Diam-Diam Perhatian

Pukul 9 malam. Elnada tiba di sebuah rumah besar yang baru pertama kali ini ia kunjungi. Setelah diberitahu oleh salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah tersebut. Gadis itu langsung menuju ke tempat dimana mami Inta kini berada.

Terlihat mami Inta yang terbaring di ranjang. Di sana juga ada bunda Arlin, rupanya mami Inta tadi bertemu dengan bunda Arlin, juga yang mengirim pesan untuknya tidak lain ialah Enggaraksa sendiri yang meminta Elnada untuk segera datang.

Cowok yang kini keberadaannya tidak Elnada ketahui. Karena di rumah itu hanya ada maminya juga kedua orang tua Enggar saja.

Entah kemana perginya Enggar sampai tidak Elnada lihat.

"Mami," panggil Elnada mendekat.

Melihat putrinya yang datang langsung membuat mami Inta menoleh, begitu juga dengan kedua orang tua Enggar, yakni bunda Arlin dan ayah Wijaya.

"Nak Elnad, sini sayang," pinta bunda Arlin melihat kedatangan Elnada.

"Mami kenapa tante?" tanya Elnada pensaran, juga khawatir melihat keadaan maminya yang masih lemas.

"Tadi mami kamu pingsan sayang, tadi kata dokter mamimu darah rendah," beritahu bunda Arlin.

Mami Inta memang sempat pingsan dan sudah diperiksa tadi oleh seorang dokter. Hanya saja obat yang dibutuhkan kebetulan tidak dibawa oleh dokter tersebut.

"Makasih ya tante sudah jagain mami," balas Elnada diangguki dengan senyum tulus dari bunda Arlin.

"Sama-sama sayang, mami kamu itu udah tante anggap seperti adik," jelas beliau membuat Elnada lega rasanya.

Selang berapa lama. Enggar datang dengan kantong pelastik di tangannya. Cowok itu menyerahkan apa yang baru saja dibeli olehnya.

Melihat kedatangan Enggar seketika membuat jantung hati Elnada berdetak lebih cepat dari biasanya. Sedikit gugup tatkala Enggar melewatinya dengan aroma harum ciri khas dari cowok itu.

"Parfumnya dari dukun pasti, bikin gue galmov aja," ujar Elnada dalam hati.

"Elnad, kamu sudah makan sayang?" tanya bunda Arlin dibalas Elnada dengan gelengan kepalanya.

Memang benar tadi sebelum kepergiannya, makanan yang Elnada pesan belumlah siap. Terlebih ia menyuruh kedua sahabatnya agar tetap melanjutkan apa yang sudah mereka rencanakan sebelumnya, termasuk untuk melihat film di bioskop.

"Enggar, temani Elnada makan ya? bunda biar di sini jagain tante Inta," suruh bunda Arlin kepada anaknya.

"Nggak usah tante, ngerepotin. Lagian tadi El juga sudah jajan," tolak Elnada sungkan.

"Jajan? memangnya kamu kenyang cuma makan jajan saja?" tanya bunda Arlin dibalas senyum tipis dari Elnada.

"Sudah sana makan dulu, mami kamu biar tante yang jagain," suruh bunda Arlin yang akhirnya disetujui oleh Elnada dengan anggukan di kepalanya.

Mengikuti langkah Enggar dari belakang cowok tersebut. Tidak hentinya Elnada terus menyunggingkan senyumnya, diam-diam ia merasa sangat bahagia meski hanya sebatas hal sederhana seperti yang saat ini sedang terjadi.

Elnada berada di rumah Enggar, dengan berjalan di belakang Enggar sudah membuat Elnada merasa beruntung. Meski harus melihat keadaan maminya yang sedang tidak baik-baik saja, setidaknya ada keberuntungan dibalik itu.

Niat untuk menjauh dari Enggar juga sepertinya Elnada urungkan. Karena kini ia merasa semakin dekat dengan Enggaraksa, bahkan ia akan makan dengan ditemani seorang Enggar. Dan hanya berdua, catat berdua saja.

Bukankah itu suatu kemajuan yang pesat?

Enggar menghela napas setelah membuka tutup saji di meja makannya. Pasalnya di sana tinggal 2 ekor ikan dan sambal saja, juga beberapa buah-buahan, sepertinya bundanya lupa jika tadi bundanya Narina juga datang dan ikut makan malam bersama keluarganya, juga gadis itu tentunya.

Beruntung Narina sudah tidak berada di rumah Enggar, bisa perang dingin pastinya.

"Lo tunggu sini," ujar Enggar diangguki oleh Elnada menurut.

Elnada pikir Enggar akan mengambilkan piring atau semacamnya, tetapi dugaan Elnada sepertinya salah, sudah sekitar 1 menit lebih Enggar belum juga kembali, ia mulai merasa aneh dengan kepergian Enggar.

Tidak mungkin mengambil piring sampai begitu lamanya.

"Kemana sih? resek banget gue ditinggal gini," keluh Elnada beranjak dari duduknya.

Tepat ketika ia akan mencari keberadaan Enggar, disaat itulah Enggar tiba-tiba datang dengan celemek di tubuhnya. Mata Elnada seketika melotot dengan bibir terbuka.

