Rumor buruk yang bagus

Duduk keduanya di bangku penumpang didepannya kosong. Mobil tidak berjalan pergi dari taman. Situasi canggung sementara antara sang nenek dan anak muda, Zidan itu cucunya tapi, ini sangat canggung sekali.

"Kalian mau aku atau mau sesuatu dariku..." Ucapan cucu yang baru ia temui membuat hatinya perih. Silvia tidak pernah menganggap omongan Tika itu benar jika Sarah sengaja menjauhkan putra itu demi kebaikan semua tapi, putranya tetap kembali, cucu yang ia rindukan datang padanya tanpa sengaja dan saat ini, Silvia tahu Angger juga sangat merindukannya tapi, ia sangat gengsi mengakuinya, orang tua keras kepala dan angkuh itu malah meroko di luar.

Zidan tertunduk, ia sepertinya salah berucap, situasi dalam mobil semakin dingin dan membuatnya tak enak hati, ia tahu ini adalah hal yang seharusnya ia lakukan saat ia sudah bertemu keluarganya tapi, kenapa semua waktu seakan tak mengizinkan Zidan menemui mereka duluan.

"Ini ulah ayah, nek... nenek gak akan melihatku yang seperti ini jika ayah tak membuat kesalahan, apa kakek membenciku karena kalian tidak aku temui terlebih dahulu, dan malah menemui kakek dan nenek kandung dari ibu ku?" Zidan mengatakan semuanya secara pelan dan jelas Silvia yang mendengarnya sejak awal merasa sedih dan sedikit sulit menahan air mata yang ingin keluar.

Silvia menatap wajah tampan Algaz dari masa muda yang ada pada cucunya, Zidan.

Nenek Silvia menarik sang cucu dan memeluknya erat, sungguhlah... ini rindu yang sangat berat Silvia tahan sebagai seorang ibu dan seorang nenek, ibu yang tak berguna dari putra yang brengs*k, nenek yang harus bisa menjaga cucu laki-laki dari putranya yang tidak jelas kelakuannya.

"Nenek gak akan bisa marah sama kamu sayang, kamu tau nenek dan kakek juga sama sayangnya dengan Kakek Daka dan nenek Tika... mereka lebih baik menjaga kamu karena kami gagal menjadikan ayahmu sebagai laki-laki baik dan bertanggung jawab, nenek minta maaf atas kesalahan ayahmu dan semua yang telah terjadi sebelum ibu kamu meninggal dan memaafkannya, maafkan kami berdua nak..." Silvia merasa sangat bersalah dan air mata yang tidak pernah ia keluarkan didepan siapapun kecuali, suaminya kini ia perlihatkan pada cucunya, bahkan anak-anak nya pun tidak pernah atau jarang melihat ibu mereka benar-benar menangis.

Zidan membalas pelukan neneknya dan mencium kening neneknya.

Semakin sedih dan menangis Nenek Silvia.

"Zidan enggak pernah benci atau marah begitu besar sama ayah, Zidan berusaha buat gak benci ayah, Pakde Bisma bilang kalo gak ada ayah Zidan juga gak bakalan lahir nek, Zidan hanya kesal dengan sikap dan sifat ayah, dan maaf ucapan Zidan yang tadi kasar nek." Tatapan itu tak pernah berubah selalu dingin tapi, masih bisa mengeluarkan air mata.

Nenek mengusapnya dan memberikan Zidan tisu.

Di luar mobil Kakek Angger dan semua anak buahnya duduk bersama berbagi rokok, mereka saling bicara santai tak seperti atasan dan bawahan obrolan ringan tentang pekerjaan dan kesibukan di rumah saat libur dan sebelum berangkat kerja.

Sejujurnya Kakek Angger juga ingin bicara tapi, istrinya lebih penting. Angger anggap ia sudah melihat dan bicara sedikit pada Zidan itu sudah pas.

Zidan melihat punggung Kakek Angger dari dalam mobil.

Nenek bercerita banyak hal dari awal pertemuan orang tua Zidan dan semuanya sampai Zidan lahir laku bagian sulitnya adalah ulang tahun pertama Zidan. Saat itulah saat terberatnya.

"Gak papa nek semuanya sudah berlalu," ucapnya.

Melihat ada alarm bunyi di ponselnya Zidan tersenyum.

"Malem nek, Kakek Daka pasti nungguin Zidan pulang, Zidan duluan ya nek."

