Kapan Dekatnya?

Sepanjang perjalanan tidak banyak yang Elnada katakan, sesungguhnya meski ia bersama dengan Daren tetapi pikirannya penuh akan Enggaraksa, terlebih Elnada sudah melihatnya tadi jika Enggar akan pulang bersama dengan Narina, dan mungkin saja mereka sudah satu mobil sekarang. Bukankah harusnya Elnada yang bersama dengan Enggar sekarang? Sungguh karena itu sangat membuat hati Elnada tidak tenang sekarang.

Namun tetap berada di sana dan melihat kedekatan kedua sahabat beda jenis itu juga tidak mungkin bagi Elnada, hatinya tidak akan siap.

"Ka," panggil Elnada langsung membuat Daren menoleh. "Iya, kenapa El?" tanya Daren cepat menjawab.

Daren sangat bersemangat pulang bersama dengan Elnada, gadis itu memang termasuk tipe atau incaran Daren selama ini, meski tidak ada upaya dari Daren selama ini, namun diam-diam Daren menaruh hati dengan gadis pemberani di sekolahnya.

"Narina itu emang sering numpang ya sama kalian?" tanya Elnada.

Gadis itu sebenarnya bingung dan sangat hati-hati untuk bertanya secara langsung.

"Narina, lumayan sering sih, tapi nggak ke gue, Enggar sih yang paling sering, secara mereka kan sahabat juga tetangga dari kecil," jelas Daren diangguki oleh Elnada.

Satu informasi sudah ia dapatkan. Jika Enggar dan Narina ternyata tidak hanya sahabat, tetapi juga bertetangga, jadi pantas saja jika mereka begitu dekat.

Menurut Elnada itu akan jauh lebih mudah membuat gadis seperti Narina sadar nantinya agar tidak berdekatan terus dengan Enggaraksa, jika Narina melihat Elnada berada di rumah Enggar tentunya.

"Tapi biasanya dia bawa kendaraan kok, motornya lagi rusak aja makanya barengan Enggar," lanjut Daren kembali diangguki oleh Elnada.

Dalam hati Elnada merutuki motor buntut Narina yang terus membuat dirinya dan Enggar harus terpisah lagi.

"Oh ya, tadi pagi, lo juga dihukum kan?" tanya Daren diangguki oleh Elnada dengan senyuman.

"Badung juga ya lo?" ujar Daren membuat tawa Elnada pecah.

"Gue emang apa adanya kak, males sih kalah harus jadi orang lain biar dianggap baik," balas Elnada diangguki setuju oleh Daren.

"Keren, gue suka cewek kaya lo," ujar Daren dibalas Elnada dengan tawa.

"Kenapa tertawa?" tanya Daren melihat tanggapan dari Elnada.

"Kakak ada-ada aja," balasnya singkat.

"Serius, lo tuh menarik banget El, apa lagi di mata gue," ujar Daren seketika membuat tawa Elnada langsung terhenti.

Kata-kata Daren mulai ke arah serius memang, dan sangat tidak nyaman pastinya, Elnada menghindari saat-saat seperti ini sebenarnya.

"Lupakan, gue nggak mau lo terganggu dan nggak nyaman ketika bareng gue," jelas Daren merasa tidak enak melihat diamnya Elnada tadi.

"Nggak papa kok kak, santai sama gue, nggak bakal baper juga," celetuk Elnada membuat

Daren tertawa.

"Kenapa sih harus kak Daren? kenapa bukan kak Enggar coba?" ujar Elnada dalam hatinya.

Gadis itu masih saja mengharapkan Enggar, jika saja Enggar yang mengatakan itu semua. Mungkin Elnada sudah dibuat terbang, tetapi masalahnya ini bukanlah Enggar yang mengatakannya, melainkan sahabat dari Enggar sendiri, bisakah Enggar belajar dari Daren cara memperlakukan Elnada seperti apa.

"Makan dulu ya sebelum pulang," ajak Daren membuat Elnada langsung menggeleng untuk menolak.

"Please El, gue belum makan dari pagi," bohong Daren akhirnya membuat Elnada menganggukan kepalanya mengiyakan.

"Boleh deh kak," balasnya singkat, tetapi sangat membuat Daren merasa senang dengan jawaban singkat dari Elnada.

"Cari kesempatan banget," ujar Elnada dalam hati. Ia masih merasa keberatan jika harus memperpanjang waktunya bersama dengan Daren.

Sementara Enggar langsung menuju ke rumah Elnada setelah mengantarkan Narina pulang tadi. Meski rumah mereka berjarak sangat dekat, tetapi Enggar tidak sempatkan untuk pulang terlebih dahulu, bunda Arlin sudah menyuruhnya untuk segera datang.

Tidak lama Enggar sampai di rumah Elnada, terlihat bunda Arlin yang sedang menenangkan mami Inta. Setelah menyalami kedua wanita itu, Enggar ikut duduk bersama.

"Dimana Elnada Ga?" tanya bunda Arlin.

"Nada pulang bareng temennya bund," balas Enggar seketika membuat bunda Arlin juga mami Inta terlihat bingung.

"Kok bisa?" tanya bunda Arlin ingin tahu.

"Ya sudah tidak papa, kita tunggu sampai El pulang," lanjut beliau lagi.

Sepertinya beliau tidak ingin memperpanjang hal sepele itu, namun juga sebenarnya sangat penting.

Sudah sekitar 1 jam berlalu Elnada tidak kunjung pulang. Mami Inta terlihat sangat khawatir. Wanita itu terlihat tidak setenang biasanya.

"El kemana ya? kok belum pulang?" gumam beliau masih bisa didengar oleh bunda Arlin.

"Inta kamu tenang ya? mungkin Elnada terjebak macet di jalan," ujar beliau menenangkan.

Menganggukan kepalanya. Mami Inta berusaha agar tetap bisa tenang, meski dalam hatinya sudah sangat khawatir sekali, ia terus melihat arloji di tangannya, seakan waktu begitu lambat menunggu kepulangan Elnada.

"Tante, saya akan coba hubungi Nada," ujar Enggar pada akhirnya.

Melihat dua wanita yang begitu gelisah membuat Enggar merasa tidak bisa hanya berdiam diri saja. Ia harus melakukan sesuatu agar bundanya juga mami Inta tenang kembali.

"Iya nak, tolong ya? tante udah coba hubungi tapi nggak bisa," jelas mami Inta diangguki oleh Enggar.

Ia pamit untuk mencoba menghubungi Elnada, namun seperti yang dikatan oleh mami Inta tadi. Elnada tidak dapat dihubungi, Enggar terus mencoba tetapi hasilnya masih sama.

Seketika ia tersadar harus menghubungi siapa. Tentunya saja orang yang sedang bersama dengan Elnada sekarang, tetapi jika ia menghubungi Daren untuk menanyakan apa lagi menyuruh agar cepat mempulangkan Elnada akan banyak pertanyaan pastinya. Sangat banyak pertimbangan.

Enggar menoleh ke arah kedua wanita yang kini sedang saling menguatkan, entah apa yang terjadi sebenarnya sampai membuat bundanya ikut terlihat sangat khawatir kapada mami Inta.

Tidak lama akhirnya nomor Daren ia tekan, bersamaan dengan suara mobil yang terdengar di depan gerbang rumah Elnada.

Itu mobil milik Daren, Enggar mengurungkan niatnya dan memasukan kembali ponselnya.

"Makasih ya kak," ujar Elnada turun dari mobil Daren.

"Sama-sama El, gue langsung nggak papa kan?" pamit Daren diangguki oleh Elnada.

Sebenarnya Daren mengharap Elnada untuk menyuruhnya atau paling tidak menawarkan untuk mampir ke rumah gadis itu meski hanya sebentar, tetapi sepertinya hal itu tidak akan Elnada lakukan. Justru dengan pamitnya Daren tadi membuat Elnada senang dan langsung melambaikan tangannya.

Mau tidak mau Daren harus kembali melajukan mobilnya meninggalkan Elnada yang sebenarnya masih ingin dilihat olehnya.

Langkah Elnada memelan saat melihat Enggar berdiri di depan rumahnya. Ia menoleh dan menemukan mobil milik Enggar sudah terparkir di depan rumahnya. Bisa-bisanya gadis itu baru sadar sekarang.

Keduanya saling adu pandang untuk waktu yang tidak begitu lama, tetapi tidak ada yang saling membuka obrolan.

Elnada memilih untuk langsung masuk ke dalam. Hatinya masih kesal mengingat kejadian tadi ketika akan pulang sekolah.

"Elnad!" panggil mami Inta melihat kedatangan anaknya.

"Mi, tante," sapa Elnada saat sudah dekat dengan kedua wanita tersebut.

Tidak lama Enggar juga ikut masuk ke dalam. Keduanya kembali saling adu pandang untuk waktu yang sangat singkat.

"Kamu kemana aja nak?" tanya bunda Arlin membuat Elnada kikuk sendiri.

Ia tahu jika bunda Arlin tadi menyuruhnya untuk pulang bersama dengan Enggaraksa, itu sebabnya yang membuat Elnada rela menunggu Enggar tadi, tetapi malah dibuat kecewa dengan adanya Narina. Mau tidak mau memang Elnada memilih untuk pergi dan akhirnya pulang dengan Daren, sahabat Enggaraksa.

"Tadi, temen El ngajak makan dulu tante," jelas Elnada diangguki oleh bunda Arlin.

"Kalian nggak pulang bareng?" kali ini mami Inta yang bertanya.

Elnada menggeleng, ia sempat melirik ke arah Enggar, dan berniat untuk menjelaskan kepada maminya juga bunda Arlin.

"Sebenarnya tadi El udah nungguin kak Enggar, tapi pas kak Enggar datang dia udah sama kak Narina, jadi ya Elnad pulang sama yang lain, takut ganggu mereka," jelas Elnada membuat Enggar menyunggingkan senyumnya.

Ia merasa aneh ketika Elnada menyebutkan nama Narina dengan embel-embel 'kak'. Tahu sendiri seperti apa sikap Elnada kepada Narina, gadis itu memang sangat pintar sekali menyembunyikan kebenarannya.

"Begitu rupanya? lain kali jangan pergi nak, kalian bisa pulang bertiga," ujar bunda Arlin membuat mata Elnada membola.

Pulang bersama dengan Narina? sangat tidak mungkin Elnada mengiyakan. Kecuali kalau hati gadis itu sudah terketuk sedikit.

Sementara Enggar menyunggingkan senyumnya melihat kecemasan Elnada di depanya. Ia tidak pernah melihat wajah gadis itu panik seperti saat ini.

Sepertinya Elnada memang keberatan dengan permintaan bunda Arlin, tetapi sungkan untuk menolak. Enggar paham akan hal itu.

Terpopuler

Comments

Fitrothul Auliya

Fitrothul Auliya

double kk

2024-04-14

0

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

ada apa ya dgn mama nya Elnada

2024-04-13

0

Vietha_27

Vietha_27

ya ampun bunda.
ga mungkin aku plg bertiga yaa

yg ada dianggap nyamuk sm dua org yg katanya sahabat tp yg cewe kasih hati sm si cowo.
bs ngamuk sepanjang jalan yg ada El nya bunda🙃🙃🙃


kl kata Enggar, menarik. kita lihat siapa yg bakal menang.
El yg kekeuh ga mau ikut plg bertiga atau terpaksa bareng bertiga karna suruhan bunda Arlin 😌😌😌

2024-04-13

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!