Berangkat Bersama

Pagi harinya Elnada sangat semangat untuk berangkat ke sekolah. Bahkan gadis itu sengaja bangun lebih pagi dari biasanya.

"Pagi mi," ujar Elnada menemui mami Inta yang sedang sibuk di dapur.

"Eh tumben anak gadis mami uda bangun," balas mami Inta sadar akan kedatangan anaknya.

"El kebangun tadi pas Dira telp pagi banget," alibinya.

Tidak mungkin jika gadis itu berterus terang dengan maminya. Bisa malu berdiri kalau maminya tahu ia bangun pagi karena akan berangkat bersama dengan Enggar.

"Oh ya? ada masalah?" tanya mami Inta dibalas Elnada dengan menganggukan kepalanya.

"Masalahnya hati aku mi yang ngga bisa tenang sekarang," ujarnya dalam hati.

Memang benar. Elnada terus merasa gugup setiap kali membayangkan akan seperti apa nanti ketika berangkat bersama dengan Enggar.

Haruskan pagi ini ia mengikat rambutnya? atau memakai pewarna bibir yang menggoda agar tidak terlihat pucat di hadapan Enggar nanti. Hal kecil tersebut sudah Elnada pikirkan sejak ia bangun tadi. Bahkan seragam yang akan ia kenakan hari ini juga sudah berkali-kali ia semprot menggunakan parfum kesukaannya.

"Kamu mending siap-siap gih, setelah itu sarapan, jangan sampai nak Enggar datang malah belum apa-apa," ujar mami Inta yang dibalas Elnada dengan berdecih.

"Cih, biarin aja, salah sendiri mau berangkat bareng aku," ujarnya yang sangat bertolak belakang dengan apa yang ada dalam hatinya.

"Kok gitu? kamu terpaksa El?" tanya mami Inta seketika membuat Elnada terdiam.

Lagi-lagi ucapannya membahayakan untuk dirinya sendiri. Jangan sampai acara berangkat bersama dengan Enggar batal karena mulut tidak tahu dirinya, juga ego yang tinggi darinya, seakan-akan dekat dengan Enggar suatu paksaan, nyatanya ia sangat senang karena hal itu.

"Iya-iya, El siap-siap dulu," finalnya langsung menuju ke kamarnya.

Jika salah sedikit saja dalam berucap akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri nantinya. Elnada lebih memilih aman dan tetap menjaga nama baiknya.

"Anak ini," gumam mami Inta menggeleng melihat tingkah anaknya.

Beliau kembali sibuk untuk menyiapkan sarapan pagi hari ini, meski ada asisten rumah tangga di rumahnya, nyatanya beliau tetap melakukan pekerjaan layaknya sebagai ibu rumah tangga.

Membantu asisten rumah tangga yang bekerja dengan beliau sudah menjadi rutinitas sehari-hari untuk mengisi kesibukan.

Setelah selesai mandi. Elnada segera bersiap-siap dengan seragam sekolahnya. Tanpa disadari gadis itu sedari tadi terus bersenandung kecil karena suasana hatinya yang sedang bahagia.

"First time ni gue bakalan satu mobil sama ka Enggar, mana cuma berdua lagi," ujarnya terkekeh.

"Kira-kira rambut gue diapain ya biar ngga keliatan norak?" ujarnya berpikir.

"Gila kalau gini.. gue malah ngga bisa mikir," keluhnya lagi.

Setelah berperang dengan pikirannya. Akhirnya rambut yang tadi sudah sengaja ia kepang bagian depannya dirubah lagi. Elnada merasa aneh dengan style rambut demikian. Ia seperti menjadi seorang Gladis. Salah satu sahabatnya.

"Dih apaan deh gue," kesalnya pada diri sendiri.

Tidak lama terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya. Seorang asisten rumah tangganya rupanya menyuruh Elnada untuk segera turun.

"Non El disuruh nyonya sama tuan ke bawah," ujar beliau.

"Iya bi!" balas Elnada singkat.

"Beneran kan gue udah buang waktu banyak buat model rambut?" herannya pada diri sendiri.

Tidak ingin mengambil pusing, Elnada memilih untuk turun terlebih dahulu dan sarapan berasama. Masalah model rambut seperti apa yang cocok untuknya hari ini akan dia pikirkan lagi nanti.

Rambut panjangnya ia biarkan tergerai terlebih dahulu. Namun tak lupa sebelum pergi ke bawah ia sempat menyambar jepit sedang untuk menyatukan rambutnya seperti biasa.

Tepat ketika ia menuruni anak tangga, tubuhnya seakan dibuat kaku melihat sosok laki-laki yang sudah duduk di meja makan bersama dengan kedua orang tuanya.

Ia sempat terdiam dengan langkah terhenti, sebelum suara dari mami Inta membuatnya tersadar dan normal kembali, meski dengan jantung yang masih berdebar.

"El, cepetan sayang. Enggar udah dateng dari tadi," ujar mami Inta semakin membuat Elnada gugup.

Dia sedang tidak bermimpi. Melihat Enggar di pagi hari ini dan berada di rumahnya benar-benar sedang terjadi saat ini.

