Menikah Tapi Terpaksa

Pagi harinya Elnada bangun dengan mata sembabnya, tetapi gadis itu belum sepenuhnya sadar, diliriknya jam yang sudah menunjukan pukul setengah 7 lebih, ia segera bangkit dari tidurnya bersiap untuk berangkat ke sekolah, namun kegiatannya terhenti saat ia mengingat kejadian tadi malam.

Terdengar helaan napas yang cukup dalam, ia sendiri baru saja tersadar jika dibagian matanya terasa berat karena hampir semalaman nangis sampai tertidur. Bisa-bisanya ia berharap kalau kejadian tadi malam hanyalah mimpi belaka.

"Nyata," gumamnya merasa tidak minat lagi untuk berangkat ke sekolah.

Tidak lama setelah itu pintu kamarnya diketuk, terdengar mami Inta yang meminta ijin untuk masuk. Lalu terlihatlah beliau yang sudah rapih dengan wajah lebih terlihat cantik dan anggun dari biasanya, riasan di wajahnya sangat membuat beliau terlihat beda.

Seketika jantung Elnada terpompa dengan begitu cepat menyadari akan sesuatu hal melihat penampilan maminya saat ini. Jika kejadian demi kejadian tadi malam itu memang nyata, maka menikah secara dadakan juga akan segera menjadi kenyataan.

"Sayang, kamu sudah bangun?" senyum manis mami Inta berikan untuk anak gadisnya.

Beliau duduk di pinggir ranjang milik Elnada, dan seketika itu juga Elnada baru menyadari, jika dibalik sikap tenang mami Inta sekarang, ada sesuatu yang disembunyikan.

Mata beliau terlihat merah sama seperti Elnada, gadis itu yakin maminya juga menangis sama sepertinya.

"Mi, katakan kalau kalian tadi malam cuma ngeprank El kan?" Elnada masih sangat berharap jika semua hanya sebuah lelucon semata.

Tetapi gelengan kepala dari mami Inta seakan menjawab sudah, ia tertunduk dengan air mata yang kembali akan melesak untuk keluar.

"Jadi papi bentak El tadi malam juga nyata?" gumam Elnada kembali teringat akan hal itu, dimana papi Bara untuk yang pertama kalinya berkata dengan nada tinggi padanya, padahal menurut Elnada ia tidak melakukan kesalahan.

Ia hanya mengutarakan apa yang ia rasakan dan apa yang mengganjal pada dirinya tadi malam. Tetapi tanggapan yang papi Bara berikan padanya begitu menyakiti hati, karena itu merupakan untuk yang pertama kalinya bagi Elnada.

"El, maafin mami ya nak, tapi ini untuk kebaikan kamu sayang," ujar mami Inta mencoba agar anaknya mengerti.

"Kebaikan apa mi? El aja nggak tahu apa maksud mami dengan kebaikan itu? menikah dengan Enggar itu untuk kebaikan El? menurut mami begitu?" tanyanya mendapat gelengan kepala dari mami Inta.

Beliau tidak lagi bisa berkata, rasanya juga sangat berat dan sakit jika harus memaksa anaknya seperti ini, tetapi apa boleh buat, beliau sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi dengan beliau setelah ini, yang terpenting bagi beliau, Elnada dapat melanjutkan hidup dengan layak dan mendapat kebahagiaan, setidaknya itu yang mami Inta harapkan untuk jalan hidup anaknya.

"Inta, Elnada," panggil bunda Arlin tiba-tiba datang.

Beliau tidak datang sendiri, melainkan dengan 3 orang yang jika dilihat sudah bisa Elnada tebak, ketiga orang tersebut ialah perias pengantin.

Elnada masih tidak habis pikir, dengan keadaanya yang seperti sekarang, juga dengan mata yang masih sembab pernikahan itu akan benar-benar dilakukan, apa sebenarnya tujuan atau alasan dibalik pernikahan mendadak ini.

Elnada melirik maminya yang membuang muka secara tiba-tiba, padahal ia hanya ingin melihat apa maminya tega mengorbankan anak gadisnya untuk pernikahan yang membingungkan ini.

Tetapi melihat maminya yang membuang muka dan langsung keluar dari kamarnya seketika membuat hati Elnada merasa sakit, tanpa disadari tangannya mengepal. Ia merasa diasingkan oleh maminya sendiri.

"Buat aku secantik mungkin hari ini," ujar Elnada pada orang yang siap merias wajahnya.

