Bebas Dari Hukuman

Melihat kedatangan Elnada Gladis langsung berseru dengan semangat. "Elnad!" serunya bersamaan dengan suara bel yang berbunyi.

Elnada menghampiri Gladis dan duduk di sebelah gadis itu. Ia penasaran kenapa hari ini banyak siswa atau siswi yang sudah duduk di kelas sebelum bel berbunyi, biasanya mereka masih santai berada di luar kelas.

"Untung lo nggak terlambat," komentar Gladis membuat Elnada mengernyit dengan bingung.

"Kenapa?" tanyanya.

"Hari ini ada pemeriksaan dari OSIS," jelas Gladis diangguki oleh Elnada santai.

"Kok gitu? buruan diumpetin dulu bege," suruh Gladis membuat Elnada menggeleng dengan cengiran di wajahnya.

"Nggak perlu, hari ini tas gue aman," balasnya santai.

"Sumpeh? demi apa?" tanya Gladis tidak percaya.

Pasalnya keseharian Elnada tidak jauh berbeda dengan dirinya yang membawa peralatan make up juga parfum ke sekolah. Bahkan sudah tidak terhitung jumlah make up milik mereka yang disita dan membiarkan saja tanpa berniat menginginkan untuk dikembalikan.

Uang yang mereka miliki sangat cukup dan lebih untuk membeli yang baru tanpa perlu repot-repot minta dikembalikan dari pihak OSIS.

"Demi ka Enggar lah," balas Elnada membuat Gladis mencebik.

"Masih aja ngarep," decihnya.

"Apa si? sama suami ya nggak papa dong," balas Elnada membuat Gladis melotot.

Menurut Gladis Elnada semakin hari semakin aneh saja jika menyangkut tentang Enggaraksa. "Cepet sadar Elnad, mimpi lo ketinggian."

Tidak lama setelah itu beberapa siswa dan siswi yang menjabat sebagai anggota OSIS baru datang ke kelas mereka.

Tetapi ada yang berbeda kali ini, Elnada mengernyit bingung melihat adanya Enggaraksa yang juga ikut andil untuk memeriksa tas siswa siswi di kelasnya. Enggar bukan lagi ketua OSIS seperti beberapa bulan yang lalu. Jabatan itu sudah digantikan.

Tetapi dengan adanya Enggar justru membuat teman-teman di kelas Elnada bersorak senang, yang tadinya malas pemeriksaan malah justru mereka dengan senang hati menyiapkan tasnya di atas meja.

Sepengaruh itu ternyata seorang Enggar memang.

"Demi apa ada ka Enggar?"

"Demi gue lah pasti doi rela ikutan."

Elnada mencebik kesal mendengar obrolan dua siswi yang jarak bangkunya tidak terlalu jauh dengannya.

"El, pantes ya lo tergila-gila, ka Enggar emang badas," komentar Gladis dengan senyum mengembang melihat ke arah Enggar yang berdiri di depan.

Elnada semakin dibuat panas di kelasnya. Bukan hanya dua siswi tersebut yang terang-terangan memuji Enggar, tetapi sahabat baiknya juga. Ekor matanya mengitari ke sekeliling dan dapat melihat dengan jelas betapa teman-teman kelasnya terutama para siswi menatap puja akan Enggar.

"Pada norak banget sih?" dumelnya kesal.

"Apa perlu gue umumin kalau ka Enggar suami gue sekarang? Pada berani banget gila," gumamnya lagi.

Mengingat status mereka membuat Elnada tanpa sadar jadi tersenyum sendiri.

Hal itu tidak luput dari pandangan mata Enggar yang kebetulan sedang mengamati Elnada. Diam-diam Enggar mengamati Elnada sejak kedatangannya ke kelas gadis itu tadi. Sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas melihat mulut Elnada komat kamit tidak jelas dengan wajah tampak menahan kesal. Tetapi wajah berseri kini bisa dilihat dari wajah cantik gadis itu. Perubahan itu disaksikan langsung oleh Enggar.

Para anggota OSIS kini mulai memeriksa tas siswa ataupun siswi di kelas Elnada. Ada beberapa tas yang ketahuan membawa barang yang seharusnya tidak dibawa ke sekolah. Termasuk juga Gladis yang tetap ketahuan membawa make up meski sudah ia coba menyembunyikan di bawah bangkunya. Elnada terkikik melihat wajah kesal Gladis.

"Yang tasnya kita sita, ikut kita ya setelah ini," ujar salah satu anggota OSIS.

"El, kok lu aman sih?" tanyanya masih tidak percaya.

"Seperti yang lo liat," balas Elnada dengan senyum bangga.

"Dimulai dari sekarang," gumamnya dalam hati seraya menatap Enggar yang sedang sibuk di depan.

Kebiasan buruk Elnada sedikit demi sedikit akan ia tinggal demi mendapat perhatian dari Enggar, tekadnya semakin kuat untuk membuat Enggar menyukainya, terlebih keduanya kini memiliki status yang tidak main-main, jelas saja itu akan Elnada gunakan untuk memikat seorang Enggaraksa agar jatuh hati padanya.

"Diumpetin dimana punya lo?" tiba-tiba salah seorang siswi yang merupakan anggota OSIS menghampiri Elnada.

