan Aisyah sejak tadi penasaran siapa yang mau Zidan bantu tuh, siapa ternyata Aisyah kenal dengannya.
"Om anda tidak bisa memaksa Farida, dia punya dan Om gak berhak memaksanya terlalu berlebih." Mendekat dan menjauhkan Farida dan perempuan yang membuatnya kesakitan.
Tangannya terluka dan bagian tubuh lain bergetar seperti sangat ketakutan.
"Hey kalian berdua asal masuk rumah orang tanpa permisi dan mengacaukan acara, siapa kalian!"
"Zidan..." Suara Algaz membuat semua atensi berubah yang disebut namanya pun berubah.
"Zidan harus tau kamu itu anakku anak ayah nak... Umma kamu pasti mengirim kamu kepanti asuhan atau tempat antah berantahkan..."
Terkepal kuat pegangan kedua tangan Zidan di pegangan kursi roda Farida.
"Saya tidak mengenal anda siapa anda?"
Terkejut semuanya karena Zidan sama sekali tidak mengakuinya.
"Sialan kamu anak durhaka apa pantas kamu bicara seolah gak tau, Sarah pasti mengatakannya kan, kamu anakku putraku yang berharga."
"Berhenti bicara buruk tentang ibu saya, mulut anda tak pantas mengatakan hal itu, Siapa anda berkaca dulu... dan urus istri kedua anda juga anak ana dengan baik..."
Tertawa getir Algaz sama sekali tidak penurut rupanya.
"Kalian tarik paksa pemuda itu dan tahan."
Kedua orang berbadan besar menahan Zidan dan membuatnya tak bisa bergerak.
"Sekarang lanjutkan pernikahan ini." Kata Algaz.
Berontak Zidan.
Tangis Farida tak bisa berhenti Aisyah dianggap tidak ada diantara mereka.
"Berhenti! Kubilang hentikan!" Teriak Aisyah sangat keras sampai semua kembali diam.
Zidan juga terkejut dengan cepat melawan dan menghajar semua anak buah Algaz sampai luka memar diwajah beberapa kali ia dapatkan.
Menjerit Aisyah menyebut nama Zidan. Farida juga tak kalah kaget.
Perkelahian yang tonton di ruang tengah yang luas dan membuat Zidan sempat menghacurkan beberapa benda lukisan dan guci.
Nafasnya tak karuan, menatap tajam Algaz dengan buta menyeret dan menarik kerahnya. Tinggi badan mereka hampir sejajar.
"Lepaskan Zidan!"
Suara besar mengintrupsi gerakan zidanuntuk memukul Algaz yang syok.
"Dia ayahmu tidak pantas kamu membuat perlakuan buruk itu."
"Siapa kalian semua hah! Siapa kenapa kalian mengenalku dan ibuku, Sialan kalian!" Memukul keras rahang Algaz sampai jatuh kelantai. Teriakan Zidan di barengi tangisnya memukul Algaz tak berhenti bahkan yang terus menangkis pukulannya.
Selah jari tangan Zidan merah dan lecet.
"Tarik dia." Perintah Bisma pada Zaki tapi, Aisyah menahannya.
"Aku saja."
"Zidan.. ayo pergi bawa Farida bersama kita." Kata Aisyah seketika membuat Zidan bangkit dan menatapnya sedih tak menghiraukan mereka yang terdiam melihat kearahnya ngeri.
"Aku akan bertanggung jawab Farida, kita satu ayah, kakak tau kamu hidup seperti apa, Kita pergi dari sini."
Ibunya Farida terkejut baru sadar jika ia akan kehilangan Farida dan uangannya juga.
"Yakkk jangan pergi, Farida kamu harus menikah, jangan!" Di tahan oleh zaki ibu Farida terus berontak. Kini Bisma yang tak bisa melihat apa yang putrinya pikirkan dan kejadian ini membuatnya sakit kepala dan mata.
"Tuan anda sudah memiliki istri dan anak anda sedang di kandung kenapa anda mau menikah dengan anak umur belasan tahun."
"Tidak ada yang belasan tahun Bisma, usia Farida hampir delapan belas tahun lebih jangan lupakan itu."
"Aku tidak bicara denganmu, aku bicara dengan mereka, Adikku yang bodoh pasti sudah terpengaruh oleh wanita bodoh sepertimu yang sudah melukai adik iparku, apapun yang terjadi, Algaz camkan ini! Jangan usik mereka bertiga atau kalian tidak akan aku maafkan."
Bisma pergi dari sana dan melihat Zidan dengan Farida lalu Aisyah, putrinya ada di antara mereka.
Menghampiri ketiganya Bisma tersenyum. Tapi, wajah Zidan masih murung dan berantakan. Farida terpaksa ramah.