Melihat hal itu bunda Arlin sendiri merasa tidak tega. Bukan hanya dengan Elnada saja, tetapi juga dengan mami Inta yang sudah pasti lebih sakit hati dibanding dengan Elnada, beliau paham bagaimana mami Inta selama ini berusaha untuk membahagiakan Elnada seorang diri, meski mempunyai suami, tetapi sosok itu seakan tenggelam dan terkadang muncul untuk waktu yang sangat singkat, tidak mudah memang menjadi mami Inta.

"Sebentar ya nak," ujar bunda Arlin dibalas Elnada dengan anggukan juga senyum tipisnya.

Bunda Arlin menghampiri mami Inta yang kini sedang menangis tersedu. Mami Inta memang terkesan jahat untuk Elnada, tetapi Elnada tidak pernah tahu pengorbanan mami Inta selama ini untuk membahagiakannya, dan tanpa disangka apa yang selama ini sudah beliau jaga bisa saja jatuh begitu saja dengan datangnya sesuatu yang tidak beliau harapkan.

Tetapi sekali lagi, Elnada tidak akan pernah tahu jika ia tidak diberitahu oleh mami Inta, atau tidak menjelaskan sendiri pada gadis itu.

"Inta, apa sebaiknya kamu berterus terang saja pada Elnada?" ujar bunda Arlin yang langsung dibalas mami Inta dengan gelengan kepala.

"Tidak sekarang kak, aku tidak tega melihatnya, rasanya sangat menyakitkan," balas beliau dengan tersedu.

Tidak banyak yang bisa bunda Arlin lakukan, selain mengiyakan permintaan dari sahabatnya itu, beliau sendiri tidak keberatan dengan permintaan mami Inta untuk menikahkan anak mereka secara mendesak seperti saat ini. Karena beliau paham bagaimana mami Inta selama ini.

Tidak banyak yang hadir di acara pernikahan Elnada dan Enggaraksa. Hanya pihak dari kedua keluarga inti saja, ditambah beberapa orang sebagai saksi, salah satunya ialah orang kepercayaan pak Wijaya di perusahaan beliau.

Terdiam di tempatnya dengan setelan baju pengantin, Enggar terdiam tanpa berkata, rasanya seperti tidak nyata, ia akan menikah, dan gadis yang dia nikahi ialah Elnada, gadis dengan seribu keanehan menurutnya.

"Nak Enggar, terimakasih." Papi Bara tiba-tiba datang menghampiri Enggaraksa.

Tidak ada jawaban suara dari Enggar kecuali anggukan kecil di kepalanya. Untuk mengiyakan juga sebenarnya sangatlah berat ia lakukan, tetapi untuk menolak juga tidak akan ia lakukan lagi, karena percuma saja orang tuanya terutama Bunda Arlin begitu berharap dengan pernikahan itu.

Tidak lama datanglah Elnada dengan baju pengantin yang terlihat sangat cantik dan membuatnya terlihat anggun saat ini. Semua yang berada di sana terpikat akan paras cantik Elnada saat ini, tidak terkecuali Enggar yang juga terdiam melihat kedatangan Elnada.

Jika saja pernikahan mereka dilakukan secara besar-besaran, mungkin saja semua tamu undangan akan memuji wajah cantik dari gadis itu saat ini.

Ekor mata Enggar melirik ke arah Elnada yang semakin dekat dengannya, dan bahkan gadis itu kini sudah berada di sampingnya. Tepat di sampingnya begitu dekat. Aura pengantin langsung terasa saat gadis itu tiba.

Sama sepertinya, Elnada juga diam seakan tidak menyetujui pernikahan ini, meski tetap berlangsung, nyatanya keduanya melakukannya dengan berat hati.

"Gue emang suka lo kak, tapi bukan cara seperti ini yang gue inginkan," ujar Elnada dalam hatinya.

Jantungnya berdegup sangat kencang tatkala Enggar sudah bersiap untuk mengucapkan ijab kabul di sampingnya.

Terpopuler

Comments

Liswati Angelina

Liswati Angelina

apakah misteri yg tersembunyi itu????

2024-04-17

0

Vietha_27

Vietha_27

wahh kn bener.
sebenernya mami Inta jg mungkin g kuat pura pura bahagia hidup sm papi Bara. makanya skrg mau tenang dan g bikin beban El jg. akhirnya keputusan ini d ambil 🥺

2024-04-17

0

Fitrothul Auliya

Fitrothul Auliya

k otakku blm move on dri novel yg belum selesai my techer aslan,lanjutin do k kk riri nyampe sekarang msih terngiang ngilang di benakku gimana kelanjutan nya,sumpah seru pgin di lanjut klw bisa mh🤭🤭

2024-04-16

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!