"Maksud lo?" bingung Elnada mendengar ucapan dari siswi tersebut.

"Pakai nanya lagi. Jelas alat-alat nggak berguna lo itu lah," balasnya lagi dengan sangat angkuh.

Elnada menghela napas malas, sungguh ia sangat malas sekali sebenarnya harus menghadapi murid yang berusaha mencari masalah dengannya, di depan Enggar lagi, itu bisa saja merugikan dirinya, namun jika diam saja lebih tidak mungkin Elnada lakukan, dia bukanlah gadis pendiam atau menerima diperlakukan demikian.

 "Nggak berguna dicari, bego banget si lo," ketusnya seketika membuat murid tersebut menatap Elnada tidak terima.

"Jaga ya mulut lo, berani banget sama-"

"Apa? anggota OSIS? ngapain takut sama-sama makan nasi, kecuali kalau lo makan nasi basi," potong Elnada membuat murid yang berstatus sebagai anggota OSIS tersebut naik pitam. Ia ingin sekali menarik rambut panjang Elnada yang diikat kuda, tetapi sebisa mungkin ia tahan agar tidak meledakan emosinya.

Semua yang berada di sana kini terdiam setelah melihat perdebatan di antara keduanya. Tidak terkecuali Enggar yang menatap Elnada tidak suka. Ada rasa ingin menahan Elnada agar tidak bersikap demikian, tetapi tidak bisa ia lakukan. Enggar seperti dipermainkan oleh keinginannya juga keadaan yang ada.

Murid yang tadi berniat membuat Elnada dalam masalah akhirnya memilih untuk menjauh, ia sendiri sebenarnya tahu jika tas Elnada kali ini benar-benar bersih tidak ada yang perlu disita di dalamnya, tetapi melihat gadis cantik itu bebas tanpa hukuman rasanya sangat membuatnya gatal, ia tidak suka jika Elnada terbebas dari hukuman, ia selalu suka dengan Elnada yang mendapat hukuman dan dicap sebagai gadis pembuat masalah di sekolahnya.

"Norak banget si pengen gue kena hukuman pakai cara basi kaya makanannya," ujar Elnada setelah itu kembali duduk seakan tidak terjadi apa-apa.

"Lo keren El," bisik Gladis membuat Elnada menoleh ke arah gadis itu.

"Simpan pujian lo, sekarang waktunya lo dapat hukuman Dis," balas Elnada membuat Gladis mendelik kesal.

"Anjim lo, seneng banget gue dihukum," balas Gladis dengan kesal. Tetapi justru membuat Elnada tertawa lirih dengan sangat puas.

Selesai memeriksa, para anggota OSIS pergi dari kelas Elnada, begitu juga dengan Enggar yang juga pergi dari kelas Elnada. Melihat kepergian Enggar tentu saja sangat disayangkan sekali bagi Elnada, tetapi ia tidak mungkin menahannya agar terus berada di kelasnya.

"Apa banget sih kak suami, nggak ada pedulinya samsek sama gue? peduli? hei Elnad ka Enggar ngelirik lo aja enggak, tau gitu tadi si Reva gue jambak biar puas," gerutu Elnada pada diri sendiri.

Reva ialah anggota OSIS yang tadi mencoba mencari celah atau kesalahan pada Elnada.

Berbeda dengan Elnada yang sedang bertanya-tanya juga memikirkan kekurangan yang ada pada dirinya karena tidak mampu membuat Enggaraksa meliriknya. Enggar sendiri kini kembali ke kelasnya.

Ia hanya disuruh oleh guru untuk ikut mengawasi pemeriksaan tadi, selebihnya sudah bukan lagi tugas atau tanggung jawabnya.

"Udah selesai?" tanya Daren yang duduk di sebelahnya.

Enggar menoleh, lalu mengangguk kecil membenarkan apa yang ditanyakan oleh Daren.

"Gimana?" tanya Daren lagi.

"Apanya?" tanya Enggar tidak mengerti.

"Dia, si cantik pemberani, kali ini dapat hukuman apa?" tanya Daren ingin tahu.

Baru setelah itu Enggar paham siapa yang dimaksudkan oleh salah satu sahabatnya itu, terdiam menatap Daren dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, tanpa sadar ada perasaan aneh yang muncul setelah mendengar pertanyaan dari Daren tadi, perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

"Gue mau beli minum buat si cantik Elnad," ujar Daren tanpa menunggu jawaban dari Enggar.

Cowok itu beranjak dari duduknya dan minta ijin untuk ke toilet. Sementara niat sebenarnya ialah untuk memberikan minum Elnada yang ia pikir sedang mendapat hukuman dari para anggota OSIS seperti biasanya.

Terpopuler

Comments

Vietha_27

Vietha_27

gatau aja Daren, ada yg panas tp ga bs diungkapin🤭🤭

panasin trs Daren biar Enggar terusik kl istrinya di sukain sm temennya sndiri😁😁😁

2024-04-19

2

Fitrothul Auliya

Fitrothul Auliya

lanjut kk riri,pginnya 5 bab sehari biar puas bacanya😁😁

2024-04-19

0

Enno

Enno

trus Daren biar ada yg cemburu

2024-05-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!