Menghamili perempuan

Algaz tak bisa menunggu semuanya berbalik dengan senang hati kearahnya, ia harus melakukan sesuatu.

Bangkit dengan lutut gemetar, Algaz melangkah ke kursi kerjanya dan mengusap kasar wajahnya sekali.

"Apa lagi yang harus aku hilangkan supaya jalanku menuju putraku kembali padaku..."

Telpon berbunyi ternyata panggilan masuk dari sekertarisnya.

"Jangan biarkan dia masuk, aku tak menerima siapapun." Katanya lalu menutup telponnya.

Karina di lantai satu terus memaksa masuk.

"Kenapa gak bisa hah, kenapa gak bisa.. saya istrinya kenapa kalian terus meminta saya pulang telpon, cepat telpon!" Bentakannya terus-terusan sampai lobi gaduh.

"Maaf bu kami baru saja menelpon ibu di minta pulang, Sekertaris Laura sudah menyampaikannya tadi." Kata resepsionis.

Keduanya saling takut mereka takut dengan tatapan Karina.

"Ingat.. kalian semua mempermalukan aku, aku istri atasan kalian!" Karina menatap semuanya dengan wajah merah padam. Ia malu banget rasanya.

Berbalik pergi Karina dan masuk kedalam mobilnya.

Bisik-bisik tentang hubungan istri dan atasan mulai terdengar karena ini tak pernah terjadi saat menikah dengan pemilik label busana terkenal.

"Liatin aja apa yang baik akan terus baik, kenapa Zak tumben kemari?" Tanya Leona temannya yang sesang duduk di lobi bersamanya.

"Aku hanya memastikan sesuatu dan itu juga niatku untuk mendekatimu."

"Rayuan maut bos... Hahha itu tidak mempan. Apa itu rahasia?"

Zaki mengangguk.

Leona terdiam dan memutar gelas kopi di tangannya.

"Pagi ini Laura bilang padaku ada laki-laki lain yang datang dan keluar dari ruangan Pak Algaz, Laura tak bisa menghentikannya, dikiranya itu Pak algaz karena sangat mirip."

Zaki bangkit tiba-tiba dari duduknya dan melirik Leona.

"Orang itu, yang kamu maksud adalah tugasku, jadi jika kamu melihatnya kemari segera kirim pesan singkatan." Leona terdiam mengerjap meletakkan gelas kopinya di meja sampingnya, meja diantara kursinya dan kursi Zaki.

"Penting?" Tanya Leona penasaran dan itu berhasil membuat ekspresi Zaki yang sebelumnya datar jadi tersenyum.

"Berurusan dengan nyawa dan karirku." Berbalik pergi setelah memasang kancing kemeja jasnya, Zaki pergi dengan santai tanpa sadar kalo leona memperhatikan kepergiannya, di tatap Leona dengan tubuh tegap ramping menjauh.

"Pengawal Tuan Bisma sangat keren dan dia temanku." Lalu pergi membuang dua gelas bekas kopi ke tempat sampah.

Di tempat lainnya, Zidan melangkah masuk keruangan yang sudah di masuki Farida. Saat sampai mau membuka pintu ternyata Farida keluar. Suster di belakangnya tersenyum.

"Anda kakaknya, Kami baru saja selesai."

Dengan senyuman di balik maskernya Bagas mengusap kepala adiknya ia juga menggunakan masker.

Suster tersebut menyerahkan amplop coklat berisi hasil tes periksa Farida.

"Makasih Sus." Kata Farida di anggukki susternya dan gantian Zidan mengambil alih pegangan untuk mendorong kursi roda Farida.

"Kakak dari kantor ayah..." Katanya seketika membuat Zidan tersenyum di balik maskernya.

"Kakak dari rumah tadi ketemu nenek sebentar mau jemput kamu nenek minta suapin makan dulu." Zidan berujar bohong, ia sama sekali tak bertemu dengan nenek dan menyuapi makan, ia bertemu dengan Algaz.

"Kakak gak usah samperin atau ketemu ayah lagi, mereka bahaya dan kakak bukan punya sembilan nyawa ya."

Terkekeh.

"Iya-iya cerewet." Farida tersenyum.

Di saat yang sama pun perasaan benci pada ayahnya tidak menghilang. Zidan benar-benar ingin menghapus rasa tak suka tapi, kenapa sulit apa karena ia belum ikhlas.

Sampao di rumah Pakde Bisma, Bibi langsung keluar menyambut dan Zidan sudah membantu Farida berpindah ke kursi roda.

"Saya mau pergi dulu," ucapnya pada Bibi.