Silvia meraih tangan Zidan dan membuka jendela mobil.

"Angger ayo pulang, sudah malam ini cucumu mau istirahat, berhenti merokoknya!"

Sedikit kaget ternyata segalak itu Nenek Silvia.

Dalam perjalanan pulang pun Nenek Silvia masih menanyakan tentang berita itu yang awalnya kenapa Zidan mau duduk satu mobil dengan sang nenek.

"Berhati-hati nanti saat kamu menjadi terlihat nyata bagi semuanya, mereka tidak terlalu baik hati dalam persaingan bisnis dan untuk kedepannya, jika kamu mau datang pada Nenek, datang lah... nenek untuk kamu nak."

Zidan pamit menyalami neneknya dan pada Kakek Angger, Zidan ragu melakukannya.

"Keluar lah, ini hampir malam, jangan lupa ganti pakaian sebelum tidur jangan lakukan hal dalam berita, mencegah dengan menjauhinya lebih baik." Kata Kakek Angger.

Zidan mengangguk dan berucap iya.

Keluar dari mobil setelah berpamitan dan melangkah masuk kedalam gerbang.

Angger pindah duduk ke belakang bersama istrinya.

"Di tidak melakukan apa yang ayah bodohnya lakukan kan?"

"Tentu saja... kau pikir kepintaran Sarah menantuku itu hanya sebatas dengkul."

"Hey sayang kau lebih sensitif jika sudah bertemu cucumu, kau sudah pernah melihatnya tapi, tak mau mendekat jika bukan penasaran tentang berita ini kan..."

Nenek Silvia tersenyum dan mengusap lengan dada Suaminya.

Tiba-tiba memukul lengannya keras.

"Jangan ajak aku bicara."

Langsung membuka ponsel dan mengetik beberapa huruf.

Di rumah Nenek Tika membuka ponselnya yang bergetar di sampingnya.

"Keluar saja." Katanya pelan oada asistennya.

Keduanya keluar.

"Aku barusan bertemu dengan Zidan anak itu sudah aku pulangkan banyak hal yang kami bicarakan sampai telat, maaf dan terimakasih Tika."

"Kurasa itu berita bohong dan ku yakin, suamimu sudah melakukan tindakan, dilihat dari dekat Cucuk kita bukan laki-laki yang buruk."

Nenek Tika tersenyum setelah membaca pesan dari Nenek Silvia.

Di dalam mobil yang masih melaju tenang disana Nenek Silvia dan Kakek Angger bisa bernafas lega.

Baru saja akan tidur pintu kamarnya terketuk.

"Ada apa?" Tanya saat di buka dan melihat asisten Kakek nya berdiri disana.

"Tuan besar memanggil anda."

Keruangan Kakek Daka dan masuk setelah mengetuknya.

Kakek Daka sedang membaca buku di kursi pijatnya.

"Apa kamu sadar kalo kamu sudah jadi bahan gosip?"

Zidan terdiam. Asisten Kakek Daka memberikan tabletnya. Kakek Menunggu cucunya selesai membaca artikel berita, sambil lirik lirik kecil.

"Aku lebih suka jika tidak di hapus, biarlah rumor jelek itu menyebar," ucapnya memberikan tablet itu pada asisten kakeknya meletakkan nya diatas meja.

"Apa kau tidak risih?"

"Tidak.. untuk apa, pandangan manusia berubah jika mereka mau mengubahnya jika tidak ya sudah.. sudah malam kek, besok apa yang harus aku lakukan taruh saja dan beri aku petunjuk."

Kakek tersenyum saja dengan ucapan santai Zidan.

"Sudah kubilang Rumor itu tak akan menyulitkannya justru mereka yang sulit." Kata kakek setelah Zidan keluar ruangannya.

Di tempat lainnya Seorang wanita menerima bayaran dengan laki-laki di sebelahnya.

"Jika ini membuatnya hancur aku akan berikan bayaran sisanya, kalian bekerja dengan baik, sekarang pergi yang jauh ubah identitas kalian uang itu juga cukup untuk biaya hidup keluarga kalian."

"Iyaa terimakasih Bu.. makasih..."

Suara tembakan dalam gudang itu membuat buruk berterbangan di hutan dekat nya.

Keesokan pagi pemilik Gudang terkejut sampai berlarian dengan kencang.

"Mayat!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!