Apa yang dilihatnya membuat seluruh tubuh Elnada terasa kaku, terasa seperti angin lembut menyerpa bagian kulit luarnya. Ini sangat aneh untuk Elnada rasakan. Tetapi pemandangan di depannya terlalu indah dan sangat langka bukan? Untuk apa seorang Enggar memakai celemek?

Dan tunggu, Elnada baru tersadar akan sesuatu hal tentang Enggar yang kini tepat berada di depannya.

Cowok tampan bercelemek di tubuhnya itu sangat terlihat keren seksi sekali, bahkan semakin menggoda iman dan takwa Elnada.

"Bole ngga si gue jadiin guling kalau mau tidur?" ujar Elnada dalam hatinya.

"Lo suka naggut atau kulit krispy?" tanya Enggar tidak mendapat jawaban dari Elnada.

Gadis itu terlalu fokus dengan keindahan di depannya. Ia masih sibuk meneliti Enggaraksa dari bagian mana saja, memang sangat sempurna pahatan Tuhan untuk manusia yang satu ini menurut Elnada.

"Kenapa lo harus buta si ka? nggak liat gue aja?" gumam Elnada yang masih dapat didengar oleh Enggar.

Satu alis Enggar terangkat tatkala mendengar apa yang baru saja Elnada gumamkan.

"Nada!" panggil Enggar dengan suara yang lebih kencang dari tadi.

"Eh iya ka, gimana?" jawab Elnada sadar dari khayalannya.

"Lo suka naggut atau kulit crispy nggak?" ulang Enggar diangguki oleh Elnada.

"Aku suka semua kok," balas Elnada diangguki oleh Enggar.

Paham akan mimik wajah Enggar, Elnada langsung membenarkan kata-katanya. "Maksudnya gue, iya gue suka semua."

"Termasuk kaka," lanjutnya dalam hati.

"Lo tunggu sini," titah Enggar berlalu pergi, kali ini membuat Elnada merasa kebingungan.

"Kakak mau apa?" tanya Elnada tidak dihiraukan oleh Enggar. Cowok tersebut masih tetap berjalan meninggalkan Elnada di tempatnya.

"Huh dasar bolot," kesal Elnada menghampiri Enggaraksa.

Sampai di dapur Elnada kembali dibuat terkejut oleh Enggar. Bagaimana ia tidak terkejut jika melihat Enggar yang sedang berkutat dengan barang-barang di dapur.

Cowok itu terlihat sangat lihai, jauh dengan Elnada yang tidak bisa apa-apa jika masuk ke dapur, jangankan memasak membedakan garam dan gula saja mungkin akan sangat menyulitkan Elnada.

"Emang boleh sesempurna ini? bikin gue pengen cepet dihalalin aja," gumamnya dengan sudut bibir melengkung ke atas.

Asli, Elnada dikejutkan bertubi-tubi oleh seorang Enggar, mungkin masih banyak keahlian Enggar yang belum Elnada ketahui, untuk uncrush cowok itu sudah pasti akan Elnada pikir berulang-ulang.

Biarkan saja kedua sahabatnya mengoloknya plin-plan atau semacamnya, itu sudah menjadi hal biasa, dan jika tentang Enggar, Elnada memang seperti itu.

Bagi Elnada Enggar itu Ibarat kata barang yang sangat langka dan susah didapat. Ia seperti berlian yang nyempil di rimbunnya hutan luas dan samudra.

Sadar akan adanya Elnada membuat Enggar melirik sekilas. Tetapi cowok itu tidak mengatakan sepatah katapun, justru tetap sibuk sampai apa yang sedang dilakukannya selesai.

"Gue ambil piring ya kak," ujar Elnada dengan semangat, setidaknya ia tidak terus-terusan merepotkan Enggaraksa.

Cowok itu sudah memasak untuknya, kini Elnada berniat untuk mengambil piring sendiri.

Karena kurang hati-hati. Elnada tanpa sengaja menginjak air di lantai. Entah air dari mana yang jelas karena hal itu Elnada merasa malu sejadi-jadinya.

Gadis itu terjatuh dengan posisi yang sudah pasti sangat tidak manusiawi dan memalukan sekali.

Bahkan Enggar terlihat menahan tawa melihat jatuhnya Elnada yang terkesan estetik menurutnya. Berbeda dengan Elnada yang terdiam dan ingin sekali pura-pura pingsan untuk menutupi rasa malunya.

Harga diri seorang Elnada benar-benar sudah dijatuhkan oleh tindakannya sendiri. Sangat konyol sekali bukan?

Namun saat uluran tangan dari Enggar tepat di depannya. Seketika membuat tubuh Elnada kembali terasa kaku. Ia menatap Enggar yang juga sedang menatapnya.

"Ayo," ujar Enggar begitu menyejukan hati Elnada dan memudarkan rasa malunya.

Terpopuler

Comments

Fitrothul Auliya

Fitrothul Auliya

lanjut kk

2024-04-09

0

Fitrothul Auliya

Fitrothul Auliya

nah gini el lain di mulut lain di hati y he..he

2024-04-09

0

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽

☠ᵏᵋᶜᶟ 𓆩N͢͢͢äy𓆪﷽

Kemunculan kak Ririe sudah bikin aku senang banget, aku juga menunggu² kelanjutan novelnya pak Aslan. Tapi disini Elnada dan Enggar tidak kalah seru juga. Sehat-sehat kak Ririe. Minal aidzin walfaizin 🙏

2024-04-09

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!