Masih dengan posisi jongkok didepan kursi roda Farida, gaun pengantin sederhana dan rok jarik, Farida mengenakan setelan pengantin sederhana rambutnya yang hitam halus di sanggul cantik hampir berantakan.
"Om... Om Bisma."
"Farida, kamu bisa tinggal sama Om di rumah Om apa kamu masih mau disini?" Ucapan Bisma membuat Zidan mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Atas dasar saya harus percaya pada anda, besok saya akan mengundurkan diri dan pergi bersama adik saya... jangan pernah ungkit ibu saya lagi."
Bisma mendekat Zidan yang terdiam di tempat, Aisyah yang menahan ayahnya.
"Jangan menambahnya yah." Berbicara dengan bisikan. Bisma menatap keduanya yang tertunduk.
"Mau bagaimanapun kita harus mencari tempat lebih baik untuk membereskan masalah ini."
"Ayah..." Kata Aisyah seketika membuat Bisma diam menahan nafas.
"Zidan kita harus pulang, biarkan Farida bersama ayahku, jika sesuatu terjadi aku yang akan bertanggung jawab."
Zidan bangkit dan melihat wajah Bisma.
"Aku menitipkannya, jangan terluka lagi... jika terluka aku akan membawanya bersamaku."
Suara tembakan dari dalam rumah seketika membuat semuanya terkejut darah muncrat mengenai jaket dan sedikit cipratan di wajah Zidan.
"FARIDA!"
Algaz nekat dan membuat Bisma hampir membunuhnya tapi, jika ia tak berpikir sekali lagi ia tak akan bisa bertemu Aisyah.
Zidan memeluk Farida yang tak lagi bernafas dan semakin dingin darah keluar terus dari kepalanya.
Tak ada yang ia pikirkan selain Farida adik tirinya yang selalu memimpikan ingin punya kakak laki-laki. Baru beberapa jam ia mengakuinya dan menjelaskan harapannya kalo ingin punya Kakak laki-laki dan Zidan baru tau setelah mencari tahu sepulang kerja dari Bude Ari.
Zidan hanya beberapa menit dengan Farida.
Zidan tak mau kehilangan lagi, walaupun dia anak dari perempuan yang membuat ibunya sakit hati bahkan penyebab ia diasingkan. Zidan tidak marah dengan Farida.
"Kakak... maaf ya."
"Enggakk.. enggakk Farida.. mohon kakak ini kakak mu dek... Farida Kakak gak marah apapun itu bangun Farida!"
***
Zidan hanya terduduk lemas menatap lampu lorong rumah sakit. Ia tak tahu harus melakukan apa.
Kejadian terus terjadi selama ia berada di kota.
Umma Fatin jauh disana, Zidan harap dia tidak akan mendengarnya, kabar ini jangan sampai kesana. Du ujung lorong tepat belokan ke kiri Zaki dan Bisma datang.
"Pastikan kabar ini tidak sampai ke Fatin atau pun keluar ke umum. Kita harus menutup mulut mereka, jangan sampai Om Daka atau tante Tika tau, bahkan ayah dan ibu."
Zaki mengangguk sekali dan pergi.
"Aisyah." Tiba-tiba datang dari dalam dan duduk disebelah Zidan.
"Ini hampir pagi, kamu lebih baik pulang dan berberes, Farida biar aku yang jaga."
"Oh, iya..." Zidan nurut begitu saja. Saat bangkit dari sana. Tatapan mata Bisma dan ia bertemu.
"Zid.."
Berpaling dan pergi melewatinya begitu saja.
"Aisyah."
Panggil Bisma pada sang putri.
"Lebih baik ayah urus pekerjaan dan tinggalkan Aisyah seperti biasanya."
Ini masalah Zidan dan ayahnya membuat nyawa Farida di pertaruhkan kenapa malah hubungannya dan putrinya ikut terkena masalahnya.
Bisma benar-benar tidak terima.
Zidan dengan wajah nya dan baju belum ia ganti sejak semalam.
Saat berjalan melewati pintu lobi rumah sakit perkataan Aisyah terlintas.
"Untung Farida punya daya tahan tubuh baik dan baiknya lagi peluru itu tidak mengenai bagian bahaya di kepalanya tempurungnya yang ajaib melindungi otaknya. Dokter hanya mengeluarkannya dan mengoprasi bagian kepala, ini bantuan ayahku yang terpaksa kamu terima demi Farida dia tidak salah tapi, dia ingin kamu menjadi pelindungnya."
Terus saja terngiang di kepala Zidan tentang tembakan itu, yang membuat sesaat dirinya tak bisa bergerak dan hampir kehilangan bagian dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments