Berhenti Mengagumi?

Setelah menemui Elnada tadi. Enggar kini sudah berada di perpustakan. Ia tidak sendiri, melainkan bersama dengan seorang gadis. Sedari tadi gadis itu memperhatikan Enggar dengan sedikit melengkungkan sudut bibirnya yang sangat tipis. Rasanya ia akan selalu aman bila di dekat cowok di depannya itu, juga dengan keadaan hati yang begitu senang dan tenang.

Enggaraksa merupakan teman sedari kecil Narina, mereka bertetangga, dan itu yang membuat mereka cukup dekat sampai sekarang.

Bukan hanya teman kecil Narina, tetapi Enggar juga telah mengambil hati Narina, cowok populer di sekolahnya itu selain karena otaknya yang pintar, Enggar juga memiliki paras yang sangat tampan, tidak sedikit yang menginginkan untuk bisa dekat dengan cowok populer akan sikap dinginnya tersebut, salah satunya ialah rival dari Narina sendiri, dan itu membuat Narina merasa beruntung bisa dekat dengan teman masa kecilnya hingga sekarang.

Disaat semua teman sekolahnya ingin menjadi sepertinya. Narina justru dengan mudahnya bisa masuk ke dalam kehidupan Enggaraksa.

"Lo nggak belajar?" suara Enggar seketika membuyarkan lamunan Narina tentang cowok tersebut.

Dengan sangat gugup Narina menggeleng. "Aku sudah hapal semua rumus ini," balasnya yang diangguki oleh Enggar dengan sedikit senyum.

Sebenarnya ia tadi sadar ketika Narina terus memperhatikannya. Dan itu menimbulkan rasa tidak nyaman akan dirinya, hanya saja Enggar tidak enak hati untuk menegur Narina secara langsung.

Buku yang sedang dipegang olehnya seketika ia tutup. Senyum tampan terlihat dari wajah Enggaraksa.

"Sudah gue duga, lo emang serajin itu, tapi ingat harus jaga kesehatan juga, kasian bunda lo Na," ujar Enggar yang langsung diangguki Narina dengan patuh.

"Gue nggak yakin tuh cewek mau minta maaf apa nggak sama lo, tapi setidaknya dia tidak berani lagi buat cari masalah sama lo," lanjutnya lagi yang langsung membuat Narina tersenyum tipis.

"Maksud kamu Elnad?" tanya Narina.

Enggaraksa menganggukan kepalanya. "Siapa lagi memang?" tanyanya yang diangguki oleh Narina setuju.

"Makasih ya Egar, kamu selalu nolongin aku," ujarnya yang dibalas Enggaraksa dengan senyum dan mengelus puncuk kepala Narina sekilas.

"Gue ke anak-anak dulu," pamitnya yang dibalas Narina dengan anggukan.

"Hati-hati!" teriak Narina yang kembali hanya dibalas oleh senyuman dari Enggaraksa.

"Egar, kamu selalu baik sama aku," ujarnya melihat kepergian Enggaraksa.

Sesampainya di tempat tongkrongan. Enggar langsung dibanjiri pertanyaan oleh teman-temannya.

"Wuih si pak ketua, pasti baru saja dari calon ibu ketua nih," ledek Oki salah satu teman Enggaraksa.

Mendapat tatapan tajam dari Enggaraksa seketika membuat nyali Oki menciut, niat hati ingin memuji malah mendapat tatapan yang tidak seharusnya, cowok tersebut tidak berani lagi untuk meneruskan ucapannya.

"San aja kali Gar, Oki becanda." Raja ikut menimpali dengan tangan menepuk pundak Enggar.

"Tapi kalau beneran juga nggak papa, kita setuju kok, secara Narina kan cakep, lemah lembut lagi. Bisa tu membimbing lo ke jalan yang benar," timpal Oki lagi yang langsung mendapatkan buku terbang dari Enggar.

Bisa-bisanya Oki merubah pikirannya untuk menutup mulut, ia kembali berceloteh lagi yang sudah jelas membuat Enggar tidak bisa untuk berdiam diri.

"Buset deh ni mulut nggak ada remnya." Oki menepuk-nepuk kecil bibirnya yang baru saja lancang mengomentari kehidupan Enggar.

"Ya elah beraninya ngelempar buku lo! duit sih Ga kali-kali," ledek Raja yang tidak sepenakut Oki.

Kali ini giliran Raja yang mendapat tatapan tajam dari Enggaraksa, bahkan tatapannya kali ini jauh lebih mematikan dibanding tatapan tajam tadi untuk Oki.

"Mampus lo!" cibir Oki ditujukan untuk Raja. Namun tetap saja Oki tidak berani bersuara ketika mengatakannya.