"Ya Tuhan, jantung gue hampir copot," batinnya kembali melangkah.

Sangat disesali oleh Elnada yang tidak merapihkan rambutnya terlebih dahulu tadi, gadis itu malah mengikat asal rambutnya karena terlalu bingung tadi.

Dan apa ini? ia dikejutkan dengan adanya Enggar di rumahnya pagi ini. Ingin mengumpat namun juga itu merupakan suatu keberuntungan untuknya.

Elnada sempat melirik ke arah Enggar sebelum ia duduk di kursinya. Rasanya tenggorokannya sangat berat untuk mengambil suara.

"Apa-apaan ini?" batinnya lagi merutuki diri yang menurutnya sangat tidak etis sekali. Respon tubuhnya benar-benar diluar nalar.

Hanya dengan adanya Enggar di rumahnya saja sudah mampu membuat ia salah tingkah sendiri. Bagaimana nanti kalau satu mobil bersama dengan Enggar, bisa-bisa tubuh Elnada beku layaknya sebuah batu.

Tidak, Elnada harus bisa mengendalikan dirinya, selain tidak boleh terus berdiam saja ia juga harus menjaga sikapnya selama di depan Enggar nanti.

"El, setelah sarapan nanti berangkat bareng nak Enggar ya?" ujar mami Inta yang hanya dibalas Elnada dengan diam.

Ia tidak tahu untuk menjawab apa, menolak namun Elnada sendiri sangat ingin, mengiyakan ia juga sangat gengsi, bisa besar kepala nanti Enggaraksa, terlebih kata-katanya tadi malam masih dapat diingat dengan jelas oleh Elnada.

"Elnada," panggil papi Bara karena tidak mendapat jawaban dari anaknya.

"Begini om, tante. Kalau Elnada keberatan, lain waktu juga tidak masalah kita berangkat bersamanya," ujar Enggar dengan sopan.

Sontak saja Elnada langsung membulatkan matanya mendengar penuturan dari Enggaraksa, lagi-lagi ucapan Enggar itu seperti sebuah penolakan yang sangat halus.

Ingin rasanya dia bersuara, tetapi sekali lagi, harga dirinya sangat tinggi apa lagi di depan cowok seperti Enggar yang selalu menganggapnya pencari masalah dengan sahabat cowok tersebut.

"Tidak nak Enggar, kamu sudah jauh ke sini, kalian harus berangkat bersama," ujar mami Inta merasa tidak enak hati. Namun juga sangat melegakan Elnada rasanya.

Apa yang dikatakan oleh maminya sangat membantunya saat ini.

Terlihat anggukan di kepala Enggaraksa. Itu berati cowok tersebut menyetujui apa yang dikatakan oleh mami Inta. Enggar juga kembali sempat menatap ke arah Elnada, membuat gadis itu memalingkan wajahnya.

Jangan sampai Enggar tahu atau bisa membaca mimik wajahnya yang sedang memekik senang karena bisa berangkat bersamanya. Bisa turun harga diri Elnada.

"Hati-hati ya kalian," ujar mami Inta mengantar Elnada dan Enggar di depan gerbang rumah.

"Iya mi, El berangkat dulu," balas Elnada masuk ke mobil Enggaraksa.

Melihat tingkah Elnada membuat Enggar tidak habis pikir rasanya. Bisa-bisanya gadis itu malah masuk di bagian belakang. Ingatkan Elnada jika Enggar bukanlah sopir pribadinya.

"Elnad, kamu jangan aneh-aneh deh, pindah depan dong," ujar mami Inta melihat tingkah anaknya.

Tanpa menjawab akhirnya Elnada pindah ke depan. Ia sendiri tadi kebingungan untuk duduk dibagian mana. Terlalu gugup sampai membuat kebodohan Elnada bertambah kali lipat di depan Enggar.

"Anjim emang nih kaki, bisa-bisanya bawa gue ke kursi belakang," umpat Elnada dalam hatinya.

Mobil mulai berjalan meninggalkan rumah Elnada. Sepanjang perjalanan keduanya saling diam. Elnada sendiri merasa tidak ada yang perlu ditanyakan, tetapi ia juga tidak mungkin menyia-nyiakan kesempatan.

"Ka Eng-"

Belum selesai berucap tiba-tiba ponsel milik Enggar berbunyi. Elnada menghela napasnya ketika Enggar mulai mengambil ponsel dan menjawab sambungan telepon tadi.

"Kunti banget emang tuh cewek," ujar Elnada setelah mengetahui siapa yang menelpon Enggaraksa

Terpopuler

Comments

pangeran selatan

pangeran selatan

di sebelah mu juga Pocong 🤣 udah kalem terlihat sopan,

2024-04-05

0

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

kayaknya itu tlp dari narina deh
tahan El sabar jangan terlalu menunjukkan muka kesal kamu jaga image nanti yang ada engar kamu punya perasaan lebih tapi sebenarnya emang iya 🤭😄😄😄

2024-04-05

1

Ariani81Desi

Ariani81Desi

asyik, double up....😍
seperti nya tu sahabat eng mw barengan pergi ke sekolah dan minta jemput deh🤔.....

2024-04-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!