Bibi mengangguk tersenyum dan melirik Farida. Farida juga mengambil tangan Zidan dan menciumnya sebagai rasa terimakasih dan hormat pada kakaknya juga pamitnya.

"Jangan buat repot bibi, usahakan mandiri jika terlalu sulit minta bantuan gak papa, jangan takut-takut."

Pergi Zidan menaiki taksi yang sudah didepan yang memang ia pesan saat sudah sampai rumah Pakde Bisma.

Saat masuk taksi, Zidan menyandarkan dirinya dan menatap kosong keluar kaca mobil.

Ia butuh tempat tenang melampiaskan kekesalannya pada ayahnya.

Ekspresi itu membuatnya kesal sama sekali tak ada rasa bersalah bagaimana bisa ia tidak tau malu malah menawari Zidan hal tidak berguna selain permintaan maaf, malah Zidan yang meminta maaf atas apa yang ia lakukan pada anak buah ayahnya.

Sampai di tempat tujuan Zidan turun dan memberikan ongkos taksi lewat pembayaran non tunai.

"Kenapa kamu lakuin itu, bisa tidak kamu berharap aku akan baik-baik saja saat anak kamu lagi, hah!"

"Siapa yang mau anak itu, aku tidak perduli, kau yang ingin kau yang lahirkan!"

Pergi laki-laki itu setelah mendorongnya.

Saat Zidan melangkah pergi selesai melihat pertengkaran berakhir dengan laki-laki nya juga pergi dari hadapan perempuan.

Tiba-tiba perempuan tadi duduk di sebelah Zidan.

Di ruangan lain tepat kantor di rumah. Kakek Daka sibuk dengan urusannya. Asistennya datang tiba-tiba membuat ia teralihkan dari kerjaannya.

"Maaf Tuan besar, ini tentang Tuan muda." Memperlihatkan salah satu artikel dalam akun burung putih. Sambil menyerahkan tablet dari tangannya, jari kakek bergerak menggulir layar.

"Apa ini?"

"Seorang wanita yang hamil dengan pacarnya dan di marahi pacarnya lalu, duduk bersama laki-laki lain itu adalah Tuan muda, ini ketidak tahuan Tuan muda ia masih belum sadar, Zaki mengirimkan informasi ini pada Tuan Bisma, Saya juga menyampaikannya pada Anda Tuan besar, berita yang ditulis dalam artikel ini banyak memuat hal-hal yang bohong."

Kakek Daka menutup tabletnya.

"Biarkan saja, Nama baik anak itu tak akan hancur walau ini berita aneh yang terlihat seperti akan membuat namanya jelek dan jatuh."

Kakek menoleh, asistennya tegang di tatap kakek.

"Cari yang menyebarkan berita dan minta dia mengubah artikelnya."

Asistennya pergi dengan diam tanpa permisi.

Saat hari mulai gelap Zidan mulai punya rasa menyudahi masa menyendirinya. Apa ini hari yang cukup untuknya atau ini kurang tepat.

Rasanya ia tak mau ada di posisi seperti ini, tujuannya datang adalah bekerja dan mencari tau tapi, rasa penasarannya membuatnya berubah dari tujuan awal.

Apa harus ia menggunakan kekuasaan kakeknya dan Pakdenya untuk membuat hal ini terbuka dan terlihat jelas olehnya.

Bangkit dari duduknya. Berbalik badan sambil membawa sampah bungkus minuman dingin manis.

"Berjumpa lagi nak.." Pria tegap dengan banyak rambut ubannya disana.

Siapa dia dan kenapa banyak irang di belakangnya.

"Zidan." Panggilannya membuat Zidan terdiam dengan wajah datar.

"Apa mau kalian? Siapa kalian?" Tanya nya dengan wajah datar dan penuh intimidasi, tajam sekali sorot matanya.

"Jangan buat Istri ku menunggu bawa dia masuk."

Zidan mundur tapi, dengan cepat kedua pengawalnya menarik paksa Zidan.

Wanita tua didalam mobilnya.

"Kamu membuat hal yang sama seperti ayahmu nak?" Tanya wanita tua itu membuat Zidan kaget.

"Apa maksud anda saya tidak paham..." Ketika akan di paksa masuk mobil. Silvia menatap tajam bahawan suaminya.

"Zidan ini nenek Silvia nenek dari ayah kamu, boleh nenek meminta waktu senggangmu sebentar."

Terdiam Zidan.

"Apa kamu benar menghamili wanita ini?"

Zidan langsung masuk dan pintu di tutup bawahan Kakek Angger.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!