"Iya-iya gue diem," ujar Raja mengalah.

"Gue nggak ngerti maunya tuh cewek?" ujar Enggar secara tiba-tiba.

Baik Raja ataupun Oki sama-sama saling melempar pandang mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Enggar. Sebelum akhirnnya keduanya paham siapa yang dimaksud oleh Enggar.

"Maksud lo si Elnad? ngapain lagi tuh anak?" tanya Raja penasaran.

"Caper kayaknya, tapi nggak papa si orang cakep gitu tuh cewek," timpal Oki seraya membayangkan bagaimana wajah cantik Elnada.

"bod*h!" cibir Enggar.

"Cakep aja diotak lo, dasar udang," lanjut Raja ikut mencibir Oki.

"Tapi emang doi cakep banget buset, gue jadi pengen nafkahin" lanjut Oki masih tetap kekeuh pada pendiriannya.

"Setuju Ki, dia juga berani, nggak lemah," ujar salah satu cowok yang baru saja datang.

Seketika semua teralihkan ke arah cowok yang baru saja ikut bergabung bersama mereka. Apa yang baru saja dikatakan olehnya cukup mengejutkan, terdengar seperti sebuah pujian untuk gadis yang sering membuat onar di sekolah.

"Lo kesambet Ren?" tanya Oki dengan wajah bingungnya.

Melihat gelengan kepala dari Daren seketika membuat mereka semua tahu jawabannya.

"Woah... parah si lo!" ujar Raja tidak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Daren.

"Tapi gue nggak munafik, doi emang cantik dan tipe gue banget," ujar Daren lagi.

Mendengar apa yang Daren katakan tidak begitu Enggaraksa pedulikan. Karena kini fokus cowok tersebut teralihkan oleh pesan yang baru saja bundanya kirimkan.

Tanpa berniat membalas, Enggar mematikan ponselnya. "Gue ke kelas," pamitnya kepada teman-temannya.

"Lah si bocah, malah pergi padahal kan gue belum selesai kasih penerangan buat dia," ujar Oki membuat Raja dan Daren terkekeh.

"Udah, buru samperin Enggar!" ajak Daren kepada mereka.

Berbeda dengan kedua sahabatnya. Elnad semakin murung setelah mendapat serangan dari Enggar tadi. Sebenarnya bukan hal besar sih, bahkan terkesan sepele dan seperti biasanya. Tetapi terus menerus dipatahkan oleh sikap dan tindakan Enggar yang selalu rela membela Narina dan tega menyerangnya membuat Elnada berkeinginan untuk mundur secara perlahan.

Ia juga yakin tidak akan mungkin dirinya dan Enggar bisa bersama, sementara apa yang dilakukan oleh Elnada sendiri di depan Enggaraksa sangatlah bertolak belakang dengan perasaannya.

"Udah lah gue nyerah, capek juga diginiin mulu," ujar Elnad pasrah.

"Nah gitu dong, kan nggak bikin lo loyo lagi," suara Gladis seketika membuat Elnada mengernyit dengan wajah kebingungannya.

"Sejak kapan lo di sini?" tanya Elnada heran.

"Sejak lo ngelamun tadi, gue tau ka Enggar baru aja marahin lo lagi kan?" tebak Gladis seketika membuat Elnada mencebik.

"Dih siapa juga yang dimarahin? gue malah udah pasang bendera peperangan ini?" balas Elnada diangguki oleh Gladis mengerti.

"Dengan lo uncrush ka Enggar? mantab El," ujar Gladis sangat mendukung.

"Tapi gue ngga yakin Dis," balas Elnada rendah.

"Cih lemah, sama aja lo kayak si pick me girl," sungut Gladis seketika membuat Elnada tidak terima.

"Enak aja lo, jauh ya?" sangkal Elnada membuat Gladis terkekeh.

"Nih dari Dira. Dia nggak sempet ke sini, mau ulangan doi." Gladis menyodorkan bingkisan makan yang dibelinya tadi di kantin untuk Elnada.

Dengan senyun semanis mungkin Elnada berkata. "Makaci Nadira," ujarnya membuat Gladis ingin muntah rasanya.

Terpopuler

Comments

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

akhirnya yang di tunggu tunggu up juga karyamu Thor
semangat kak Riri lebih semangat lagi up nya biar lebih semangat lagi aku kasih bunga 🌹🌹

2024-04-03

0

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

semakin penasaran

2024-04-03

0

Baek chanhun

Baek chanhun

Alhamdulillah akhirnya nongol lagi,
semoga sehat selalu dan beri rezeki
lewat pintu manapun.
gua kesana sebelah mbak Ng ada
juga, tapi kembali ke asalnya.
thanks mbak 💪😍✌️

2024-04-03

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!